Delapan belas

"Kau dapat dari mana anak pungut, lusuh seperti ini, Fatimah." Seorang wanita mencuil pundak Santi, membuat gadis itu langsung menoleh.

"Percaya diri sekali dia memakai seragam keluarga. Dia dari mana?" Sambungnya lagi.

Berbagai macam hinaan dia lontarkan sampai membuat telinga orang yang mendengarkan terasa panas.

"Sudahlah, Mbak Rita. Dia ini temanya Ari. Ari langsung yang meminta pada Abinya, agar Santi diikut sertakan dalam anggota keluarga." Jawab Bu Fatimah. Tidak enak dengan Santi yang hanya bisa menunduk mendengar semua hinaan kakaknya.

"Memangnya dia ini calon menantumu, kenapa Ari sampai berlebihan seperti ini?"

"Tidak, Mbak. Dia hanya teman Ari. Tapi, Santi adalah anak yang baik. Jadi kami tidak keberatan ketika Ari mengutarakan permintaannya pada kami." Bu Fatimah mengusap kepala Santi yang duduk di sampingnya. Gadis itu hanya bisa menunduk. Tidak tau bagaimana akan membela dirinya.

"Maafkan kakak Ummi, nak." Bisik Bu Fatimah di telingaSanti."

Santi hanya tersenyum terpaksa sambil menganggukkan kepalanya. "Santi ke kamar mandi dulu, Tante."

"Iya, nak. Segera kembali ya. Acaranya belum selesai."

Santi kembali mengangguk. Meninggalkan pesta pernikahan Ainun setelah kata-kata pedas wanita yang mengaku kakaknya Bu Fatimah itu mengobrak-abrik harga dirinya. Sebenarnya, wanita itu hanya risih melihat kehadiran Santi bersama keluarga besar Pak Akmal. Air mata yang di tahan sejak tadi, akhirnya mengalir juga.

Santi berdiri di pinggir kolam ikan. Tidak pergi ke kamar mandi. Keluar dari pesta itu hanya untuk memungut kembali harga dirinya yang sudah berceceran karena ucapan wanita yang bernama Rita tadi. Para santri yang lain masih sibuk di pesta itu. Hanya dirinya yang berdiri sendirian di temani oleh pohon mahoni yang berjejer rapi.

Santi sesenggukan memeluk lututnya di atas bangku panjang. "Apa salahku ya Allah. Kenapa wanita itu berkata seperti itu." Ucapnya seraya menenggelamkan wajahnya diantara lututnya. Meratapi penderitaannya yang tak kunjung berakhir.

Sementara itu di pesta pernikahan..

Bu Fatimah terlihat agak gelisah karena tidak mendapati Santi kembali lagi setelah dia minta izin untuk ke kamar mandi tadi. Ari sudah dua kali bolak balik untuk menanyakan keberadaan Santi padanya. Namun, jawabannya masih sama.

"Ummi, apa benar Santi ke kamar mandi? ini sudah ketiga kalinya aku menanyakannya pada Ummi." Ucap Ari terlihat khawatir.

"Iya, nak. Tadi dia bilang begitu pada Ummi. Tanyakan saja pada Tante Rita kalau kamu tidak percaya."

Ari mengedarkan pandangannya untuk mencari tau keberadaan Santi.

"Kenapa kamu menanyakannya berulang kali, Ari. Dia pasti pergi menangis gara-gara masalah tadi." Timpal Bu Rita dengan ketus.

"Masalah apa, Tante."

"Dia hanya tersinggung. Kamu cari saja dia di sekitar sini. Dia tidak akan bisa pergi jauh."

Bu Fatimah hanya diam tanpa mengiyakan ucapan kakaknya.

Ari beralih menatap Umminya. "Apa yang terjadi, Ummi? Ummi pernah berjanji pada kami untuk tidak menyakiti Santi lagi. Tapi, kenapa ini terjadi lagi, Ummi."

Bu Fatimah terkejut mendengar ucapan anaknya. "B..bukan Ummi yang melakukannya, nak. Tapi.."

