NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Empat Kali Terlihat di TKP

"Kodok kecil! Kamu di dalam?"

Suara Reyhan Pratama dari luar pintu langsung menenangkan Salsa Liani yang nyaris putus asa. Air mata yang sedari tadi ditahannya akhirnya tumpah karena lega serta bahagia.

"Iya! Tolong aku!"

Salsa memang menyewa kamar kontrakan ini karena harganya murah. Sekarang dia sadar, dengan harga murah seperti itu, bagaimana mungkin pemiliknya mau memasang kunci yang bagus.

Pintu terbuka. Reyhan langsung menemukan Salsa di kamar mandi.

Salsa memperingatkan, "Di depan pintu kamar mandi ada perangkap tikus, hati-hati!"

"Oke!"

Reyhan menyalakan senter ponselnya dan melihat seorang pria asing mencengkeram pergelangan kaki Salsa.

"Salsa!"

Reyhan mengerutkan kening, lalu menendang bahu pria itu dengan keras.

Pria itu meringis kesakitan dan melepaskan kaki Salsa. Reyhan menarik kerah pria itu serta menyeretnya keluar dari kamar mandi. Aura mengancam terpancar dari pemuda itu, urat-urat di lengannya menegang.

Dia mengambil tali gorden lalu mengikat tangan pria itu. Sesudah itu, dia segera menghampiri Salsa.

Reyhan mengangkat Salsa dari lantai. Lengannya terasa kuat seperti baja namun lembut seperti sutra, melingkari pinggangnya lalu mengangkatnya dengan mudah.

Reyhan baru sadar betapa ringannya Salsa. Seperti kapas yang belum kering, lemas dalam dekapannya. Dia memeluknya dengan hati-hati, seolah Salsa adalah gelas kaca rapuh yang tidak boleh jatuh atau tersentuh, bahkan napas pun harus ditahan.

Salsa terkejut dengan kedatangan Reyhan. "Kamu kok bisa di sini?"

"Kamu enggak kasih kabar begitu sampai rumah. Aku kirim pesan, enggak dibalas," kata Reyhan. Dia sudah hafal, Salsa itu anak gaul yang selalu pegang HP. Balas pesannya pun kilat.

"Aku khawatir, terus telepon, enggak diangkat," Reyhan menggendong Salsa sambil menjelaskan. "Aku takut kamu jatuh di kamar mandi, makanya aku ke sini."

Reyhan bersyukur dia datang, kalau tidak, entah apa yang terjadi. Dia membaringkan Salsa di ranjang, lalu berjongkok dan memeriksa luka di kakinya dengan senter ponsel.

Walaupun Salsa memakai celana panjang, cairan kimia itu terlalu kuat. Beberapa percikan mengenai kaki serta pergelangan kakinya. Pergelangan kaki kanannya juga memerah karena dicengkeram Qori Junaidi.

Sesudah mendapat izin Salsa, Reyhan menggulung celananya lalu membersihkan bagian yang terkena cairan kimia dengan air dingin.

Salsa memegang ponsel, memberikan penerangan. Sebagai atlet, Reyhan selalu membawa perlengkapan medis di tasnya.

Suara air menetes seperti jam pasir, jatuh ke dalam baskom. Reyhan berlutut, garis bahunya terlihat jelas dari balik kaus putihnya yang ketat. Jari-jarinya lentik, memegang kain kasa seperti memegang pena yang siap melukis dengan tinta. Sentuhannya sangat lembut.

Air menetes dari pergelangan kaki Salsa, melewati kulit yang memerah karena cairan kimia. Salsa tersentak, entah karena sakit atau geli.

Reyhan langsung berhenti serta menatapnya. Tatapan itu membuat suasana menjadi canggung. Reyhan memang tampan. Apalagi sekarang lampu mati, hanya cahaya senter yang menyorot wajahnya.

Alisnya tajam, matanya berbinar, hidungnya mancung, bibirnya terkatup rapat, terlihat sangat serius. Gerakannya lembut, suaranya hati-hati. "Sakit?" tanyanya pelan, seperti berbisik dari dalam dada, dengan nada khas remaja yang bercampur khawatir.

"Sakit," jawab Salsa pelan. Dia masih linglung, belum sepenuhnya pulih dari kejadian menegangkan tadi.

