Tok tok tok
"Nayra kami tahu kamu didalam. Keluar kamu." terdengar suara teriakan dari luar disusul gedoran pintu yang keras.
"Ya Allah...kenapa mereka datang lagi?."
"Apa mereka gak ada kerjaan apa?"
"Apa mereka gak tau apa kalau aku belum ada uangnya.?"
Gerutu Nayra yang mulai jengah akan sikap penagih hutang itu.
Akhirnya Nayra keluar
"Mana uangnya" Nayra yang baru saja membuka pintu langsung ditodong pertanyaan.
"Belum ada" jawab Nayra tenang
"Ini hari terakhir"
"Masih satu hari lagi"
"Mau besok mau sekarang sama saja kamu gak ada uang." kata salah satu dari depkolektor yang datang
"Kalau sudah tahu kenapa datang lagi?" tanya Nayra santai
"Kalau kami gak datang kamu gak akan mungkin membayar hutang kamu"
"Sok tau" gumam Nayra tapi masih di dengar
"Bayar sekarang atau......"
"Iya iya besok aku bayar. Janji besok aku bayar." potong Nayra cepat.
"Baiklah..besok" "Awas kalau ingkar lagi."
Mereka akhirnya pergi
Nayra bersandar di pintu yang baru saja dia tutup.
"Ya Allah..apa yang harus Nayra lakukan?"
"Kemana lagi Nayra harus mencari uang sebanyak itu"
Nayra berjalan ke dapur untuk membuat teh herbal untuk menenangkan diri.
Setelah selesai menyeduh teh dia bawa ke taman belakang rumah untuk menikmati teh herbalnya.
Duduk sendiri di taman, Nayra mengenang masak kecil dia bersama Nayla dulu yang selalu main kejar-keran dan main boneka di rumah pohon.
"Ra..gimana kalau kita buat rumah pohon?" tanya Nayla
"Boleh..tapi kan kita masih kecil. Bagaimana naik keatasnya? tanya Nayra balik
"Kita minta bantuan kakek aja gimana?" saran Nayla dengan mata yang dikedip-kedipkan.
"Ayo kita cari kakek" ajak Nayra penuh semangat.
Akhirnya setelah membujuk sang kakek, kakek Nayra dan Nayla membuatkan rumah pohon juga.
Nayra dan Nayla begitu senang saat rumah pohonnya jadi. Mereka sering menghabiskan waktu main boneka di rumah pohon, bahkan sampai ketiduran dan membuat papa dan mamanya bingung mencari mereka
Nayra tersenyum mengingat masa kecilnya.
"Pa..." Nayra tesenyum kecut saat mengingat papanya
Huffff
Uang sebanyak itu, kemana lagi Nayra harus mencarinya?
Gaji bulanan dari tempatnya bekerja aja gak cukup buat bayar hutang.
Kalau pinjam ke orang lain yang ada nanti tutup lobang gali lonang.
Apa Nayra harus jual rumah peninggalan kakek aja?
Tidak...kata mama rumah kakek gak boleh dijual.
Karena hanya tinggal rumah yang kini dia tempati harta yang kakek tinggalkan untuknya.
Trus Nayra harus gimana??
Nayra bergelut dengan pikirannya sendiri.
"Apa aku terima saja tawaran kak Maya?" pertanyaan itu terlintas begitu saja di pikiran Nayra.
Tidak tidak tidak
Tidak Nayra, jangan
Tadi katanya dia meminta ku nikah sama suaminya. Kalau pun aku hamil anaknya berarti sah-sah sajakan?
Itu tidak terhitung zina atau maksiat kan?
Batin Nayra
"Haruskah aku menerima tawaran itu.?" gumam Nayra
"Aku hanya harus menikah, mengandung, dan melahirkan. Hanya itu sajakan?" katanya pada diri sendiri.
"Jadi kalau aku mau menerima tawaran itu, setelah melahirkan aku jadi janda dong?"
Tidak Tidak Tidak
Aku gak mau janda
Akkhhhhhhhh
..............
Ceklek
Devan memasuki pintu rumah saat sudah malam, dia berjalan menuju tangga. Tapi langkahnya berhenti ketika Maya memanggilnya dari arah dapur.
"Sayang...kamu sudah pulang? Sudah makan?" tanya Maya yang berjalan mendekat ke arah Devan
Devan menggelengkan kepala "Belum."