"Tante Rita." Timpal Ari, memotong ucapan Umminya.

"Kenapa, Ari. Kamu marah, karena Tante merendahkan wanita itu? sudahlah, Ari. Jangan dipermasalahkan. Ini pesta pernikahan kakak kamu. Jangan sampai pestanya jadi berantakan, gara-gara keributan yang kamu buat."

Ari mengeratkan giginya kesal. "Aku kecewa sama Tante." Ucapnya seraya berlalu.

"Hei, Ari dengarkan Tante dulu!" Bu Rita berteriak. Namun, Ari sudah terlanjur kecewa dan enggan menoleh.

Setelah keluar dari pesta pernikahan itu. Ari bingung mau mencari Santi kemana. Kalau ke asramanya, dia tidak mungkin berani. Mengingat semua santri sedang ada di acara itu.

Ari mengusap mukanya kasar. "Astagfirullah, maafkan aku, Santi. Aku sudah berjanji akan melindungi mu. Tapi, aku tidak melakukan itu dengan sempurna." Ucapnya lirih.

Ari mengembangkan senyumnya saat melihat dua orang santri yang keluar dari tempat pesta itu. Senyumnya semakin merekah saat mengetahui salah satu dari santri itu adalah Qonita.

"Qonita, kamu mau kemana?" Tanyanya, lebih mendekat pada Qonita.

"Aku mau ke asrama sebentar. Kenapa Kak Ari bertanya?"

"Apa aku boleh ikut."

"Tidak, Kak. Kak Ari mau ngapain ke asrama kami. Kak Ainun sekarang tidak di sana."

"Iya aku tau. Tapi, aku mau mencari Santi."

"Santi bersama Umminya Kak Ari tadi."

"Iya, tapi dia izin ke kamar mandi dan sampai sekarang belum kembali lagi."

Qonita menautkan alisnya. "Apa ada masalah kak."

"Aku juga tidak tau."

"Biar aku yang mencarinya, kak. Kak Ari masuk saja."

"Tidak. Aku harus mengetahui keadaanya."

"Nanti aku kabari Kak Ari keadaannya, jika aku berjumpa dengannya."

"Tapi..."

"Apa Kak Ari mengkhawatirkannya?"

Ari mengangguk mantap. "Iya, aku sangat mengkhawatirkannya."

"Kenapa?"

Ari terdiam.

"Kenapa Kak Ari mengkhawatirkannya?"

"A..aku tidak tau Qonita. Segera kembali dan kabari aku keadaannya. Aku akan tunggu kamu disini. Aku segera kembali." Ari langsung berlalu dari hadapan Qonita.

"Ada masalah apa lagi ini." Lirih Qonita. Melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Qonita menghentikan langkahnya saat melihat seorang gadis yang sedang duduk termenung di pinggir kolam ikan. Gadis itu memakai pakaian khusus yang digunakan keluarganya pak Akmal. Qonita bisa menebak, kalau gadis itu adalah Santi.

Qonita berjalan lebih mendekat dan berdiri di belakang gadis itu. "Kamu duluan saja. Aku akan menemani Santi." Bisik Qonita pada temannya yang bernama Salsa.

Gadis itu mengangguk. Meninggalkan Qonita dan Santi di tempat itu.

"Assalamualaikum, Santi. Kenapa kamu ada disini dan meninggalkan pesta yang baru saja dimulai?"

Santi tersentak kaget. Mengangkat kepalanya sambil mengusap air matanya yang masih mengalir. "M..mbak Qonita. Kenapa Mbak ada disini?"

"Aku yang bertanya padamu, kenapa kamu ada disini, Santi?"

Santi mengalihkan pandangannya. "Aku.. sedang mencari angin segar, Mbak."

"Ayo kita kembali. Kamu sudah cukup lama meninggalkan tempat pesta."

"Mbak Qonita duluan saja. Nanti aku menyusul."

"Kita kembali sama-sama, Santi. Kamu bersamaku jika kamu tidak nyaman dengan keluarganya Kak Ari."

