NovelToon NovelToon
Dengki

Dengki

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Balas Dendam / Lari dari Pernikahan / Konglomerat berpura-pura miskin / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:26.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yenny Een

Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.

Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.

Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.

Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.

Kabar apakah itu?

Ikuti jalan ceritanya !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Nasib Laudya

Dhika dan Cherika akhirnya resmi bercerai. Efek dari perceraian itu, Ravi meminta uang mahar yang sebelumnya dia berikan kepada Cakra. Susi dan Cakra tidak mau mengembalikan uang mahar itu karena bukan salah mereka terjadinya perceraian.

Ravi marah besar dan menagih hutang judi Cakra. Ravi juga mengancam, jika Cakra tidak membayar, Cakra akan dimasukkan ke dalam penjara. Ravi merasa rugi menghabiskan banyak uang untuk pernikahan anaknya yang hanya bertahan beberapa hari.

Sampai kapanpun Susi tidak akan mengembalikan uang mahar yang jumlahnya lumayan besar. Cakra juga tidak mau masuk penjara. Dan keputusan yang sangat terpaksa diambil oleh Cakra. Cakra menyerahkan Laudya anaknya untuk menjadi istri Dhika.

Susi dan Laudya menolak keras. Laudya tidak mau mengorbankan hidupnya untuk Dhika. Laudya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia menjadi istrinya Dhika yang sikapnya bisa berubah kapan saja.

Laudya memohon kepada Susi agar Susi mengembalikan uang Ravi. Tapi bagi Susi, tidak ada yang lebih berharga daripada uang. Susi memaksa Laudya untuk menerima takdirnya menjadi istri Dhika.

"Mama lebih memilih uang daripada anak Mama sendiri!" Laudya menahan emosi.

"Mama sudah bosan hidup serba kekurangan. Kenapa sih kamu tidak mau berkorban? Dhika itu bisa kamu kendalikan. Jangan buat dia marah. Semua kemauanmu pasti akan dia kabulkan. Mau kamu jadi orang miskin!" Bentak Susi.

Laudya dengan kesalnya pergi dari rumah. Laudya melaju kencang dengan motor matiknya. Hati Laudya campur aduk, marah, kecewa jadi satu. Masih terngiang-ngiang kata-kata dari Susi. Laudya menyesal, kenapa sebelumnya dia tidak ikut pergi ke luar kota bersama kekasihnya.

Laudya berhenti di sebuah toko roti. Laudya melihat dari kaca besar toko roti, Cherika bersama anak kecil dan cowok yang waktu itu ada di time zone. Mereka terlihat bahagia makan bersama.

Laudya juga melihat, cowok itu memberikan kejutan untuk Cherika. Cowok itu memberikan buket bunga dan kue ulang tahun. Nampak beberapa karyawan bernyanyi dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Cherika.

Cherika meneteskan air mata. Di sana Laudya juga melihat Satria, Dokter Erlandi dan omnya Cherika. Keluarga Cherika sungguh sangat menyayanginya.

Beberapa karyawan toko roti keluar membagikan paper bag kepada pengunjung yang ada di parkiran toko roti. Mereka juga membagikannya kepada Laudya. Laudya mengintip isi di dalamnya. Ada beberapa roti dan pastry.

Laudya sakit hati. Gara-gara Cherika, Laudya harus menelan pahit keputusan orang tuanya. Laudya merasa iri, setelah bercerai dengan Dhika kehidupan Cherika lebih bahagia.

Laudya bergegas meninggalkan toko roti. Laudya berhenti di toko es krim. Di parkiran Laudya bertemu dengan Dhika. Dhika langsung menghampiri Laudya dan memeluknya.

"Dhi ... Dhika, apa yang kamu lakukan di sini?" Laudya dengan hati-hati bertanya. Laudya takut.

"Tentu saja mau makan es krim. Kebetulan kamu ada, ayo," Dhika menarik tangan Laudya masuk ke dalam toko es krim.

Mereka memesan brown sugar boba choco sundae, fami ice choco peanut dan juga roti bakar. Sambil menunggu pesanan, mereka mencari tempat duduk. Laudya tidak berani banyak bicara, Laudya masih takut.

"Laudya, aku suka kamu," ucap Dhika.

Laudya hanya tersenyum. Laudya takut salah ngomong. Laudya menatap keluar jendela yang saat itu mulai terlihat gerimis.

"Aku gak tau kalo kamu sudah lama suka sama aku. Maaf, Laudya."

Laudya memandang heran ke arah Dhika. Sejak kapan Laudya menyukai Dhika. Memang kalo dilihat-lihat Dhika lumayan lah. Badannya tinggi, kekar, berotot berkulit coklat khas Indonesia banget. Tapi, emosi Dhika tidak stabil, suka berubah sesuai mood. Tidak boleh ditolak semua keinginannya.

Laudya semakin yakin, Dhika ini selain emosinya labil juga kepedean dan halu. Ingin sekali Laudya bilang Dhika salah paham akan perasaannya tapi apa daya Laudya tak kuasa. Laudya lebih memilih diam.

Pesanan mereka datang. Mereka menikmati es krim dan roti bakar. Laudya tidak banyak bicara hanya Dhika yang masih mengingat Cherika. Dhika mencurahkan sakit hatinya kepada Laudya.

Cheri, Cheri, Cheri, apa di otak lu hanya ada Cheri? Weeeiiii, gue bosen dengernya! Teriak Laudya dalam hati.

