"Bagaimana dokter keadaan adik saya" Tanya Maya ketika dokter sudah selesai memeriksa Nayra.
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, dia hanya lelah dan belum makan, juga jangan sampai dia stres." jawab dokter.
"Nanti setelah cairan infus nya sudah habis juga susah boleh pulang." lanjut sang dokter
"Terimakasih, Dok." Maya sedikit membungkuk memberi hormat, begitu juga Devan.
"Tolong jaga pola makan dan istirahatnya yaa!." dokter memberi saran ke Nayra.
"Iya Dokter, terimakasih." jawab Nayra lirih.
"Alhamdulillah kamu baik-baik saja Nay. Tadi aku khawatir banget sama kamu. Aku takut tadi kamu diapa-apakan sama mereka." Nayra tersenyum melihat Maya yang begitu khawatir kepadanya. Dia merasa seperti memiliki seorang kakak yang khawatir melihat adiknya terluka.
"Kamu gak ada yang luka kan?" tanya Maya memastikan lagi.
"Nggak apa kok kak, Nayra baik-baik saja." kata Nayra membuat Maya tenang.
"Terimakasih ya kak sudah mengkhawatirkan Nayra." Nayra menggenggam tangan Maya dengan mata berkaca-kaca. Dia jadi ingat Mama dan Nayla saudara yang sudah di surga sana.
"Iya..sama-sama, Nay." Maya membalas genggaman tangan Nayra dan melampar senyum ke Nayra.
"oh ya, Nay."
" Kenalin ini Devan suami kakak." Maya menoleh ke Devan, kemudian beralih ke Nayra.
"Dan ini sayang, Nayra yang slalu aku ceritain ke kamu." Maya memperkenalkan mereka untuk pertama kalinya.
Dengan ragu Nayra mengulurkan tangannya ke arah Devan untuk memperkenalkan diri.
"Nayra"
"Devan" Devan membalas uluran tangan Nayra dan memegangnya singkat.
"Terimakasih ya kak tadi kak Devan sudah menolong saya." ucap Nayra dijawab deheman oleh Devan
"Nanti akan segera saya lunasi. Tapi tolong beri saya waktu." lanjut Nayra menunduk meremas kedua jari tangannya kuat.
Maya yang duduk disamping brankar Nayra memegang tangan Nayra yang tidak di infus dan mengelusnya lembut. "Nggak apa Nay, Nggak usah dikembalikan. Tadi aku sama Devan emang sengaja ke rumah kamu untuk membantu kamu membayar hutang. Tapi kami datang terlambat, untungnya masih bisa menyelamatkan kamu." jelas Maya
"Kamu tidak perlu memikirkan uang yang dikasih suami kakak. Anggap saja lunas jika kamu mau menikah dengan suami kakak." Maya melanjutkan ucapannya dengan tenang. Membuat Devan dan Nayra kaget. Bisa-bisanya Maya membahas itu disaat seperti ini , pikir Devan.
"Maya" panggil Devan dengan suara beratnya membuat Maya merasakan jika Devan kini sedang marah padanya.
"Ikut saya!" perintahnya membuat Maya mau tak mau mengikuti Devan keluar dari IGD.
Nayra yang mendengarkan tadi masik syok.
Menikah.
Kata itu belum pernah terlintas di pikirannya saat ini.
Haruskah dia menikah gara-gara hutang.
Konyol.
Nayra ingin menikah sekali dalam seumur hidup. Dengan orang yang mencintainya dan juga sebaliknya, dia juga mencintai pasangannya
Bukan menikah karna hutang dan hanya melahirkan seorang anak, lalu ditendang keluar.
Nayra gak mau seperti itu.
Nayra gak mau sakit hati seperti Mamanya.
Nayra gak mau mengulang kisah itu untuk kedua kalinya.
Apa ini karma, pikir Nayra.
...........
"Kamu apa-apaan Maya berbicara seperti itu kepadanya." ucap Devan lirih penuh penekanan
"Kenapa sayang, apanya yang salah?. Aku hanya memanfaat situasi saja." kata Maya tenang tanpa rasa bersalah.
"Memanfaat situasi" Devan mengulangi perkataan Maya, dan diangguki Maya.
Devan geleng kepala melihat anggukan Maya.
"Kamu keterlaluan Maya."
