NovelToon NovelToon
Istri Kontrak CEO Duda

Istri Kontrak CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: sweetmatcha

menceritakan gadis cantik yang berwajah baby face dengan jilbab yang selalu warna pastel dan nude yang menjadi sekretaris untuk melanjutkan hidup dan membantu perekonomian panti tempat dia tinggal dulu. yang terpaksa menikah dengan CEO duda tempat dia berkerja untuk menutupi kelakuan sang ceo yang selalu bergonta ganti pasangan dan yang paling penting untuk menjadi mami dari anaknya CEO yang berusia 3 tahun yang selalu ingin punya mami
dan menurut yang CEO cuman sang seketerasi yang cocok menjadi ibu sambung untuk putri dan pasang yang bisa menutupi kelakuannya
dan bagaimana pernikahan Kontrak ini apakah akan berakhir bahagia atau berakhir sampai kontrak di tentukan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetmatcha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 – Ganti Baju, Ganti Suasana

Setelah selesai makan siang bersama rekan-rekan kantor, Nayla dan Dion kembali ke lantai 15. Mereka harus mengambil beberapa dokumen penting serta materi presentasi yang akan dibawa ke lokasi meeting—sebuah kafe tempat pertemuan dengan perwakilan dari perusahaan Permata.

Suasana kantor terasa lebih tenang dari sebelumnya. Nayla langsung membuka laci meja, memeriksa kembali berkas-berkas yang telah disiapkan sejak pagi. Sementara Dion tampak sibuk dengan laptopnya, menata ulang file presentasi.

Begitu semua siap, Dion menghampiri meja Nayla dan menyerahkan laptopnya.

“Nay, titip dulu laptopku ya. Aku ke toilet bentar, kebelet pipis,” katanya santai sambil menepuk perut.

Nayla tertawa kecil. “Oke, Mas. Cepetan ya. Kita kan berangkat bareng.”

Dion mengacungkan jempol lalu pergi.

Tak berselang lama, suara pintu ruang CEO terbuka. Langkah kaki tegas terdengar mendekat. Nayla refleks menoleh dan sedikit mengangkat alis.

Pak Arga keluar—dengan pakaian berbeda lagi.

Kini ia mengenakan kemeja biru tua yang digulung hingga siku, celana hitam slim fit, dan jam tangan kulit klasik yang baru terlihat hari itu. Penampilannya lebih santai, namun tetap memancarkan aura berkelas yang sulit diabaikan.

Dalam hati, Nayla berkomentar:

“Berapa banyak sih koleksi baju Pak Arga? Asyik banget gonta-ganti outfit. Makanya nikah, Pak… biar nggak ganti oli di kantor terus.”

Ia hampir tertawa sendiri, tapi buru-buru menahan ekspresinya.

Pak Arga menghampiri meja Nayla.

“Sudah siap semua?” tanyanya singkat.

“Sudah, Pak,” jawab Nayla sambil menyerahkan map berisi dokumen yang telah dirapikan.

“Dion mana? Udah jalan duluan?”

“Belum, Pak. Mas Dion ke toilet,” jawab Nayla sopan.

“Ya sudah, kita berangkat bareng saja. Sekalian, nanti dari kafe langsung pulang. Kamu bawa mobil sendiri, Nayla?”

“Iya, Pak.”

“Nanti mobil kamu biar dibawa pulang sama sopir kantor. Gak usah repot.”

“Siap, Pak,” Nayla mengangguk.

Tak lama kemudian, Dion muncul tergesa-gesa sambil merapikan jasnya.

“Eh, maaf, Pak. Jadi nunggu lama, ya?”

“Enggak,” jawab Arga singkat.

“Ayo, Nay,” ajak Dion.

Mereka bertiga berjalan menuju lift. Pak Arga di depan, sementara Nayla dan Dion menyusul di belakang.

Saat menunggu lift, Arga sempat menoleh ke arah Nayla. “Kamu udah kabarin sekretaris Pak Dirgantara?”

“Sudah, Pak. Mereka juga sudah jalan ke kafe,” jawab Nayla.

“Bagus.”