Es krim dan roti mereka sudah habis. Dhika masih saja bicara tentang Cherika. Laudya benar-benar sudah tidak tahan mendengar semua curhatan Dhika.

"Dhika, ngapain lu sedih, percuma. Sekarang Cherika sudah bahagia bersama anak dan suaminya," kata Laudya.

"Apa kamu bilang!" Dhika menggebrak meja.

"Sini, jika lu gak percaya!"

Laudya berdiri, menarik lengan Dhika keluar dari toko es krim. Laudya menyuruh Dhika mengikuti dengan motornya. Dhika memasang helm dan dengan cepat mengejar Laudya dengan motor sportnya. Laudya membawa Dhika ke toko roti. Dan di sana Cherika masih merayakan hari ulang tahunnya.

Laudya menunjuk ke dalam toko roti. Cherika terlihat bahagia bersama anak dan calon suaminya. Darah Dhika mendidih, Dhika cemburu. Dhika masuk ke dalam toko roti. Laudya tersenyum menyeringai juga ikut masuk ke dalam toko roti.

"Lu! Ngapain kemari?" Satria berdiri di depan Dhika.

"Gue mau jemput Cherika pulang!"

"Bukannya kalian sudah cerai. Ingat ya, Cherika sekarang bukan istri lu!" Satria mendorong dada Dhika.

Dhika melawan. Terjadi sedikit adu hantam antara Satria dan Dhika. Pengunjung toko roti satu persatu keluar. Dokter Erlandi dan juga Zidan berusaha melerai mereka. Mereka juga mengingatkan Dhika bahwa Dhika dan Cherika sudah resmi bercerai.

"Cerai? Kapan kami bercerai?" Dhika menatap Dokter Erlandi.

"Kalian sudah resmi bercerai. Tolong jangan ganggu Cheri lagi," jawab Dokter Erlandi.

"Cherika? Benarkah?" Dhika meminta penjelasan.

Cherika melihat Laudya yang berada tidak jauh dari Dhika. Cherika tersenyum dan perlahan menghampiri Dhika.

"Dhika, bukannya kita sudah menandatangani perjanjian damai. Apa kamu sudah lupa?"

"Perjanjian damai?" Dhika berusaha mengingat.

"Dhika, aku dengar kamu tunangannya Laudya. Selamat ya," Cherika mengulurkan tangannya.

Dalam sekejap sikap Dhika berubah. Dhika terlihat bahagia mendapatkan ucapan selamat dari Cherika. Dokter Erlandi memberikan isyarat kepada semuanya untuk juga mengucapkan selamat kepada Dhika.

Zidan, Satria, Vian turut mengucapkan selamat. Setelah Dhika terlihat bahagia. Cherika dan keluarga berpamitan. Cherika memberikan paperbag berisi kue kepada Dhika.

"Dhika, jaga Laudya ya. Sungguh beruntung, akhirnya setelah sekian lama, cinta Laudya terbalas," bisik Cherika.

"Iya, iya," Dhika sebegitu bahagianya mendengar suara Cherika.

Cherika melambaikan tangannya ke arah Laudya. Laudya membuang muka. Laudya berusaha menarik perhatian Vian dan Satria dengan menyapa mereka tapi apa yang dia dapatkan, Vian ataupun Satria pura-pura tidak melihat keberadaannya.

Dasar buta! Apa sih kerennya Cherika! Umpat Laudya dalam hati.

Di luar toko roti, Cherika bertemu dengan kekasih Laudya. Cherika menyapanya.

"Hai Cheri, lama gak ketemu."

"Hmmm, Mizan, Laudya ada di dalam," tunjuk Cherika ke dalam toko roti.

"Pertunjukan akan segera di mulai," dengan senyuman menyeringai Cherika masuk ke dalam mobil Satria.

Mizan sedikit berlari masuk ke dalam toko roti. Mizan mencari Laudya. Hampir seminggu Mizan dan Laudya tidak bertemu. Mizan melihat Laudya yang berjalan ke arah pintu masuk.

"Sayang!" Mizan berlari memeluk Laudya.

Laudya sama seperti Mizan. Dia sangat merindukan kekasihnya. Mereka berpelukan saling melepaskan rindu. Laudya lupa, saat ini Dhika ada di belakangnya.

Laudya dengan cepat melepaskan pelukannya. Laudya menarik tangan Mizan berniat membawanya keluar dari toko roti. Tapi terlambat, Dhika menepis tangan Laudya. Dhika menarik kerah baju Mizan. Dhika melayangkan pukulannya ke arah rahang Mizan.

BUGH!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Mauk
😭
Mauk
Laudya blm move on
Al!f
😱😱😱😱😱😱
Fang
Tunangan gadungan 🤣
Al!f
🤣🤣🤣🤣
Al!f
Pasti Nyai lagi
Fang
Anak haram ?
Al!f
ngaku² tunangan , pdhl bukan
Al!f
cemburu
Fang
😍
Fang
Kasian Abang bakso
Al!f
Laudya terhindar dari bencana 🤭
Al!f
😭😭😭😭😭😭
Mauk
Dhika kumat
Mauk
Kalo ada CCTV dlm toilet bahaya
Mauk
Balas dendam di mulai
Mauk
Waaaaaw🤭
Tuti
Dijinakkin pake black magic 🤭
Baby
Syukur in
Al!f
😱😱😱😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!