Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian Pra-Nikah
Siang menjelang sore, Khalisa sedang duduk diatas sofa ruangan kerja Edward.
"Ruang CEO? Edward Edi Baskoro? Apa? Dia CEO?" Batin Khalisa yang menelisik ruangan Edward.
"Kemarilah!" Suara Edward memecah pengedaran pandangan Khalisa.
Khalisa mendekat ke arah meja Edward. Jarak mereka hanya dipisahkan oleh meja kerja Edward yang besar itu.
"Duduk!" seru Edward yang kemudian melemparkan sebuah map yang berisi dokumen perjanjian pernikahan.
"Baca itu!" Ujar Edward dengan santai.
"Apa ini?" Tanya Khalisa bingung.
"Baca saja!" Ucap Edward yang tetap dengan santai duduk di atas kursi kerjanya.
Khalisa mulai membuka dokumen itu dan membacanya. Ia sedikit tersentak dengan isi dokumen itu.
"Jadi kamu berbohong kepadaku? Kamu bilang tidak akan menyentuhku? Tapi disini tertulis bahwa aku harus menuruti segala perintahmu!" Gerutu Khalisa yang menatap tajam ke arah Edward.
"Aku akan membayarmu, jangan khawatir! Dan aku akan menyembunyikan pernikahan kita! Jadi kau bebas bisa berkencan dengan siapa saja. " Timpal Edward yang masih tetap berlagak santai.
Mendengar itu, Khalisa mengepalkan tangannya sehingga membuat dokumen itu sedikit terkoyak.
"Jaga mulutmu itu! Apa kamu tidak pernah belajar sopan santun kepada orang lain? Memangnya kau pikir aku ini wanita apa? Dasar laki laki tak berpendidikan!"
"Hei Nona, jaga mulut anda ya! Anda juga tidak punya sopan santun!" Sahut Sekertaris Fian.
"Diamlah! Kau hanya bawahan disini! Jika aku mau menikah dengannya, bisa jadi kau juga jadi bawahanku!" balas Khalisa dengan penuh kemarahan.
"Menarik." satu kata yang membuat Edward menyeringai.
"Fiaaann... Bawa kesini!" Titah Edward kepada sekertaris Fian.
Tak lama sekertaris Fian membawa sebuah koper yang didalamnya berisi uang dolar yang sangat banyak dan beberapa batang emas murni. Sekertaris Fian pun memperlihatkan isi koper itu kepada Khalisa.
"Apa masih kurang?" Tanya Edward kepada Khalisa yang masih melongo melihat uang dan emas batangan itu.
"Orang ini apa sudah gila? Tidak, aku tidak boleh terperangkap!" batin Khalisa yang dengan cepat tersadar dengan lamunannya.
"Fian..." Ucap Edward kembali.
Tak berapa lama, sekertaris Fian membawa tas jinjing hitam yang berukuran sedang. Ia membuka resleting tas itu dan terlihat beberapa lembar uang dolar dan banyak emas batangan murni.
"Masih kurang juga?" Tanya Edward kepada Khalisa yang melongo lagi. Namun gadis itu berusaha untuk menjadi normal kembali.
"Lupakan ocehanmu itu. Kau sudah jauh jauh kemari. Aku tidak mau mengembalikanmu ke desa itu. Jika kau tidak berkenan menikah denganku, pulanglah sendiri dan jadilah cucu yang tidak tau terima kasih!" ucap Edward yang tetap terlihat santai meskipun dalam hatinya saat itu gusar.
Khalisa terdiam. Edward pun terdiam. Kedua orang itu memiliki fikiran yang berbeda. Edward dengan ketakutan akan penolakan Khalisa, sedangkan Khalisa dengan ke dilemaan-nya.
"Baiklah! Aku akan menerima lamaranmu. Kamu juga tidak perlu membayar ku sebanyak itu! Kamu perlu menafkahiku sebagai istrimu saja. Dan satu lagi, Izinkan aku bekerja. Karena setelah satu tahun aku sudah bukan istrimu lagi! Jadi aku mau mengumpulkan pundi-pundiku sendiri!" Ucap Khalisa kepada Edward dengan penuh keyakinan.
Nafas lega menyelimuti pikiran Edward. "Hanya itu saja syarat darimu?"
"Jangan pernah melarang ku untuk mengunjungi makam kakek nenekku." Ucap Khalisa
"Baiklah. Soal pekerjaan , kamu harus bekerja di kantor ku!" Titah Edward.
"Saya akan berusaha sendiri, jadi jangan melarang saya! Kalau kamu keberatan maka aku juga keberatan menjadi istrimu." Ucap Khalisa sedikit mengancam.
"Baiklah akan ku turuti kemauanmu!" balas Edward yang menatap sengit ke arah Khalisa. Edward yakin, Khalisa merencanakan sesuatu terhadapnya.
Edward kemudian memerintahkan sekertaris Fian untuk membawa Khalisa menuju apartemen milik Edward. Khalisa hanya menuruti saja keinginan calon suaminya itu.
Khalisa turun dari ruangan kerja Edward dengan menggunakan lift khusus. Sesampainya di lobi, beberapa mata karyawan yang lalu lalang menatap heran ke arah Khalisa seakan bertanya, siapa gerangan gadis yang bersama Sekertaris Fian? Apalagi penampilan Khalisa saat itu jauh dari kata mewah.
"Sebelah sini Nona," ucap Sekertaris Fian yang mempersilahkan Khalisa masuk kedalam mobil.
Sementara sekertaris Fian tidak ikut masuk kedalamnya. "Eh eh, Kenap kamu tidak ikut masuk? Aku mau keluar saja!" ucap Khalisa yang curiga.
"Maaf Nona, dia adalah supir pribadi Tuan Edward, jadi nona tidak perlu khawatir dan merasa takut. Di mobil ini juga sudah dipasang keamanan seperti anti peluru, GPS, penyadap peluru, senapan, anti.." ucap Sekertaris Fian yang terhentikan karena melihat jari telunjuk Khalisa terangkat keatas.
"Nggak CEO, nggak Sekertarisnya, sama saja. Cerewet!" gerutu Khalisa yang kemudian duduk bersandar kesal.
Melihat itu, sekertaris Fian sedikit bingung dengan dirinya sendiri. "Apa yang salah? Aku hanya berusaha menjelaskan." batinnya.
Mobil itupun tiba tiba berjalan sehingga membuat sekertaris Fian sadar akan dirinya sendiri.
"Sepertinya hidupku kali ini akan terombang-ambing di Neraka." ucapnya lirih.
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