"Perlu aku ingatkan sekali lagi, Maya. Jika kamu yang meminta kita untuk datang ke tempatnya untuk membantunya melunasi hutang. Bukan untuk memintanya menuruti keingin kamu. Itu sama saja kamu dengan mereka." tukas Devan yang benar-benar kecewa sama Maya.
"Iya aku tahu, aku yang meminta kamu untuk melunasi hutang Nayra. Tapi sayang, ini itu kesempatan emas buat kita menjerat Nayra biar dia mau menikah dan melahirkan seorang anak buat kita." ucap Maya tenang dan senyum di wajahnya.
Devan hanya bisa diam mendengar ucapan Maya, sejak kapan Maya nya berubah.
Hhuufffff
Devan menghembuskan nafas pelan.
"Begini Maya."
"Jika kamu bertukar posisi dengannya, apa kamu mau membayar hutang dengan cara menikah dan melahirkan seorang anak kemudian dimintanya pergi jauh dari kehidupan keluarga itu? apa kamu mau Maya?" tanya Devan dengan nada sedikit keras.
"Ya nggak lah" jawab Maya cepat.
"Kamu aja gak mau, apalagi dengan dia." ujar Devan
"Tapi kalau kita paksa Nayra pasti dia mau, sayang." Maya masih tetap dengan keinginannya untuk Devan menikah dengan Nayra.
"Astaqfirullahalazhim, Maya." Devan mengusap wajah frustasi mendengar Maya yang masih tetap dengan keinginannya itu.
"Terserah kamu..aku gak mau iku campur." Devan langsung pergi dari hadapan Maya keluar dari rumah sakit.
Devan menghubungi Romi untuk segera menyusulnya. Lebih baik kerja daripada mengurusi keinginan Maya, pikir Devan
Maya yang melihat Devan pergi langsung berbalik menuju IGD.
Maya melihat ada seorang perawat yang melepas selang infus yang ada di tangan Nayra saat dia masuk IGD.
"Nanti nona kalau sudah sampai di rumah tolong istirahat dulu ya. Dokter tadi memberitahu untuk anda istirahat selama 3 hari di rumah dan jaga pola makannya." jelas perawat tadi setelah selesai melepas selang infus.
"Hmmm....makasih Sus." Nayra menekan punggung tangan kirinya bekas infus tadi.
Tadi saat perawat melepas infus di tangan Nayra, bekas tusukan jarum infus keluar darah yang lumayan banyak.
"Perbanyak minum ya nona. Anda sudah boleh pulang." Nayra mengangguk
"Saya permisi dulu." perawat pamit
"Nay..." Nayra menoleh dan tersenyum ke Maya seolah tidak terjadi apa-apa.
"Kamu sudah boleh pulang?" Maya mendekat.
"Iya, Kak. Dan untuk hutang dan biaya rumah sakit nanti akan saya ganti kak." ucap Nayra.
"Nggak..nggak usah biarin aja gak usah di ganti." kata Maya
"Tapi aku gak mau punya hutang kak. Itu akan memperberat aku nantinya." terang Nayra
"Kalau kamu gak pengen punya hutang ke aku, kamu terima saja tawaran yang aku kasih." jelas Maya yang masih menginginkan Nayra menjadi ibu pengganti untuk anaknya nanti.
"Nanti setelah semua selesai, kamu juga akan dapat uang ucapan terimakasih dari kami." lanjut Maya berharap Nayra mau.
"Aku mau pulang dulu kak. Nanti aku pikirkan lagi." Nayra langsung pergi meninggalkan Maya.
Dia bingung
Haruskah dia terima atau tidak.
Jika diterima dia akan menjadi janda setelah melahirkan.
Dan dia ingin menikah sekali seumur hidup.
Menjadi janda karna cerai itu bukan keinginan Nayra, tapi jika janda karna cerai mati itu sudah takdir.
Dan
Jika ditolak, dia tidak mungkin bisa membayar hutangnya kepada Tuan Devan.
Gak mungkin selama setahun dia bisa mengumpulkan uang sebanyak £150.000,-
Ya Allah...tunjukkan jalan-Mu--
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Zahra Aqilanoviana
a
2024-09-07
0
EndRu
Maya ngotot'banget nih. ntar mewek lagi klo suaminya lebih condong ke istri mudanya
2023-09-09
0
Humaira
maya edan
2021-08-08
0