Empat belas

"Kamu jangan kurang ajar, Nara!" Teriak Ari kesal. Menarik kasar jilbab wanita yang tidak menghormati kakaknya sama sekali.

"Lepas, Kak Ari. Aku akan berteriak kalau Kak Ari tidak mau melepaskan jilbabku."

"Silahkan, aku tidak perduli. Mulai sekarang, jangan pernah menganggap ku orang yang spesial lagi. Aku tidak suka dengan sikapmu yang tidak menghormati kakakku sama sekali."

Air mata Nara mulai menetes. "Kenapa Kak Ari mengatakan itu, Kak? Aku menyayangimu. Bahkan, aku rela melanggar peraturan di pesantren ini, demi menemui mu, Kak. Dimana hati nurani mu?"

"Bukan aku yang meminta bertemu denganmu. Tapi, kamu, Nara. Kamu yang memohon-mohon padaku, agar datang menemui mu. Maafkan aku, Nara. Rasa cintaku padamu terkikis melihat sikapmu pada kakakku. Silahkan kamu pergi dan jangan pernah mengingatku lagi."

"Tidak semudah saat kau mengucapkan kata itu, Kak. Aku tidak semudah itu bisa melupakan mu."

"Silahkan kalian keluar dari ruangan ku! Aku akan menghubungi pengurus pesantren, jika kalian tidak keluar." Ucap Ainun, sedikit berteriak.

Nara mendekat, berusaha menggapai tangan Ari. "Kak Ari dengarkan aku dulu. Aku akan menjelaskan, kenapa aku bersikap seperti ini pada kakakmu..."

"Jangan sentuh aku, Nara! aku tidak suka. Kamu ingat perbuatan mu tadi. Sangat tidak terhormat. Aku jijik melihat tingkah mu yang tadi, Nara!" Ucap Ari sambil menggosok-gosok pipinya yang tadi dicium Nara.

"Sudah, Ari! kamu kembali ke asrama mu sekarang. Telingaku tidak biasa mendengar perdebatan seperti ini."

Nara menatap Ari dengan kesal. "Semoga kau bahagia dengan keputusanmu, Kak." Ucap Nara.

Langsung berbalik tidak memperdulikan perasaannya lagi.

Ari bergerak cepat mendahului Nara keluar dari ruangan itu. Menarik kasar sebuah gelang pemberian gadis itu dari pergelangan tangannya. "Ini punyamu. Silahkan kamu berikan pada laki-laki yang siap menerimamu dengan segala sifat buruk mu itu." Ari berbalik, berjalan cepat meninggalkan Nara yang masih terisak menatap kepergiannya.

Sementara itu..

Santi menelungkupkan badannya di atas ranjang. Teman-temannya yang tidak tau kenapa Santi tiba-tiba menangis, hanya duduk mengusap-usap punggung gadis itu. Mereka saling berbisik. Tidak tau bagaimana menenangkan gadis itu.

Santi juga bingung, kenapa air matanya meleleh ketika mendengar kalau gadis yang muncul secara tiba-tiba di ruangan asrama Ainun tadi adalah kekasihnya Ari. Dia bahkan sampai sesenggukan. Menangisi pria yang sudah menyimpan nama orang lain di hatinya.

"Santi, sebenarnya kamu kenapa? Tadi kamu terlihat begitu bahagia saat pergi ke ruangan asrama Kak Ainun. Tapi, sekarang kenapa kamu seperti ini?" Tanya Qonita. Teman satu ruangan Santi.

"A..aku tidak apa-apa. Kalian pergi saja."

Empat orang yang duduk mengelilingi Santi hanya saling pandang mendengar jawaban gadis yang masih sesenggukan dan enggan menampakkan wajahnya pada mereka.

"Sebentar lagi masuk waktu shalat ashar, Santi. Kita harus shalat berjamaah di Masjid."

"Iya, aku tau. Kalian duluan saja, aku tidak mau membuat kalian terlambat nanti."

"Kami akan menunggumu, Santi. Sampai kamu bisa menenangkan pikiranmu."

"Jangan menungguku. Aku tidak mau membuat orang lain menunggu."

"Kalau kamu memang tidak mau membuat kami menunggu, segera bersiap sekarang." Timpal Qonita lagi.

Santi menghembuskan nafasnya dengan kasar. Berbalik menatap teman-temannya yang masih duduk mengelilinginya. "Kenapa kalian masih disini. Kenapa kalian tidak pergi ke Masjid. Tinggalkan aku sendiri. Aku tidak apa-apa, kok."