"B..bukan begitu, Mbak."

"Kak Ari sudah menunggumu sejak tadi. Jangan biarkan dia menunggu terlalu lama. Kasihan dia, sangat mengkhawatirkan mu."

Santi tersenyum kecut. "Mbak Qonita duluan saja. Katakan padanya, aku akan ngomong padanya besok pagi."

"Tidak, Santi. Kamu harus menemuinya sekarang." Qonita menarik pelan tangan Santi.

"A..aku tidak mau, Mbak." Santi berusaha melepaskan tangan Qonita yang menggenggam erat tangannya.

"Kenapa kamu tidak mau menemui Kak Ari. Ayo, ikut aku. Jangan membantah!"

Qonita menarik paksa tangan Santi walaupun gadis itu memberontak. "Aku tau kamu menyimpan rasa pada Kak Ari, Santi. Katakan padanya kalau kamu mencintainya."

"Mbak Qonita sudah gila. Aku tidak mungkin mengatakan hal itu kepadanya."

"Jangan memendam perasaan, Santi. Itu tidak baik. Ungkapkan semuanya, biar jelas."

"Tidak. Lepaskan aku, Mbak."

Terlambat. Ari sudah berdiri di depan mereka. Menatap Santi dengan tatapan yang tak biasa. Santi berhenti memberontak. Menatap pria yang berdiri di depannya.

"Perasaan apa yang kamu pendam, Santi. Dan..apa yang harus kamu ungkapkan itu?"

Santi masih terdiam.

"Kenapa kamu diam, Santi. Jelaskan semuanya pada Kak Ari." Ucap Qonita. "T..tapi, kenapa Kak Ari bisa ada disini."Sambungnya. Baru menyadari kalau Ari berada di ujung kolam ikan itu. Tidak menunggunya di tempat perjanjian.

"Aku sudah lelah menunggumu disana, Qonita. Kamu tidak kunjung membawa Santi kembali kepadaku. Jadi, aku memutuskan untuk mencarinya sendiri."

"Kenapa Kak Ari sangat mengkhawatirkan Santi. Ada apa dengan Santi, sehingga Kak Ari sampai seperti ini?"

"Aku hanya ingin melindunginya."

"Tapi, tidakkah kamu sadari, Kak. Tindakanmu ini membuat Santi merasa kalau..."

"Aku mencintaimu, Kak Ari. Aku mencintaimu!" Teriak Santi.

Sontak, ucapannya membuat Ari dan Qonita menoleh.

"Apa aku tidak salah dengar, Santi?" Tanya Ari. Lebih mendekat pada Santi.

Qonita mengembangkan senyumnya. "Tidak. Kak Ari tidak salah dengar. Santi memang mencintai Kak Ari. Bahkan, sejak Kak Ari membawanya ke pondok pesantren ini." Jelas Qonita.

"Katakan Santi, apakah benar yang dikatakan Qonita itu?" Ari semakin mendekat dan menggapai pundak Santi.

"Jangan sentuh aku, Kak! maafkan aku yang salah mengartikan kebaikan Kak Ari padaku.

Aku memang bodoh, Kak. Sekali lagi maafkan aku."

Santi menghempaskan tangan Ari dari pundaknya. Berlari menjauh dari pria itu.

Ari masih berdiri tertegun. "Kenapa kamu membiarkan dirimu jatuh cinta, Santi."

"Kenapa Kak Ari berkata begitu." Ucap Qonita yang masih berdiri di belakangnya. "Wanita itu sensitif, Kak. Apalagi tindakan Kak Ari yang terlihat sangat berlebihan di mata kami para wanita. Aku pun jika diperlakukan seperti itu, pasti akan merasa dicintai."

Ari berbalik menatap Qonita.

"Renungkan kata-kataku tadi, Kak. Jika Kak Ari tidak memiliki perasaan apapun padanya. Berhenti memberinya perhatian yang berlebihan. Bersikaplah padanya seperti cara Kak Ari bersikap pada kami. Assalamualaikum, Kak."

