Setelah dari rumah sakit, Devan dan Romi menuju kantor rekan bisnis.
Selama perjalanan menuju tempat rekan bisnisnya Devan terlihat melamun, melihat kearah luar jendela. Entah apa yang dipikirkanya, dari tatapan matanya terlihat kosong.
Romi yang melihat bos nya melamun seperti banyak pikiran merasa kasihan. Di usia nya yang terbilang masih muda tapi harus memikul beban berat.
Sebagai anak laki satu satunya di keluarganya dia harus serba bisa dalam segala urusan bisnis, dan harus menguasai berbagai bidang.
Dan yang terpenting saat dia sudah menikah, dia harus memberikan keturunan laki-laki untuk keluarganya.
Apalagi sekarang usia pernikahannya sudah berjalan 5th lebih dan dia belum juga dikarunia seorang anak.
Sering Romi melihat bos nya itu nangis diam-diam, memohon kepada sang khalik untuk segera diberi momongan. Tapi apalah daya, kita hanya hamba yang penuh dosa yang slalu meminta lebih akan kebaikan dan kebahagiaan tanpa mau merubah sikap ataupun sifat kita.
"Bos, kita sudah sampai." suara Romi menyadarkan Devan akan lamunannya.
"hmmm" Devan hanya berdehem dan menggelengkan kepala untuk mengembalikan fokusnya.
Mereka masuk ke sebuah gedung perkantoran, menuju resepsionis.
"Ada yang bisa saya bantu." tanya seorang resepsionis saat melihat Devan dan Romi mendekat ke arahnya.
"Saya mau ketemu Tuan Carol, tadi sudah membuat janji." jawab Romi
"Apa anda Tuan Devan dan Tuan Romi?" sang resepsionis memastikan
"Benar." jawab singkat Romi sedikit menganggukkan kepala.
"Mari saya antar, Tuan Carol sudah menunggu Anda."
Sang resepsionis itu menunjukkan arah menuju ruangan Tuan Carol yang berada di lantai 23.
Setelah sampai di lantai 23 petugas resepsionis tadi meninggal kan Devan dan Romi setelah menemui sekertaris Tuan Carol.
"Mohon maaf Tuan Devan dan Tuan Romi, Tuan Carol nya lagi ada tamu, mohon tunggu sebentar disana." sekertaris itu menunjuk sofa yang berada di dekat jendela besar.
Romi mengiyakan dan berjalan ke arah sofa bersama Devan.
Tak berapa lama terdengar suara pinta tertutup dengan keras
Brakkk
Terlihat seorang wanita cantik yang keluar dari ruangan Carol. Dia terlihat marah, terbukti tadi dia membanting pintu dengan keras dan menghentak hentakkan kakinya.
Devan yang melihat itu merasa heran, sejak kapan Carol menolak wanita cantik. Biasanya dia sehari bisa gonta ganti lebih dari satu wanita dan berakhir si wanita bahagia, tidak seperti wanita itu tadi. Ada apa dengan Carol? pikir Devan.
Setelah wanita itu pergi sekertaris Carol menghampiri Devan dan Romi untuk segera masuk ke ruangan Carol.
"Kenapa dengan lehermu, Car?" tanya Devan saat baru duduk di sofa yang ada di ruangan Carol
"Dicakar singa betina" jawab Carol asal
"Mana ada singa betina cantiknya melebihi wanita simpanan mu itu" sambung Romi
Devan dan Romi langsung tertawa. Carol yang melihat kedua sahabatnya tertawapun langsung melempar kapas bekas membersihkan lukanya.
"Santai brother" ucap Devan menenangkan Carol.
Setelah berbasa basi mereka melanjutkan pembahasan kerjasama pembangun hotel di Istanbul.
"Jadi kapan bisa dimulai?" tanya Devan
"Kurang lebih satu bulan lagi. Lokasi nya sudah steril dan sekarang ini lagi proses pembongkaran belum lagi pembersihannya juga. Yaa kurang lebih satu bulan lagi baru bisa dimulai." jawab Carol memperhitungkan waktu pembongkaran dan pembersihan puing-puing bangunan.