"Kami dilarang meninggalkan kamu sendiri oleh Kak Ainun. Dia akan datang kemari. Tapi, masih ada urusan yang harus dia selesaikan dengan Kak Ari. Apa kamu ada masalah dengan pacarnya Kak Ari, Nara?"

"Maksud kamu apa, Qonita? aku tidak punya masalah dengan siapapun."

"Aku juga berharap begitu, Santi. Tapi, kamu harus tau, Santi. Nara itu adalah santri yang paling sering melanggar peraturan disini. Dia pernah dipecat. Tapi, entah apa yang membuatnya kembali lagi."

Santi terdiam mendengar penuturan Qonita. Merenung sekaligus penasaran dengan kejadian yang terjadi setelah dia keluar dari ruangan asrama Ainun tadi.

"Begini saja, Santi. Aku tidak akan shalat berjama'ah ke Masjid. Aku akan shalat di asrama."

"Jangan lakukan itu, Qonita. Aku tidak mau melihatmu mendapat hukuman gara-gara menemaniku."

"Aku akan minta izin, Santi." Ucap Qonita meyakinkan.

Tiga teman asrama Santi yang lain berangkat ke Masjid. Tinggal Qonita yang duduk diam menemaninya.

"Maafkan aku merepotkan mu, Qonita."

Qonita menatap Santi sambil tersenyum. Berharap, gadis itu mau menjelaskan kejadian yang menimpanya.

"A..aku tidak tau, kenapa air mataku tiba-tiba jatuh saat mengetahui siapa gadis yang tiba-tiba datang menemui Kak Ari di ruangan Mbak Ainun."

Qonita membuka lebar telinganya mendengar cerita Santi. "Memangnya.."

"Aku sedih, kecewa, sakit hati mendengar Kak Ari punya kekasih, Qonita." Tutur Santi, memotong ucapan Qonita.

"Kau mencintai Kak Ari, Santi." Timpal Qonita.

"Aku tidak tau. Apakah rasa ini cinta atau hanya sebatas kagum padanya. Tapi sungguh, aku benar-benar kecewa saat ini."

"Kau baru kelas satu SMA, Santi. Kau belum pantas untuk memikirkan cinta di usiamu yang sekarang."

Santi tersenyum. "Kita seumuran, Qonita. Andaikan aku tidak berhenti. Mungkin, sekarang aku sudah kelas tiga, sama sepertimu."

Qonita menatap Santi dengan heran. "Benarkah? tapi, kamu terlihat lebih muda dariku."

Santi tersenyum kecut. "Aku adalah gadis menderita yang bisa sampai di tempat ini karena kebaikan Kak Ari dan keluarganya."

"Maksud kamu?"

"Aku di tolong Kak Ari saat kabur dari ayahku yang kejam."

Qonita memperbaiki posisi duduknya. Menepuk pelan paha Santi yang duduk bersila di depannya. "Aku belum memahami maksud ceritamu, Santi."

"Suatu hari nanti kamu pasti akan tau. Aku kagum pada sosok Kak Ari, sejak pertama kali dia menyelamatkanku dari ayahku. Saat itu aku baru tau, kalau orang muslim tidak boleh bersentuhan antara laki-laki dan perempuan. Kak Ari menolak berjabat tangan denganku."

"Benarkah?" tanya Qonita, semakin penasaran dengan cerita Santi.

"Kak Ari sempat mengira aku hantu malam itu."

"Hah, kenapa?"

"Penampilanku yang kumal dan penuh dengan luka. Belum lagi, aku memakai pakaian serba putih dengan rambut yang berantakan. Siapa yang akan mengira aku manusia normal saat itu? Aku benar-benar kagum padanya. Caranya melindungi ku malam itu, cukup membuktikan kalau dia adalah sosok laki-laki yang bertanggung jawab."

"Subhanallah.. keluarganya Kak Ainun memang terkenal sangat baik di pondok pesantren ini."

"Mereka memang sangat baik, Qonita. Aku saja yang tidak mereka kenal sama sekali, di bantu. Apalagi yang sudah jelas asal usulnya. Belum lagi, saat itu aku agak sulit menyesuaikan diri di rumah Kak Ari karena keadaanku yang berbeda dengan mereka."

"Apakah karena itu kamu bersedia menjadi seorang mualaf?" Tanya Qonita lagi.