Layar ponsel Salsa masih menyala. Operator telepon di seberang sana lega mendengar percakapan mereka. "Mbak, temanmu sudah datang, ya?"

"Iya," jawab Salsa.

"Petugas kami segera tiba!"

Saat Reyhan membersihkan luka Salsa, terdengar suara langkah di luar kamar. Seberkas cahaya senter masuk ke dalam kamar, diikuti suara petugas yang memperkenalkan diri satu per satu. Salsa serta Reyhan menoleh waspada ke arah pintu. Sesudah melihat polisi dengan identitas lengkap dan surat tugas ditunjukkan, mereka berdua bernapas lega.

Petugas mengenakan rompi anti peluru, membawa senjata, dan menandai diri sebagai anggota Reserse Kriminal, sesuai prosedur. Dua polisi menghampiri Qori Junaidi yang terikat, memborgolnya, lalu petugas medis datang membawa brankar serta membawanya pergi. Tidak lama kemudian, lampu kamar menyala. Polisi di luar sudah memperbaiki saklar.

Salsa, yang terbiasa dengan kegelapan, merasa silau. Reyhan segera menghalangi cahaya dengan tangannya. Sesudah matanya terbiasa, Salsa terkejut melihat kamarnya dipenuhi polisi serta petugas bersenjata.

Polisi yang memimpin terlihat masih muda, sekitar dua puluh tujuh atau delapan tahun, tetapi tampak berwibawa. Wajahnya tegas, auranya dingin, seperti personifikasi keadilan. Alisnya seperti lukisan kaligrafi, hidungnya setajam pisau bedah, seragamnya dikancingkan sampai atas, jakunnya terlihat di balik kerah yang kaku.

Seorang polisi menghampirinya lalu melaporkan, "Komandan, identitas tersangka sudah dipastikan, dia Qori Junaidi."

Mendengar itu, hampir semua mata tertuju pada Salsa. Salsa mencengkeram sprei dengan gugup, merasa seperti seorang tersangka.

Detik berikutnya, pria yang dipanggil "Komandan" itu bertanya dengan dingin, "Menurut laporan, kamu yang melumpuhkan Qori Junaidi?"

Reyhan sedikit mengerutkan kening. Polisi ini terlihat tegas, tapi kali ini tujuannya memastikan korban dan membantu investigasi, bukan menakut-nakuti.

Salsa mengangguk pelan. Banyak yang terkejut. Walaupun sudah tahu situasinya, mereka tetap tak percaya gadis sekecil serta selemah ini bisa mengalahkan penjahat.

Komandan itu mengambil catatan lalu pena dari polisi di sebelahnya, kemudian menulis sesuatu. "Nama? Nomor KTP?"

Salsa menjawab dengan jujur, "Salsa Liani, nomor KTP..."

Saat Salsa menyebutkan namanya, tatapan Komandan itu berubah. Dia menyipitkan mata.

"Jadi, kamu Salsa Liani?"

Komandan Rakha Wisesa dari tim Reserse menghentikan gerakan tangannya yang sedang mencatat, lalu menatap Salsa.

Rambut gadis itu basah kuyup, menempel di wajahnya seperti ayam yang baru keluar dari got.

Rakha meneliti setiap detail wajah Salsa, berusaha memastikan apakah gadis di depannya ini sama dengan yang dilihatnya di rekaman CCTV.

"Anda kenal saya?"

Salsa merasa merinding ditatap oleh Rakha. Aura komandan polisi ini benar-benar seperti raja neraka yang dingin.

"Aku sering melihatmu."

Rakha membuka suara, nadanya dingin namun profesional, seperti sedang menegaskan fakta.

"Pertama, tujuh hari lalu, pagi-pagi sekali, di perempatan Jalan Mawar, terjadi kecelakaan. CCTV merekam kau berbicara dengan korban sebelum kejadian."

Kecelakaan lalu lintas itu sebenarnya bukan wilayah hukum Rakha. Namun, saat itu dia sedang berada di kantor polisi lalu lintas untuk mengambil data yang dibutuhkan untuk kasusnya.

Dia mendengar polisi lalu lintas mengomentari Salsa yang berusaha menasihati pengendara motor itu. Mereka bercanda bahwa mulut gadis itu seperti punya kekuatan magis. Rakha jadi tertarik.

