Aditya patah hati berat sebab Claudia—kekasihnya— memilih untuk menikah dengan pria lain, ia lantas ditawari ibunya untuk menikah dengan perempuan muda anak dari bi Ijah, mantan pembantunya.
Ternyata, Nadia bukan gadis desa biasa seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Sayangnya, perempuan itu ternyata sudah dilamar oleh pria lain lebih dulu.
Bagaimana kisah mereka? Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Ijab Sah
Aditya yang sudah curiga sejak awal, dia tidak percaya begitu saja pada ucapan Nadia yang mengatakan jika dirinya akan menemui teman di kafe Bear ternyata malah masuk ke dalam hotel di seberangnya.
Dia memutar balikkan mobil dan mencoba mengikuti kemana perempuan itu pergi, tetapi ia tidak bisa menemukan jejaknya yang lebih dulu masuk, sedangkan ia harus memarkirkan mobil dan sebagainya.
Alhasil, Aditya hanya bisa menunggu di lobby. Kurang dari setengah jam, dia mendapati panggilan dari Nadia.
“Halo, Nadia?”
“Akh!” Namun yang dia dengar hanya suara teriakan Nadia dan berisik bersaut-sautan dengan suara seorang pria yang tidak jelas berbicara apa.
“Nadia, halo? Nad, kamu dimana?!”
Aditya terus menempelkan ponselnya di telinga dan mendengarkan apa yang terjadi. Berkalil-kali ia bertanya kamu dimana, tetapi hanya ada suara berisik dari seberang panggilan.
“A, KAMAR 304, A, TOLONG!.”
Ia bergegas menuju resepsionis dan meminta informasi kamar 304, tetapi baginya respons resepsionis terlalu lama. Ia berlari lebih dulu menuju kamar itu. Di lantai 3.
Ia mencari kamar 304, tanpa aba-aba ia menendang kamar itu sampai merusak smart lock door-nya.
Pintu terbuka lebar.
Dilihatnya Nadia berbaring di atas ranjang. Perempuan itu dalam keadaan badan setengah tidak berbusana, gamisnya sudah tersingkap sampai ke atas hingga menunjukkan kaki putihnya yang terbuka lebar di tepian ranjang, seorang laki-laki berada di atasnya.
Aditya membusung dada penuh penuh amarah. Pria yang sedang bergerak di atas tubuh Nadia itu, Aditya tidak bisa membayangkan bagaimana bejat-nya dia memperlakukan gadis yang terlelap menutup mata tidak berdaya di bawah kungkungannya.
“Nadia!”
Tanpa menunggu apapun lagi, Aditya menendang dari samping sosok pria yang sedang mencoba memper-kosa Nadia. Nadia sudah dipenuhi luka-luka dan dia hampir pingsan, di saat itu, Aditya mencoba menutup tubuh perempuan itu dengan pakaiannya.
Memasangkan kembali jilbabnya.
“Nad, apa yang terjadi? Bangun!” ujarnya pilu apa yang baru saja dilihatnya terasa menusuk sampai ke hati.
Cekrek!
Ia mendengar suara kamera tengah memotretnya.
“Breng-sek! Kurang ajar!”
Bug bug bug.
Ia menghajar laki-laki yang semula sudah ia tendang itu.
“Baji-ngan tengik, kau! ASU!” kata Aditya menghajar pria itu membabi buta. Ia merebut ponsel itu dan menghapus gambar kamera yang sempat diambilnya.
“Urusan kita belum selesai!”
Namun, respons pria itu malah tertawa. Terakhir kalinya, Aditya menendang pria itu sambil membawa Nadia di gendongannya.
Barulah saat itu staf hotel berdatangan.
“Bawa pria itu ke kantor polisi!” perintah Aditya.
Di rumah sakit, Aditya meminta perawatan IGD untuk Nadia diperiksa. Dua jam lamanya dia berdiam diri dan memijat sisi kepalanya di depan tubuh Nadia yang terbaring penuh dengan luka memar.
Akhirnya, Nadia tersadar dan dia langsung syok dan bangun dari posisinya. Ia tidak ingat apapun yang terjadi setelah dipukuli hingga tidak berdaya.
“Apa yang terjadi, Nad? Kamu dan dia? Apa yang kalian berdua lakukan di kamar itu?” Aditya nyaris menangis mennayakan hal itu kepada perempuan itu.
“Kalau saja kamu gak bohong, bilang mau ke kafe ketemu teman tapi ternyata kehotel. Siapa pria itu?”
“Tunanganku,” jawab Nadia tersedu duduk di atas ranjangnya. Hatinya terisis, bukan hanya badan saja yang sakit semua, tetapi hati juga teriris iris. Dia sudah dilecehkan.
“Kamu tahu apa yang dia lakukan padamu? Di depan mataku, Nad. Di depan mataku dia ... arggggh!”
Ting... Notifikasi di ponselnya, pesan dari rekan kerja yang masuk melalui direct message akun sosial media Aditya.
"Apa?!" teriaknya terkejut melihat pesan yang diterimanya, sebuah headline berita yang berisi foto dirinya dan Nadia yang setengah tanpa busana itu tersebar luas di sosial media.
"Breng-sek!"
.
.
“Saya terima nikah dan kawinnya Nadia Syafaatus Zia binti Raharja dengan seperangkat alat solat dibayar tunai!”
Tepat di hari ini, Nadia resmi menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak pernah terpikirkan di hatinya akan menjadi suami untuknya.
Di dalam kamar itu Nadia menangis di atas ranjangnya. Riasan di wajahnya luntur sebab tersapu air mata yang membasahinya.
Dia duduk seorang diri dengan memeluk lututnya di pojok ruangan. Karena kejadian hari ini di dalam hotel, ia harus menanggung malu luar biasa setelah foto tanpa hijabnya tersebar di media massa dan kini semua orang memandang tak suka kepadanya.
Pintu diketuk, lalu terbuka dengan seseorang yang masuk ke dalamnya. Dia mendekat, aroma melati yang menguar di dalam kamar pengantin harusnya mengantarkan pada keindahan malam pertama mereka, tetapi tidak bagi sepasang suami istri yang baru menikah itu.
Satu tangannya terulur mengusap kepala Nadia yang berlutut menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya.
Tangisnya menjadi sesegukan saat mengingat tidak ada lagi orang yang percaya padanya dan dia merasa telah ternodai, kotor, dan hina.
“Bangunlah, bersihkan badanmu, lalu istirahatlah.”
Nadia lantas bangun dan menurut, dia melepas apa yang ada di tubuhnya. Bahkan pria itu kini membantunya melepas apapun hiasan yang ada di kepalanya.
Nadia sudah bersih, dia memutar badannya, tetapi tidak mampu menatap pria yang kin berdiri di depannya.
“A Adit, Nadia minta maaf. Nadia minta maaf,” ucap Nadia penuh penyesalan karena Aditya yang harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
Aditya tidak menghiraukan. Dia hanya berujar datar dan lirih, “Mandilah, lalu tidur. Aku tidur di kamar sebelah.”
semangat /Determined/
ayuk Up lagiih hehee
aditi Aditia kocak beud masak masih amatiran