"Tidak. Aku memang ingin masuk Islam sejak aku kecil. Ini semua dari hati nurani. Bukan karena paksaan."

"Maha Suci Allah, Allahuakbar! semoga Allah yang Maha Kuasa memberkahi setiap langkahmu." Ucup Qonita. Terharu mendengar cerita Santi.

"Terimakasih sudah mau mendengar ceritaku, Qonita."

"Sebenarnya, aku ingin bertanya padamu sejak kemarin. Tapi, aku malu. Belum lagi, kamu selalu sibuk belajar membaca Al Qur'an."

Santi tersenyum. Air matanya yang masih menetes jarang, segera Ia usap. "Sudah adzan. Ayo, kita ambil air wudhu dulu."

'Eh, iya. Kamu duluan, Santi. Aku mau mempersiapkan tempat, menggelar sajadah dan mempersiapkan mukenah dulu."

Santi mengangguk. Beranjak bangun menuju kamar mandi.

Qonita menatap kepergian Santi. "Aku kira, kamu berasal dari keluarga bahagia, Santi." Lirihnya dengan suara pelan. Takut, Santi mendengar ucapannya.

* * *

Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Visual
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua belas
14 Tiga belas
15 Empat belas
16 Lima belas
17 Enam belas
18 Tujuh belas
19 Delapan belas
20 Sembilan belas
21 Dua puluh
22 Dua puluh satu
23 Dua puluh dua
24 Dua puluh tiga
25 Dua puluh empat
26 Dua puluh lima
27 Dua puluh enam
28 Dua puluh tujuh
29 Dua puluh delapan
30 Dua puluh sembilan
31 Tiga puluh
32 Tiga puluh satu
33 Tiga puluh dua
34 Tiga puluh tiga
35 Tiga puluh empat
36 Tiga puluh lima
37 Tiga puluh enam
38 Tiga puluh tujuh
39 Tiga puluh delapan
40 Tiga puluh sembilan
41 Empat puluh
42 Empat puluh satu
43 Empat puluh dua
44 Empat puluh tiga
45 Empat puluh empat
46 Empat puluh lima
47 Empat puluh enam
48 Empat puluh tujuh
49 Empat puluh delapan
50 Empat puluh sembilan
51 Lima puluh
52 Lima puluh satu
53 Lima puluh dua
54 Lima puluh tiga
55 Lima puluh empat
56 Lima puluh lima
57 Lima puluh enam
58 Lima puluh tujuh
59 Lima puluh delapan
60 Lima puluh sembilan
61 Enam puluh
62 Enam puluh satu
63 Enam puluh dua
64 Enam puluh tiga
65 Enam puluh empat
66 Enam puluh lima
67 Enam puluh enam
68 Enam puluh tujuh
69 Enam puluh delapan
70 Enam puluh sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh puluh satu
73 Tujuh puluh dua
74 Tujuh puluh tiga
75 Tujuh puluh empat
76 Tujuh puluh Lima
77 Tujuh puluh enam
78 Tujuh puluh tujuh
79 Tujuh puluh delapan
80 Tujuh puluh sembilan
81 Delapan puluh
82 Delapan puluh satu
83 Delapan puluh dua
84 Delapan puluh tiga
85 Delapan puluh empat
86 Delapan puluh lima
87 Delapan puluh enam
88 Delapan puluh tujuh
89 Delapan puluh delapan
90 Delapan puluh sembilan
91 Sembilan puluh
92 Sembilan puluh satu
93 Sembilan puluh dua
94 Sembilan puluh tiga
95 Sembilan puluh empat
96 Sembilan puluh lima
97 Sembilan puluh enam
98 Sembilan puluh tujuh
99 Sembilan puluh delapan
100 Sembilan puluh sembilan
101 Seratus
102 Seratus satu
103 Seratus dua
104 Seratus tiga
105 Seratus empat
106 Seratus lima
107 Seratus enam
108 Seratus tujuh
109 Seratus delapan
110 Seratus sembilan
111 Seratus sepuluh
112 Seratus sebelas
113 Seratus dua belas
114 Seratus tiga belas
115 Seratus empat belas
116 Seratus Lima Belas
117 Seratus enam belas
118 Seratus tujuh belas
119 Seratus delapan belas
120 Seratus sembilan belas
121 Seratus dua puluh
122 Seratus dua puluh satu
123 Seratus dua puluh dua
124 Seratus dua puluh tiga
125 Seratus dua puluh empat
126 Seratus dua puluh lima
127 Seratus dua puluh enam
128 Seratus dua puluh tujuh
129 Seratus dua puluh delapan
130 Seratus dua puluh sembilan
131 Seratus tiga puluh
132 Seratus tiga puluh satu
133 Seratus tiga puluh dua
134 Seratus tiga puluh tiga
135 Seratus tiga puluh empat
136 Seratus tiga puluh lima
137 Seratus tiga puluh enam
138 Seratus tiga puluh tujuh
139 Seratus tiga puluh delapan
140 Seratus tiga puluh sembilan
141 Seratus empat puluh
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Visual
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua belas
14
Tiga belas
15
Empat belas
16
Lima belas
17
Enam belas
18
Tujuh belas
19
Delapan belas
20
Sembilan belas
21
Dua puluh
22
Dua puluh satu
23
Dua puluh dua
24
Dua puluh tiga
25
Dua puluh empat
26
Dua puluh lima
27
Dua puluh enam
28
Dua puluh tujuh
29
Dua puluh delapan
30
Dua puluh sembilan
31
Tiga puluh
32
Tiga puluh satu
33
Tiga puluh dua
34
Tiga puluh tiga
35
Tiga puluh empat
36
Tiga puluh lima
37
Tiga puluh enam
38
Tiga puluh tujuh
39
Tiga puluh delapan
40
Tiga puluh sembilan
41
Empat puluh
42
Empat puluh satu
43
Empat puluh dua
44
Empat puluh tiga
45
Empat puluh empat
46
Empat puluh lima
47
Empat puluh enam
48
Empat puluh tujuh
49
Empat puluh delapan
50
Empat puluh sembilan
51
Lima puluh
52
Lima puluh satu
53
Lima puluh dua
54
Lima puluh tiga
55
Lima puluh empat
56
Lima puluh lima
57
Lima puluh enam
58
Lima puluh tujuh
59
Lima puluh delapan
60
Lima puluh sembilan
61
Enam puluh
62
Enam puluh satu
63
Enam puluh dua
64
Enam puluh tiga
65
Enam puluh empat
66
Enam puluh lima
67
Enam puluh enam
68
Enam puluh tujuh
69
Enam puluh delapan
70
Enam puluh sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh puluh satu
73
Tujuh puluh dua
74
Tujuh puluh tiga
75
Tujuh puluh empat
76
Tujuh puluh Lima
77
Tujuh puluh enam
78
Tujuh puluh tujuh
79
Tujuh puluh delapan
80
Tujuh puluh sembilan
81
Delapan puluh
82
Delapan puluh satu
83
Delapan puluh dua
84
Delapan puluh tiga
85
Delapan puluh empat
86
Delapan puluh lima
87
Delapan puluh enam
88
Delapan puluh tujuh
89
Delapan puluh delapan
90
Delapan puluh sembilan
91
Sembilan puluh
92
Sembilan puluh satu
93
Sembilan puluh dua
94
Sembilan puluh tiga
95
Sembilan puluh empat
96
Sembilan puluh lima
97
Sembilan puluh enam
98
Sembilan puluh tujuh
99
Sembilan puluh delapan
100
Sembilan puluh sembilan
101
Seratus
102
Seratus satu
103
Seratus dua
104
Seratus tiga
105
Seratus empat
106
Seratus lima
107
Seratus enam
108
Seratus tujuh
109
Seratus delapan
110
Seratus sembilan
111
Seratus sepuluh
112
Seratus sebelas
113
Seratus dua belas
114
Seratus tiga belas
115
Seratus empat belas
116
Seratus Lima Belas
117
Seratus enam belas
118
Seratus tujuh belas
119
Seratus delapan belas
120
Seratus sembilan belas
121
Seratus dua puluh
122
Seratus dua puluh satu
123
Seratus dua puluh dua
124
Seratus dua puluh tiga
125
Seratus dua puluh empat
126
Seratus dua puluh lima
127
Seratus dua puluh enam
128
Seratus dua puluh tujuh
129
Seratus dua puluh delapan
130
Seratus dua puluh sembilan
131
Seratus tiga puluh
132
Seratus tiga puluh satu
133
Seratus tiga puluh dua
134
Seratus tiga puluh tiga
135
Seratus tiga puluh empat
136
Seratus tiga puluh lima
137
Seratus tiga puluh enam
138
Seratus tiga puluh tujuh
139
Seratus tiga puluh delapan
140
Seratus tiga puluh sembilan
141
Seratus empat puluh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!