Aurelia... seorang wanita cantik yang selalu hidup dengan penuh kesederhanaan, dia hidup bersama ibu dan juga neneknya di dalam kesederhanaan.
walaupun banyak cobaan yang datang, aurelia tidak patah semangat dalam menapaki kehidupan yang penuh liku. sampai pada akhirnya dia bertemu dengan seorang laki laki tampan yang membuat hatinya terpatri akan nama dan wajah tampan laki laki tersebut, akankah kisah aurelia akan berakhir bahagia...? jika penasaran dengan cerita ini...? ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yaa... selamat membaca…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Yudistira.
“Selamat ulang tahun tante…”
Angga memberikan kado kecil untuk aulia yang hari ini sedang berulang tahun, pesta kecil kecilan yang di rayakan oleh aurel, oma ana dan angga terlihat sangat meriah dengan beberapa hiasan balon dan juga hiasan kecil di ruang tamu rumah aurel.
“Makasih angga, kamu udah repot repot kasih hadiah ini untuk tante.”
Angga tersenyum melihat aulia yang terlihat sangat menyukai pemberian angga, sedangkan aurel yang dari tadi sudah memberikan kadonya untuk aulia berinisiatif membagikan kue yang tadi sudah di potong terlebih dahulu oleh aulia.
“Maaf tante cuma kasih hadiah kecil.” Angga malu dengan dirinya sendiri, dia hanya bisa memberikan kado dengan harga yang tidak seberapa.
“Hadiah kamu sangat berguna saat tante tidak membawa handphone, tante bisa melihat waktu setiap saat.”
Pemberian angga langsung di pakai di pergelangan tangan sebelah kiri milik aulia, angga yang melihatnya merasa seperti sangat di hargai oleh aulia.
“Ini cak.” Aurel menyerahkan sepotong kue ulang tahun ke angga yang masih berbicara dengan aulia, dengan segera angga menerima pemberian aurel.
“Dan ini dari mama buat kamu, walau nilainya tidak seberapa. Mama harap kamu tidak melihat nominalnya tapi ketulusan di dalamnya.” Oma ana menyerahkan paper bag ke aulia, wajah penuh senyum aulia perlihatkan untuk oma ana.
“Mama…” kedua mata aulia terlihat berkaca kaca menatap oma ana, aulia sangat terharu dan berterima kasih karena Tuhan masih memberikan kesehatan untuk mamanya.
“Bagiku kado yang paling sepesial adalah ketika aku melihat mama masih ada di sampingku dan asih sehat jadi bisa menemaniku saat kelak aurel mengikuti suaminya.”
Mendengar ucapan aulia, aurel melirik tajam. Suasana yang tadinya terasa melon berubah menjadi penuh tawa melihat reaksi aurel yang tampak kesal dengan ucapan aulia.
“Calonnya aja belum punya ma, udah ah jangan nge bayangan yang enggak enggak. Aku masih mau menemani mama dan oma, mungkin sampai aku tua nanti.”
“Kenapa harus jauh jauh cari calon sih rel, nih nak angga oma rasa cocok kalau sama kamu.” Goda oma ana melihat reaksi angga yang terlihat malu malu kucing.
“Oma ih…” kesal aurel yang memilih pergi menggambil air minum di dapur.
“Bagaimana Angga, apa kamu tidak merasa tertarik dengan anak tante.” Goda aulia semakin menjadi menatap angga yang menundukkan kepalanya sambil tersenyum.
“Doakan tante, agar aurel dapat menerima saya.”
Aulia dan oma ana saling melihat satu sama lain, mereka tidak menyangka jika selama ini angga juga menaruh rasa dengan aurel.
“Pepet terus nga, siapa tahu aurel bisa membuka hatinya untuk kamu.”
Angga terdiam, sepertinya ada sesuatu yang di rahasiakan oleh aulia saat ini tentang perasaan aurel.
Aurel tiba tiba datang sambil membawa satu teko es jeruk kesukaan angga, dia meletakkan teko dna juga gelas plastik di meja depan angga.
“Ngobrolin apa sih serius amat.” Aurel duduk di samping angga karena kursi yang terlihat masih kosong hanya di samping angga.
“Ngobrolin masa depan nak angga yang mau menikahi seorang wanita pilihannya.” Celetuk aulia yang gemas dengan aurel yang belum juga memberikan kesempatan untuk angga untuk mengisi hatinya.
“Emang kamu menyukai seseorang cak, siapa…?” Aurel menatap tajam ke arah angga, entah kenapa aurel merasakan sesak di dalam hatinya.
Angga yang melihat perubahan di raut wajah aurel segera mengalihkan pembicaraan mereka, sedang aulia dan oma ana yang melihatnya merasa aneh melihat sikap aurel yang seperti tidak senang dengan ucapan aulia.
“Katanya kamu mau ke toko buku, mending kita berangkat sekarang aja yuk.” Angga menggambil es jeruk yang tadi sudah di buatkan aurel, dia segera meneguknya sampai tandas tanpa sisa.
“Oh iya, hampir lupa.” Aurel segera berdiri dan menggambil tas yang biasa menemaninya pergi, tak lupa dia menggambil handphone yang dia letakkan di atas meja.
“Yuk kita berangkat sekarang, mama, oma aku pergi dulu sebentar ya.” Aurel segera menarik lengan angga, sampai angga hampir jatuh karena gerakkan cepat aurel.
“Rel… pelan pelan, kasian angga.”ucap aulia memperingatkan.
“Mama lihat aurel sebenarnya sudah mempunyai rasa dengan angga, tapi sepertinya dia takut untuk menerima angga.” ucap oma ana masih menatap kepergian angga dan aurel.
“Sepertinya begitu ma.” Jawab aulia.
...****************...
Di dalam sebuah kamar, terlihat Yudistira yang sedang memainkan handphonenya di atas tempat tidur nyamannya. Dia melihat beberapa postingan di media sosial miliknya, Yudistira menghentikan jemarinya saat melihat postingan milik putri Aurelia.
“Aurel… hmm… cantik…” Yudistira perlahan mengusap layar handphone nya pelan, dia membanyangkan sedang mengusap pipi lembut milik aurel.
Tiba tiba Yudistira teringat akan kesepakatannya dengan aurel, Yudistira mencari kontak yang belum sempat dia simpan. Beberapa nomor tertera di sana, dia menyimpan nomor yang tadi aurel kerik di handphone miliknya.
Nomor yang aurel kirim sengaja yudis simpan dengan nama miss tantrum, yudis tersenyum mengingat kekesalan aurel saat dirinya meminta di bawakan sarapan ke kampus.
“Miss tantrum…” Yudistira menekan nomor milik aurel, terdengar nada sambung di balik telpon.
“Hallo… siapa ya…”
Yudistira tersenyum mendengar suara lembut milik aurel, dia masih terdiam dan mendengarkan kekesalan aurel. Belum juga Yudistira berucap terdengar samar samar suara seorang lelaki sepertinya sedang bersama aurel saat ini.
“Ini gue, Yudistira.” Ucap yudis segera sebelum aurel mematikan telponnya.
Dibalik sana aurel segera melihat layar di handphonenya, dia melihat nomor yang sama saat tadi Yudistira menghubunginya. Hanya untuk memastikan nomor milik aurel atau bukan.
“Iya kenapa…?” Jawab aurel ketus.
“Bisa kita ketemu malam ini.” Tak terdengar apapun di balik sana, hanya terdengar suara berisik dan musik yang mengalun pelan.
Yudistira pikir mungkin sekarang aurel sedang di mall atau dimana entah, tetapi bukan di rumahnya.
“Kamu dimana…? Aku kesana sekarang.” Ulang Yudistira agar aurel menjawabnya.
“Eh… anu, aku… maksud aku, kamu jangan ke sini. Aku lagi sibuk dan tidak bisa menemui kamu, kamu telpon aja saat aku sudah sampai di rumah nanti.” Aurel segera mengakhiri sambungan telponnya dengan Yudistira.
“Kamu ini cewek yang unik Aurelia, gue jadi penasaran sama lo.” Lirih Yudistira sambil menatap kembali foto aurel di salah satu aplikasi medsos milik aurel.
Tepat pukul sembilan malam, akhirnya aurel sampai di rumahnya. Sedangkan angga segera pulang ke kos nya.
Ketika aurel akan tertidur tiba tiba dia teringat akan Yudistira yang tadi menghubunginya, dia segera menggambil handphonenya yang tadi dia letakkan di atas nakas.
Aurel berhenti sesaat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 21.45.
“Sudah malam ternyata, dari pada telpon lebih baik aku kirim chat aja.” Seperti kebiasaan aurel, dia hanya mengirim huruf P di saat ingin mengetahui jika orang tersebut online atau tidak.
Tak lama handphone milik aurel bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Melihat siapa nama penelepon aurel mengeryit heran, sebelum mengangkatnya aurel berdecak kesal.
“Hmm…” jawab aurel setelah mengangkat telpon dari Yudistira.
“Belum tidur, atau baru pulang dan tiba tiba ingat aku.” Goda Yudistira yang membuat aurel kesal.
“Ck… kamu mau ngomong apa tadi.” Tanya aurel masih dengan nada kesalnya.
“Apa ya… bentar aku ingat ingat dulu.” Yudistira sengaja terdiam untuk menggoda aurel, dia tahu jika aurel sedang kesal dengannya.
“Oh iya, aku ingat, mulai besok kamu datang ke apartemenku, sesudah pulang dari kampus. Aku akan kirimkan nomor pasword apartemen milikku, ingat kamu akan menjadi pembantuku selama satu tahun. Jika kamu ingkar, aku akan memberi bunga untuk pembayaran yang harus kamu lakukan nanti.”
“Hei… kenapa harus besok, apa tidak bisa minggu depan aku membersihkan apartemen milik kamu.” Aurel yang terkejut mencoba bernegosiasi dengan Yudistira.
“Enggak, mulai besok aku juga tidak masuk ke kampus. Jadi aku harap kamu sepulang kuliah segera ke apartemenku, oh iya… kamu bisa masak kan…?”
“Bisa jika masakan rumahan, kalau masakkan barat aku nggak bisa.”
“Bagus, sekalian kamu masak buat aku makan. Aku minta nomor rekening milikmu, aku akan kirim uang untuk belanja bahan bahan yang di perlukan. Ingat aku alergi udang, jadi jangan sekali kali kamu memasak udang, atau mencampuri masakkan kamu dengan udang.” Yudistira memperingatkan ke aurel tentang alerginya, dia ingin aurel mengetahuinya.
“Huh… oke, sudah itu saja atau ada yang lain.” Rasa malas meladeni telpon dari Yudistira membuat aurel ingin segera mengakhirinya.
“Udah, besok malam kita ketemu di apartemen ku.” Yudistira dengan segera mematikan sambungannya tanpa mengatakan ucapan selamat tinggal atau apapun itu.
Aurel yang tidak mendengar apapun melihat ke handphonenya, dia berdecak kesal ternyata Yudistira mematikannya secara sepihak.
Aurel memilih tidur, dia ingin segera beristirahat karena badannya lelah untuk hari ini.