"Kamu atur aja, aku mau pulang dulu. Masih sedikit pusing gara-gara perjalanan kesini kemarin." pamit Devan
"Oke..Kapan-kapan akan aku traktir kalian." tawar Carol
"Thanks" Devan menepuk bahu Carol pelan.
"Ayo aku antar sampai lobi." Carol berjalan duluan
"Suatu kehormatan seorang Carol mau mengantar tamunya sampai lobi perusahaan. Biasanya juga diam di tempat." ledek Romi
Yang di ledek cuek bebek melanjutkan jalan.
Mereka bertiga menuju lobi. Ketika sampai di lobi Carol langsung membalikkan tubuhnya.
Devan sama Romi yang berjalan dibelakang Carol langsung menghentikan langkah mereka.
"Kenapa?" tanya Devan
"Aku nganter sampai disini saja yaaa...Aku lupa kalau ada kerjaan." Carol terlihat gugup saat jawab
"Bai..." ucapan Devan kepotong saat ada yang meneriaki nama Carol
"Hai Carol" teriak wanita tadi yang di membanting pintu ruangan Carol
Devan dan Romi melihat ada wanita yang berjalan ke arah mereka. Wanita tadi, pikir Devan dan Romi.
"Siall.." umpat Carol
"Mau kemana kamu? Urusan kita belum selesai ya tadi." wanita itu terlihat marah
Petugas keamanan mendekati Carol
"Maaf tuan, saya lalai dalam menjaga tugas. Akan segera saya amankan wanita ini." kata kepala keamanan
"Ihhh apa sih lepas, aku gak ada urusan ya sama kalian." wanita itu memberontak saat petugas keamanan mau menyeretnya.
"Lepaskan dia." akhirnya Carol meminta petugas keamanan melepaskan wanita itu dan memberi isyarat ke petugas keamanan untuk pergi.
"Apa mau kamu?" tanya Carol to the point
"Aku kan sudah bilang berkali kali sama kamu. Apa kamu lupa? hah." wanita itu balik tanya
"Aku gak mau tanggung jawab." ucap Carol penuh penekanan.
"Kamu benar-benar jahat Carol. Kamu gak kasihan apa sama Nayla. Dia lagi mengandung anak kamu. Dia juga sudah bersedia tes DNA walau dia tahu itu beresiko sama janinnya. Bukankah hasilnya sudah keluar? Bahkan hasilnya sangat jelas kalau kau benar-benar ayah biologis dari janin yang dikandung Nayla." wanita itu terlihat kesal sama Carol
"Kamu benar-benar jahat Carol. Kamu sudah lupa janji kamu sama Mama beberapa bulan yang lalu." dia terlihat meneteskan air mata nya.
"Dan aku bersumpah, aku tidak akan pernah membiarkan kamu ataupun keluargamu untuk menemui Nayla dan calonnya. Bahkan untuk mengambilnya pun kau gak akan pernah bisa."
Setelah memberikan peringatan kepada Carol, wanita itu segera berlalu.
Devan dan Romi yang melihat itu hanya diam saja, pasalnya mereka tidak tahu ada masalah apa antara Carol dan wanita itu.
"Maaf kalian harus melihat kejadian ini" terlihat penyesalan dimata Carol.
"it's oke. Semua orang punya masalah." Devan mencoba menenangkan
"kalau ada apa-apa hubungi saja aku? aku pamit dulu." lanjut Devan
Carol hanya menganggukkan kepala
.....................
Devan sudah sampai di apartemen, tapi dia tidak menemukan istrinya di kamar ataupun kamar mandi. Tadi waktu menuju kamar pun Devan juga tak melihat Maya di dapur. Terus kemana dia?
"Sayang....sayang kamu dimana?" Devan mencari Maya di setiap sudut apartemennya, tapi dia tak menemuka keberadaan sang istri.
"Ya Allah...kamu dimana sayang?" ucap Devan lirih,
Devan mencoba menghubungi nomor sang istri, tapi hanya suara operator yang dia dengar.
Saat dia mau pergi keluar untuk mencari Maya, terlihat pintu apartemen terbuka, menampilkan sosok perempuan yang Devan cari dari tadi.
"Asaalamualaikum"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments