Warning 21+ Cerita Dewasa!!!!!!
Bijaklah dalam memilih bacaan, karena novel ini bisa membuat ada jungkir balik, panas dingin, ngakak berkepanjangan dan juga mengandung kebucinan yang hakiki.
Wanita malam julukan segelintir orang disekitar pemukiman tempat tinggal Berlian Ayunda yang memandang rendah pekerjaannya, tapi Berlian tidak pernah menghiraukan perkataan mereka yang terpenting dirinya bisa menjaga diri dan juga kehormatannya.
Hingga suatu hari Berlian harus menikah dengan seseorang karena desakan dan aturan dari lingkungan tempat tinggalnya.
Alvaro Waradhana seorang cassanova suami Berlian yang menganggap Berlian sama seperti wanita malam yang selalu menemani tidurnya.
Akankah Berlian bisa bertahan dengan Alvaro Waradhana?
Dan apakah Alvaro Waradhana bisa merubah statmen terhadap Berlian setelah dirinya mengenal lebih jauh siapa Berlian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaruMini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 09 Hari Yang Tidak Diharapkan
"Iya aku sangat mencintainya tapi aku juga telah menyakitinya" ujar Malik sambil menghembuskan nafasnya kasar.
Hingga Malik menceritakan bagaimana dirinya mencintai Berlian tanpa menyatakan cinta kepadanya, dan menyakitinya dengan cara melukai hatinya.
"Kamu tahu aku akan menikah dengan nya dua hari lagi?" tanya Varo yang langsung mendapat anggukan dari Malik.
"Dan kamu pasti tahu juga kenapa aku harus menikah dengannya?" sekali lagi Malik menganggukan kepalanya.
"Aku ingin menyelamatkan reputasi paman di lingkungan tempat tinggalnya maaf kalau aku harus menikahinya, tapi tenang saja aku akan melepas dirinya setelah aku menikah dengannya dan jangan kuatir aku tidak akan menyentuhnya" ucap Varo yang membuat Malik menatap tajam kearah sepupunya.
Kemudian Malik memberi tahu siapa Berlian yang belum pernah Varo kenal sedikitpun, Malik kemudian menceritakan bagaimana keinginan Berlian yang hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya, yang membuat Varo langsung terkejut mendengar perkataan Malik.
"Tenang saja aku yang akan berbicara dengannya ayo antarkan aku untuk menemuinya" ucap Varo tapi Malik menolaknya karena dirinya masih tidak sanggup menatap Berlian atas apa yang telah ia ucapkan sebelumnya.
"Baiklah kalau kamu tidak mau mengantarnya biar aku sendiri yang akan menemuinya" ujar Varo yang langsung masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya.
Sementara itu Malik langsung pulang ke rumahnya dengan mengendarai motor matic nya dengan perasaan yang campur aduk dan mengutuki dirinya sendiri pada apa yang telah dirinya ucapkan kepada Berlian.
Setelah berada di rumah bibi Ami Varo tidak mendapati Berlian ada di rumahnya, akhirnya Varo meminta nomor ponsel Berlian kepada bibi Ami dan pulang kerumah paman dan bibinya yang sudah menunggu Varo.
"Akhirnya kamu pulang juga nak, kami sedang menunggumu silahkan duduk nak ada yang ingin kami sampaikan kepadamu" ujar pak Sofyan ketika Varo baru masuk kedalam rumah.
"Maaf paman ini sudah malam, kita bicara saja besok aku ingin beristirahat" ucap Varo yang langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Apa yang akan bapak ingin bicarakan kepada Varo, apa Iskandar mengetahui kalau Varo akan menikah?" tanya bu Sofyan ketika Varo sudah masuk kedalam kamarnya, karena dirinya sempat mendengar suaminya menelepon Iskandar saudara suaminya.
"Apa yang tidak diketahui iskandar, semua informasi Iskandar akan mengetahuinya apa lagi ini tentang Varo anak pertamanya"
"Apa Iskandar melarang Varo untuk menikah"
"Tidak, dia malah mendukungnya hanya saja istrinya tidak menyetujuinya apalagi tahu siapa calon istri dari Varo tapi Iskandar sudah Mengurusnya, Iskandar memintaku setelah Varo menikah dia tidak akan tinggal disini lagi tapi di apartemen pribadi milik Varo" jelas pak Sofyan pada istrinya.
Sementara itu Varo yang mendengarkan percakapan antara paman dan bibinya di balik pintu kamarnya yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu tersenyum senang, yang awalnya Varo sudah memegang telepon dan akan menelepon Berlian langsung dia urungkan.
"Baguslah, masa bodo dengan pernikahan setidaknya aku bisa terbebas lagi dan bisa melakukan apa yang aku inginkan" guman Varo dengan senyum seringai.
Hari yang tidak diharapkan oleh Berlian pun tiba, Sabila yang berada di kamar Berlian menatap temannya yang terlihat begitu cantik dengan balutan kebaya dengan riasan yang natural dan selalu menenangkan Berlian yang begitu muram, walaupun pernikahan diadakan dengan sederhana tanpa adanya pesta dan hanya dihadiri warga lingkungan tempat tinggal Berlian, tapi bibi Ami terlihat senang, karena sekarang tidak ada lagi yang akan merendahkan keponakannya dan dirinya merasa lega keponakan yang sudah dianggap anak sendiri olehnya akan melepas masa lajang walaupun dengan cara yang tidak pernah ia inginkan, tapi dihati kecil bibi Ami yakin kalau Berlian akan bahagia.
"Lian apa kamu sudah siap?" tanya bibi Ami saat masuk kedalam kamar Berlian dengan senyum merekah di kedua sudut bibirnya.
Berlian langsung tersenyum menatap bibinya, ketika bibi Ami masuk kedalam kamar dengan tersenyum bahagia.
"Maaf bibi aku tidak akan pernah siap dengan pernikahan ini, bibi tidak tahu siapa laki-laki yang akan menikahiku, aku melakukan ini hanya untuk bibi Ami" gumam Berlian dengan senyum mengembang menutupi hatinya yang terluka.
Bersambung................