Qonita langsung pergi. Meninggalkan Ari yang masih tertegun mendengar kata-katanya.

* * *

Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Visual
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua belas
14 Tiga belas
15 Empat belas
16 Lima belas
17 Enam belas
18 Tujuh belas
19 Delapan belas
20 Sembilan belas
21 Dua puluh
22 Dua puluh satu
23 Dua puluh dua
24 Dua puluh tiga
25 Dua puluh empat
26 Dua puluh lima
27 Dua puluh enam
28 Dua puluh tujuh
29 Dua puluh delapan
30 Dua puluh sembilan
31 Tiga puluh
32 Tiga puluh satu
33 Tiga puluh dua
34 Tiga puluh tiga
35 Tiga puluh empat
36 Tiga puluh lima
37 Tiga puluh enam
38 Tiga puluh tujuh
39 Tiga puluh delapan
40 Tiga puluh sembilan
41 Empat puluh
42 Empat puluh satu
43 Empat puluh dua
44 Empat puluh tiga
45 Empat puluh empat
46 Empat puluh lima
47 Empat puluh enam
48 Empat puluh tujuh
49 Empat puluh delapan
50 Empat puluh sembilan
51 Lima puluh
52 Lima puluh satu
53 Lima puluh dua
54 Lima puluh tiga
55 Lima puluh empat
56 Lima puluh lima
57 Lima puluh enam
58 Lima puluh tujuh
59 Lima puluh delapan
60 Lima puluh sembilan
61 Enam puluh
62 Enam puluh satu
63 Enam puluh dua
64 Enam puluh tiga
65 Enam puluh empat
66 Enam puluh lima
67 Enam puluh enam
68 Enam puluh tujuh
69 Enam puluh delapan
70 Enam puluh sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh puluh satu
73 Tujuh puluh dua
74 Tujuh puluh tiga
75 Tujuh puluh empat
76 Tujuh puluh Lima
77 Tujuh puluh enam
78 Tujuh puluh tujuh
79 Tujuh puluh delapan
80 Tujuh puluh sembilan
81 Delapan puluh
82 Delapan puluh satu
83 Delapan puluh dua
84 Delapan puluh tiga
85 Delapan puluh empat
86 Delapan puluh lima
87 Delapan puluh enam
88 Delapan puluh tujuh
89 Delapan puluh delapan
90 Delapan puluh sembilan
91 Sembilan puluh
92 Sembilan puluh satu
93 Sembilan puluh dua
94 Sembilan puluh tiga
95 Sembilan puluh empat
96 Sembilan puluh lima
97 Sembilan puluh enam
98 Sembilan puluh tujuh
99 Sembilan puluh delapan
100 Sembilan puluh sembilan
101 Seratus
102 Seratus satu
103 Seratus dua
104 Seratus tiga
105 Seratus empat
106 Seratus lima
107 Seratus enam
108 Seratus tujuh
109 Seratus delapan
110 Seratus sembilan
111 Seratus sepuluh
112 Seratus sebelas
113 Seratus dua belas
114 Seratus tiga belas
115 Seratus empat belas
116 Seratus Lima Belas
117 Seratus enam belas
118 Seratus tujuh belas
119 Seratus delapan belas
120 Seratus sembilan belas
121 Seratus dua puluh
122 Seratus dua puluh satu
123 Seratus dua puluh dua
124 Seratus dua puluh tiga
125 Seratus dua puluh empat
126 Seratus dua puluh lima
127 Seratus dua puluh enam
128 Seratus dua puluh tujuh
129 Seratus dua puluh delapan
130 Seratus dua puluh sembilan
131 Seratus tiga puluh
132 Seratus tiga puluh satu
133 Seratus tiga puluh dua
134 Seratus tiga puluh tiga
135 Seratus tiga puluh empat
136 Seratus tiga puluh lima
137 Seratus tiga puluh enam
138 Seratus tiga puluh tujuh
139 Seratus tiga puluh delapan
140 Seratus tiga puluh sembilan