"Ya udah kalau begitu, kamu bersih-bersih dulu. Aku lanjut masak buat makan malam." Maya menampilkan senyum manis nya ke Devan
Devan hanya diam sedikit menganggukan kepala lalu menaiki tangga menuju kamar mereka.
........
"Segini sudah cukup, sayang?" tanya Maya ketika mengambilkan nasi untuk Devan.
" Sudah segitu aja"
"Lauknya mau yang mana?" Devan melihat menu lauk yang disajikan Maya.
"Cumi asam manis sama tumis pokcoy!" Maya mengambilkan lauk yang diminta Devan dan meletakkannya didepan meja.
"Selamat makan, sayang". ucap Maya masih dengan senyum diwajahnya.
"Hhmmmm" Devan merasa aneh dengan sikap Maya akhir-akhir ini setelah bertemu perempuan yang katanya akan dijadikan madunya itu.
Jujur saja Devan tidak mau memadu Maya, dia sangat mencintai Maya.
Dia tidak mau melihat Maya terluka karenanya.
Tapi setelah melihat Maya yang akhir-akhir ini terlihat bahagia, Devan hanya bisa berharap semoga tidak ada yang tersakiti ataupun kecewa.
Devan juga tidak tahu perempuan itu mau atau tidak, tapi setiap mendengar Maya menceritakan tentang perempuan itu Devan merasa kalau dia perempuan baik dan Devan tahu, jika perempuan seperti yang di ceritakan Maya tidak mungkin mau menjadi istri kedua, menjadi madu dari Maya. Dia pasti tidak mau dicap sebagai pelakor, ataupun apalah itu yang membuat harkat dan martabatnya menjadi jelek.
"Sayang..." Devan menoleh, Maya mendekat ke arah Devan yang lagi menonton acara bola di TV. Dia duduk di samping Devan.
"Apa?" tangan Devan lingkar dibelakang kepala Maya dan mengelus kepala Maya lembut.
"Tadi aku sudah bicara sama Nayra." Devan masih dian mendengarkan cerita Maya, tapi tangannya tetap mengelus kepala Maya.
"Nayra bilang kalau dia.." Maya menundukkan kepalanya. Matanya mulai berkaca-kaca.
Devan membawa kepala Maya ke dekapannya, dielusnya pelan.
"Tidak apa-apa, jangan buru. Perempuan seperti dia aku yakin dia akan menolak. Dia itu perempuan yang mempunyai pendirian kuat, mempunyai harkat dan martabat yang tinggi. Tidak mungkin dia akan mau menjadi istri kedua dan menjadi madu kamu. Bukankah dia sudah menganggapmu, kakak?" Maya menganggukan kepala.
"Apalagi dia sudah menganggapmu, kakak. Dia akan sangat menolak permintaan mu. Dia pasti tidak ingin menyakiti kamu. Dia tidak ingin merusak hubungannya dengan mu. Makanya dia menolak permintaanmu." Devan menjelaskan dengan nada lembut agar Maya tidak merasa tersinggung akan penolakan dari Nayra.
"Tapi aku kasihan sama dia" suara Maya terdengar serak karna dia sudah menangis sedari Devan mendekapnya tadi.
"Dia kenapa?" tanya Devan
Maya menjauhkan badannya dari Devan, lalu mata mereka bersitatap.
Devan mengusap lembut air mata yang jatuh dipipi Maya.
"Nayra memiliki hutang yang banyak pada seorang saudagar, dan besok adalah waktu batas pembayarannya. Tadi juga dia terlihat dikejar-kejar depkolektor saat munuju ke restoran. Kata pak Mujid juga tadi sore di rumah Nayra juga didatangi depkolektor lagi. Dan jika besok dia tidak bisa membayar maka dia harus meninggalkan rumahnya itu." Maya menceritakan informasi yang didapatnya dari pak Mujid, supir yang selalu mengantar jemput Maya.
"Emang pak Mujid juga mengenalnya." pasalnya Devan tidak tahu jika Maya menyewa pak Mujid untuk mengitungi Nayra untuk mendapatkan informasi.
"Aku minta pak Mujid untuk mencari informasi tentang Nayra." ungkap Maya.
"Kita bantu Nayra ya, sayang.?" pinta Maya.
"Iya kita bantu dia. Tapi kamu jangan maksa dia untuk mau menerima permintaan kamu, kita bisa cari lagi." Maya menganggukan kepala cepat.
"Terimakasih sayang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
EndRu
sukaaa bangeeet
2023-09-09
0
Erma Wahyuni
kasihan nayra😭😭
2021-08-01
0