Lift terbuka, dan mereka masuk. Di dalam lift, hanya suara instrumental lembut yang terdengar. Tapi di dalam dada Nayla, degup jantungnya sedikit tak beraturan. Entah karena akan menghadapi meeting penting, atau karena berdiri terlalu dekat dengan dua pria yang secara tak sadar mulai mengisi pikirannya—dengan cara berbeda.

 

Sesampainya di basement, mereka menuju mobil kantor. Dion duduk di kursi pengemudi, Nayla di sebelahnya, dan Pak Arga tenang di bangku belakang.

Perjalanan menuju kafe berlangsung dalam hening, hanya ditemani alunan musik.

Menjelang sampai, Nayla menoleh ke belakang.

“Pak, klien dari perusahaan Permata sudah sampai,” lapornya.

“Oke,” jawab Arga singkat.

Begitu tiba di kafe, mereka langsung diarahkan ke ruangan VIP yang sudah dipesan. Suasana berubah menjadi formal.

Di dalam, Pak Natan—CEO perusahaan Permata—sudah duduk tenang. Di sebelah kanannya duduk seorang wanita dengan gaun ketat merah muda, rambut panjang tergerai, parfum menyengat, dan bagian dada yang... terlalu terbuka. Namanya Rini, sekretaris pribadi Pak Natan. Di sisi kiri, Salma—asisten lainnya—dengan gaya tak kalah provokatif.

Nayla sempat melirik sekilas, lalu membatin:

“Wah, bahaya nih dua sekretaris. Bisa-bisa jadi incaran Pak Arga...”

Sementara itu, Dion yang duduk di samping Nayla juga sempat menoleh ke arah dua wanita tersebut, lalu berkata dalam hati:

“Mereka pasti niat banget mau narik perhatian Pak Arga. Jelas kelihatan dari cara duduk dan senyumnya.”

Sebaliknya, Pak Natan justru tersenyum lebar saat melihat Nayla.

“Maaf, Pak Arga… yang di sebelah Bapak ini anak magang, ya?” tanyanya sambil tertawa kecil.

Pak Arga menjawab tanpa senyum, “Oh, ini Nayla. Sekretaris saya.”

Nayla langsung menambahkan dengan sopan, “Selamat siang, Pak. Saya Nayla. Dan tidak, saya bukan anak magang.”

Pak Natan tertawa. “Wah, beruntung sekali Pak Arga punya sekretaris secantik ini... dan berhijab pula.”

Nayla hanya membalas dengan senyum tipis.

 

Meeting dimulai. Nayla memimpin sesi presentasi dengan percaya diri. Suaranya tenang, artikulasinya jelas, dan data yang disampaikan membuat seluruh ruangan fokus.

Pak Natan tampak puas. “Presentasinya bagus sekali, Mbak Nayla. Saya yakin kerja sama ini bisa berjalan panjang.”

Pak Arga mengangguk pelan. “Kita tunggu hasil realnya, Pak.”

Namun meski tampak tenang, sesekali pandangan Arga melirik ke arah dua wanita di seberang meja—terutama Rini. Wajahnya datar, tapi sorot matanya menyimpan kesan berbeda.

“Tipe perempuan seperti mereka... jelas bukan untuk dibawa ke rumah. Tapi untuk... hiburan.”

Namun pikirannya segera kembali ke arah Nayla, yang duduk di sampingnya dengan wajah tenang dan penuh fokus. Beda. Tidak norak. Tidak agresif. Justru karena itulah, Nayla makin sulit untuk diabaikan.

“Aku harus pastikan Nayla jadi milikku,” batin Arga.

“Bukan cuma sebagai sekretaris. Tapi sebagai istri. Ibu untuk Nabil. Dan satu-satunya perempuan yang bisa berdiri di sampingku—sebelum orang lain lebih dulu mengambilnya.”

 

1
Herliyanti Kilik
bagus
Merda
Agra...Arga..perhatikan dong thor...kesalahan menulis nama Arga, sampai berbab2..
Merda
Hahhhh baru umur 23 thn, dah jd Sekre CEO, buat kek umur 25 thn, lbh masuk akal...
Miu Miu 🍄🐰
bagus ceritanya seru ...semoga bisa sampai and KK Thor nulisnya 😍
Miu Miu 🍄🐰
lanjut Thor bagus ceritanya 😍
Shishio Makoto
Ceritanya sangat menyentuh hati, jangan berhenti menulis thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!