Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memasak
Akhirnya pekerjaan Erina selesai, dan waktunya dia pulang. Kali ini ia langsung berjalan menuju halte bus. Tidak butuh waktu lama, bus yang ditunggu pun datang.
Setelah turun dari bus, Erina mampir ke kios untuk membeli telur, ayam, sayur, bumbu, dan minyak goreng. Setelah itu, ia pulang ke apartemen. Ia melihat pintu apartemen Rasyad masih tertutup.
"Mungkin belum pulang." Batinnya.
Erina pun membuka pintunya dan masuk ke dalam. Tidak lama kemudian, handphone nya berdering.
"Rasyad."
Erina langsung mengangkatnya.
"Hallo... Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Kamu di mana?"
"Di apartemen, baru saja nyampe. Ada apa? "
"Ini pesananmu. Buka pintunya, aku di depan."
"Ah iya."
Erina meletakkan tasnya lalu membuka pintu.
Dan benar saja Rasyad sedang berdiri di depan apartemennya.
"Nih, telur dadar double."
Dengan girang Erina menerimanya.
"Alhamdulillah, makasih. Berapa?"
"Apanya?"
"Duitnya."
"Nggak usah."
"Eh jangan dong. Aku nggak mau gratisan."
"Ya sudah, ganti dengan masakanmu besok pagi."
"Tapi... "
Rasyad tidak mendengarkan bantahan Erina. Ia langsung masuk ke apartemennya.
"Ish kebiasaan deh!" Kesal Erina.
Ia tahu harga masakan Padang itu pasti cukup mahal meski mungkin itu tidak seberapa bagi Rasyad yang menurut Erina bukan orang biasa. Namun Erina tudak enak hati kepadanya. Namun yang membuatnya lebih berat adalah dia harus memasak untuk Rasyad besok pagi.
"Ada-ada saja maunya. Mending aku bayar dah." Gerutunya.
Erina tidak langsung memakannya karena belum lapar. Ia masih menunggu waktu Maghrib untuk shalat.
30 menit kemudian, Erina pun shalat Maghrib. Setelah shalat, Erina memakan nasi Padangnya.
"Wah ini sih porsi kuli. Nasinya banyak banget. Dia pikir aku habis nguli kali ya."
Erina menyisihkan sebagian nasi untuk ia makan besok pagi karena mubazir kalau dibuang.
Selesai makan, Erina membalas chat dari saudaranya. Padahal di Indonesia sudah jam 12 malam. Namun sepertinya Erika belum bisa tidur karena dirinya tengah mendapatkan kabar bahagia. Erika sedang hamil anak ketiga. Ia memberi kabar baik tersebut kepada adiknya. Erina ikut senang mendengarnya.
Beberapa, saat kemudian, Erina baru ingat dengan sampel parfum yang ia bawa untuk ditunjukkan kepada Rasyad.
"Ah lua tadi. Besok saja deh sekalian nganterin sarapan. Duh iya, besok aku masak apa ya enaknya?"
Erina berpikir keras untuk memasak besok pagi. Ia bahkan tidak tahu makanan apa yang disukai atau tidak disukai oleh Erina.
"Ah nambah beban saja tuh orang. Apa iya aku harus nanya sama dia."
Sementara itu, Rasyad baru selesai shalat Isyak. Seperti biasa ia selalu diingatkan oleh sang Mama untuk shalat lima waktu. Rasyad memang kadang suka lalai. Makanya sang Mama selalu berdo'a agar Rasyad mendapatkan jodoh yang sholeha yang dapat membawanya pada kebaikan dan merubahnya agar lebih baik lagi. Meski begitu, Rasyad tidak pernah mencoba minuman haram atau pun memakai barang haram.
Erina baru saja mendapatkan ide untuk masak besok pagi. Ia akan membuat penyetan ayam karena kebetulan stok ayamnya ada. Dan menurut Erina itu sangat mudah. Erina pun mulai mencuci ayam dang membuat bumbu ungkepan. Selanjutnya ia mengungkap Ayam selama 10 menit.
"Beres deh, tinggal tidur. Tapi apa dia suka sama ayam? Anggap saja suka. Rata-rata ayam kan makanan yang cukup digemari anak muda dan orang tua. Ah bodoh amat, yang penting udah masakin."