Ketajaman insting Rakha membuatnya menyadari keanehan Salsa sebelum berbicara dengan pengendara motor itu. Di rekaman CCTV, Salsa seperti membeku sesaat setelah melihat pengendara itu, sebelum akhirnya sadar kembali.

"Kedua, saat anak kecil membuat keributan hingga kakimu terluka. Kali ini kau adalah korbannya."

"Ketiga, kasus penculikan anak yang melibatkan putri dari pemilik Grup Sentosa, pemilik RS Nusantara."

Laporan kasus penculikan ini sampai ke pusat, dan dari sanalah Rakha mulai mengawasi Salsa.

"Keempat, penangkapan Qori Junaidi, seorang pembunuh dengan mutilasi. Kau juga terlibat, bahkan berhasil melumpuhkan buronan kelas A itu."

Rakha berkata dengan nada tegas, "Jika semua ini hanya kebetulan, harus kuakui, hidupmu sangat menarik, Salsa."

Setiap kata yang diucapkan Rakha membuat Salsa semakin ketakutan.

Reyhan, yang merasakan ketegangan Salsa, melindunginya dengan tubuhnya, menghalangi tatapan Rakha.

"Apa maksud Anda?"

"Salsa sudah terluka seperti ini, apa yang Anda curigai?"

"Polisi bekerja berdasarkan bukti. Jika Anda mencurigai dia melakukan sesuatu, tunjukkan buktinya. Jika tidak, mohon jangan menakut-nakuti korban tanpa bukti yang jelas."

Salsa terkejut melihat Reyhan berbicara sebanyak itu, tanpa rasa takut sedikit pun menghadapi polisi berwajah dingin ini.

Dia mengangguk-angguk setuju dengan perkataan Reyhan.

Rakha melirik Reyhan, "Kau sangat percaya padanya, hanya karena dia menyelamatkanmu?"

Reyhan mengangguk, "Aku percaya semua yang dia katakan."

Rakha mengalihkan pandangannya ke Salsa, lalu bertanya, "Di kamar mandi, setelah tahu listrik padam, bagaimana kau bisa tahu Qori sudah berada di kamarmu?"

Salsa menjelaskan tentang pintu lemari yang terasa aneh. Lalu, dia menambahkan, "Aku sering menonton film tentang pembunuhan. Bukankah biasanya pelaku memanfaatkan listrik padam untuk menjebak korban?"

"Setelah listrik padam, aku sebenarnya ingin keluar, tanganku sudah hampir menyentuh gagang pintu. Tapi, aku teringat pintu lemari yang aneh hari ini."

"Aku sangat takut mati, lebih baik berdiam diri di kamar mandi sampai pagi."

Salsa memasang wajah memelas, "Komandan Rakha, Anda pasti sudah tahu latar belakangku. Aku ini hanya seorang mahasiswa yang baru lulus, mana mungkin punya kemampuan untuk merencanakan semua ini?"

Rakha menatap Salsa dengan dingin, tapi tetap profesional, tanpa mengintimidasi secara berlebihan.

Salsa merasa pria ini sangat sulit dihadapi. Dengan mata berbinar, dia bertanya, "Komandan Rakha, aku berhasil melumpuhkan buronan Qori Junaidi dan membantu polisi menangkapnya."

"Apakah itu berarti aku berhak mendapatkan hadiah tiga ratus juta itu?"

Rakha tersenyum tipis, "Tentu saja, ada penghargaan bagi warga yang membantu pihak berwenang. Tapi prosedurnya resmi, melalui pengakuan publik dan administrasi kepolisian."

Polisi lain mengangguk setuju, "Kau sudah menjatuhkan penjahat itu dan menyerahkannya ke polisi. Kalau kau tidak berhak, itu tidak adil!"

Mereka merasa komandan mereka terlalu tegas, tapi pengakuan terhadap pahlawan kecil ini tetap dijalankan.

Mendengar jawaban pasti dari para polisi, Salsa merasa sangat bahagia. Senyum lebar muncul di wajahnya.

Rakha melihat ekspresi mata Salsa, lalu menatap serius, "Tapi, untuk mendapatkan hadiah, ada prosedurnya. Pembayaran atau penghargaan akan dilakukan setelah kasusnya selesai."

"Kasus pembunuhan seperti ini biasanya membutuhkan waktu minimal tiga bulan untuk diselesaikan."