141 Seratus empat puluh
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Visual
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua belas
14
Tiga belas
15
Empat belas
16
Lima belas
17
Enam belas
18
Tujuh belas
19
Delapan belas
20
Sembilan belas
21
Dua puluh
22
Dua puluh satu
23
Dua puluh dua
24
Dua puluh tiga
25
Dua puluh empat
26
Dua puluh lima
27
Dua puluh enam
28
Dua puluh tujuh
29
Dua puluh delapan
30
Dua puluh sembilan
31
Tiga puluh
32
Tiga puluh satu
33
Tiga puluh dua
34
Tiga puluh tiga
35
Tiga puluh empat
36
Tiga puluh lima
37
Tiga puluh enam
38
Tiga puluh tujuh
39
Tiga puluh delapan
40
Tiga puluh sembilan
41
Empat puluh
42
Empat puluh satu
43
Empat puluh dua
44
Empat puluh tiga
45
Empat puluh empat
46
Empat puluh lima
47
Empat puluh enam
48
Empat puluh tujuh
49
Empat puluh delapan
50
Empat puluh sembilan
51
Lima puluh
52
Lima puluh satu
53
Lima puluh dua
54
Lima puluh tiga
55
Lima puluh empat
56
Lima puluh lima
57
Lima puluh enam
58
Lima puluh tujuh
59
Lima puluh delapan
60
Lima puluh sembilan
61
Enam puluh
62
Enam puluh satu
63
Enam puluh dua
64
Enam puluh tiga
65
Enam puluh empat
66
Enam puluh lima
67
Enam puluh enam
68
Enam puluh tujuh
69
Enam puluh delapan
70
Enam puluh sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh puluh satu
73
Tujuh puluh dua
74
Tujuh puluh tiga
75
Tujuh puluh empat
76
Tujuh puluh Lima
77
Tujuh puluh enam
78
Tujuh puluh tujuh
79
Tujuh puluh delapan
80
Tujuh puluh sembilan
81
Delapan puluh
82
Delapan puluh satu
83
Delapan puluh dua
84
Delapan puluh tiga
85
Delapan puluh empat
86
Delapan puluh lima
87
Delapan puluh enam
88
Delapan puluh tujuh
89
Delapan puluh delapan
90
Delapan puluh sembilan
91
Sembilan puluh
92
Sembilan puluh satu
93
Sembilan puluh dua
94
Sembilan puluh tiga
95
Sembilan puluh empat
96
Sembilan puluh lima
97
Sembilan puluh enam
98
Sembilan puluh tujuh
99
Sembilan puluh delapan
100
Sembilan puluh sembilan
101
Seratus
102
Seratus satu
103
Seratus dua
104
Seratus tiga
105
Seratus empat
106
Seratus lima
107
Seratus enam
108
Seratus tujuh
109
Seratus delapan
110
Seratus sembilan
111
Seratus sepuluh
112
Seratus sebelas
113
Seratus dua belas
114
Seratus tiga belas
115
Seratus empat belas
116
Seratus Lima Belas
117
Seratus enam belas
118
Seratus tujuh belas
119
Seratus delapan belas
120
Seratus sembilan belas
121
Seratus dua puluh
122
Seratus dua puluh satu
123
Seratus dua puluh dua
124
Seratus dua puluh tiga
125
Seratus dua puluh empat
126
Seratus dua puluh lima
127
Seratus dua puluh enam
128
Seratus dua puluh tujuh
129
Seratus dua puluh delapan
130
Seratus dua puluh sembilan
131
Seratus tiga puluh
132
Seratus tiga puluh satu
133
Seratus tiga puluh dua
134
Seratus tiga puluh tiga
135
Seratus tiga puluh empat
136
Seratus tiga puluh lima
137
Seratus tiga puluh enam
138
Seratus tiga puluh tujuh
139
Seratus tiga puluh delapan
140
Seratus tiga puluh sembilan
141
Seratus empat puluh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!