Erina pun mencuci muka dan memakai krim malam. Setelah utu, ia berbaring di atas tempat tidur. Baru saja dia akan memejamkan mata, handphone-nya berdering.
Matanya mendelik saat tahu nomer yang menghubunginya.
"Huh... ngapain dia nelpon?"
Erina segera mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Jangan lupa sarapan ku besok pagi!"
"Iya, iya, beres. Udah, saya mau tidur."
"Ya sudah tidur saja, ngapain bilang aku."
"Ya Allah.... nih orang."
Belum sempat Erina mengomel, Rasyad langsung menutup telponnya.
"Iiiihhhhh nyebelin."
Erina pun meletakkan handphone-nya kembali. Lalu ia mencoba memejamkan matanya. Entah kenapa kali ini ia kesulitan untuk tidur. Ia berbaring miring ke kanan lalu ke kiri. Sebenarnya jam masih menujukkan angka 9. Namun Erina memang ingin tidur lebih awal agar besok tidak tidur lagi setelah shalat Shubuh. Karena sulit untuk tidur, Erina pun bangun dan duduk di atas tempat tidurnya.
"Ya sudahlah, lagian besok libur. Sekarang nonton TV saja sampai ngantuk." Batinnya.
Sedangkan Rasyad saat ini sedang berpacu dengan pensil dan kertasnya. Ide-idenya semakin keluar saat malam semakin larut. Ia sampai melupakan makan malamnya. Hal tersebut yang membuat magh nya sering kambuh. Namun ia tidak pernah mengeluh kepada orang tuanya. Semuanya ia hadapi sendiri.
"Kayaknya magh ku kambuh." Rasyad memegang perutnya. Ia pun segera bangun dari duduknYa dan mengambil obatnya. Setelah meminum obat tersebut, Rasyad pun membuat wedang gula dan ia minum hangat-hangat kuku. Setelah itu, ia makan roti.
"Sepertinya tidak bisa melanjutkan lagi. Harus tidur dulu." Batinnya.
Rasyad pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Setelah itu, ia membuka kaosnya dan tidur.
Keesokan harinya.
Setelah shalat Shubuh, Erina merasa ngantuk karena semalam ia tidur jam 12.
"Tidur lagi enak kayaknya." Gumamnya.
Tanpa pikir panjang ia langsung naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya. Tidak butuh waktu lama ia pun tertidur.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi. Erina tersentak karena bunyi handphone nya.
"Assalamu'alaikum, dek."
"Hem wa'alaikum salam, Bun."
"Ya Allah, sayang. Kamu baru bangun?"
"Hem, iya bun. Habis shalat tadi tidur lagi karena ngantuk."
"Ini sudah jam berapa di sana?"
"Astaghfirullah, sudah jam 8. Duh iya lupa lagi kalau harus masak."
"Ada apa, dek?"
"Bunda, bunda udah dulu ya. Erina ada janji soalnya. Mau mandi dulu."
"Oh iya, ya sudah. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Bunda menutup telponnya. Erina langsung beranjak pergi ke kamar mandi. Ia mandi cepat-cepat lalu segera pergi ke dapur untuk masak.
Pertama ia mencuci beras untuk di masak. Lalu ia mulai memanaskan minyak goreng untuk menggoreng ayam yang sudah diungkapkan. Selanjutnya ia menyiapkan bumbu untuk sambal tomat.
Beberapa saat kemudian, nasinya pun sudah matang. Erina melanjutkan untuk mengulek sambel.
"Jadi deh."
Belum sempat ia menyiapkan jatah untuk Rasyad, orangnya sudah berada di depan kamar. Ia mengetuk pintu Erina.
Tok tok tok
"Pasti si tukang nyebelin." Ujarnya sambil membuka celemek. Ia pun mengambil jilbab instannya yang tidak sengaja ia pakai dengan terbalik. Bagian dalam ada di luar.
tok tok tok
"Iya iya, tunggu sebentar!"
Ceklek.
Saat pintu dibuka bau wangi masakan sudah tercium
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga kalian berdua segera saling membuka hati, apalagi kedua ortu kalian dah memaksa kalian untuk tinggal bersama ?? Hayo kita semua dah siap nungguin kalian berdua belah duren 🤣🤣🤣🤩🤩🤩🙏