Senyum di wajah Salsa tidak memudar sedikit pun. "Tidak masalah, aku sangat sabar. Aku bisa menunggu!"

"Komandan Rakha, apakah ada lagi yang ingin Anda tanyakan?"

"Tidak ada. Sebaiknya obati lukamu dulu."

Salsa melihat Dokter Kinar datang membawa kotak obat.

Dokter Kinar menghampiri Salsa dan memeriksa luka di kakinya yang terkena cairan keras.

"Luka ini sudah ditangani dengan baik. Selain itu, lukanya tidak terlalu besar. Cukup diolesi obat secara teratur. Tapi kemungkinan besar akan meninggalkan bekas."

Salsa, yang merasa akan memiliki tiga ratus juta, tidak terlalu peduli dengan beberapa titik merah akibat cairan keras itu. "Bahkan jika ada bekas luka, itu adalah medali kehormatanku!"

Banyak orang di ruangan itu tertawa mendengar perkataan Salsa. Rakha melihat luka di kaki Salsa, lalu terdiam.

Dokter Kinar mengeluarkan salep antibiotik yang sudah disiapkan. Salsa hendak mengambilnya, tetapi dokter itu justru menyerahkan salep itu kepada Reyhan. Mungkin karena melihat Reyhan terus berjongkok di samping Salsa untuk membersihkan lukanya.

Reyhan menerimanya dengan canggung.

Dokter Kinar mengingatkan Reyhan tentang cara mengoleskan salep, "Jangan sampai lukanya terkena air."

"Setelah pergelangan kaki kiri gadis ini terluka sekali, dia akan lebih mudah terluka lagi. Anda sebagai pihak keluarga harus lebih berhati-hati."

Disebut sebagai keluarga oleh dokter, Reyhan tertegun sejenak, lalu mengangguk, "Baik, terima kasih."

Setelah itu, polisi membuat berita acara yang lebih rinci dan mengatakan bahwa kunci yang digunakan oleh pemilik kontrakan Salsa sangat buruk kualitasnya.

Setelah semua urusan selesai, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Saat pergi, Rakha menatap Salsa dengan tatapan yang dalam.

Salsa merasa pria ini lebih menakutkan daripada buronan.

Karena kejadian malam ini, rumah kontrakan itu menjadi berantakan. Reyhan membantu Salsa membereskannya.

"Salsa, apa kau masih takut?"

Dengan adanya Reyhan di sisinya, Salsa tidak terlalu takut.

Hanya saja, di rumah kontrakan ini, dia terus teringat pada kejadian malam ini. Salsa merasa malam ini ia akan sulit untuk tidur.

1
Lala Kusumah
cepat tolong Arga ya Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
nah loh....
Tini Rizki
keren bikin penasaran lanjut Thor
Lala Kusumah
Alhamdulillah Salsa, rezeki anak Sholehah 🙏🙏👍👍😍😍
...cienta kamyu...
lanjut thoorr...semangat yaa
sahabat pena
syukurlah si playboy petra selamat 🤣🤣🤣🤣dag dig ser itu dihadapkan sama makanan dan minuman yg beracun
Lala Kusumah
alhamdulilah semua selamat, tegaaaanng pisan 🫣🫣😵‍💫😵‍💫🙏🙏👍👍
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
Lala Kusumah
ikutan tegaaaanng kalau Salsa lagi mode on begitu 🫣🫣😵‍💫😵‍💫
sahabat pena
huhuhu up nya kurang byk kak.... lagi seru yeuh 🤣🤣🤣✌
Lala Kusumah
sukses selalu bang Surya 👍👍👍
Reni Syahra
kerenn bangett eksekusinya..
lanjutt thor💪
ganbatteee😍
Lala Kusumah
semangat Salsa 🙏🙏💪💪👍👍
saniati Amat
semangat trs thor,jgn lupa jg ksehatn,ditunggu up slanjutnya💪💪💪💪
renren syahra
up nya jng lama2 dong thor
sahabat pena
Luar biasa
Lala Kusumah
bakat Salsa emang hebaaaaaatt n kereeeeeennn 👍👍👍
Lala Kusumah
cepat tolong kakakmu Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
syukurlah
Melody Aurelia
bos gurem nih😄
Melody Aurelia
emang enak kalo kantong penuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!