Bagaimana caranya Hanum si preman pasar yang bar- bar seketika menjadi anggun saat dia harus menikah dengan anak majikannya.
"Ada uang Abang kucinta. Gak ada uang Abang kusita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nikah Kontrak
"Ada hal penting yang harus mama bicarakan sama kamu." Ningsih menatap Arya yang duduk menghadapnya dengan wajah datarnya seperti biasa.
Karena saking terbiasanya Ningsih bahkan sudah lupa bagaimana rupa anaknya ini jika tersenyum.
"Apa?"
"Kakek suruh kamu cepat menikah." Arya masih bersikap biasa saja. "Kalau tidak, beliau akan segera memberikan jabatan di kantor pada Rendi. Kamu dengar kan kalau Rendi akan segera menikah?"
"Dan kamu tahu para paman papa meminta mama segera turun, karena mama bukan Chandra Wijaya. Dan kalau itu terjadi sudah pasti Rendi yang akan kakek kamu pilih, agar perusahaan tidak jatuh ke tangan mereka." Arya tak habis pikir kenapa peraturan kolot itu masih bertahan hingga sekarang. Siapa yang memimpin keluarga harus menikah lebih dulu.
"Tapi mau itu mereka atau Rendi sama saja, Mama gak rela jerih payah papa kamu berakhir sama orang-orang serakah itu."
Arya mengusap tangannya. "Oke."
"Kamu setuju?"
"Memangnya Arya punya pilihan lain?"
"Kalau gitu mama akan pilihkan calon istri buat kamu."
"Tenang aja, kamu bisa memilih siapa yang kamu mau, dan kamu sukai." Ningsih tersenyum lebih lebar dari biasanya. Bagaimana pun harapannya pada Arya tentu saja putranya itu bisa menikah dan bisa membuka hatinya pada seorang gadis layaknya pria normal pada umumnya.
Namun harapan Ningsih tak bisa secepat itu terlaksana. Sudah beberapa gadis dia perkenalkan pada Arya, tetap saja Arya menolaknya.
"Dia terlalu murahan." jelas Arya saat dia pulang dari kencannya.
"Kamu bisa bilang sama mama, gadis seperti apa yang kamu mau?" Ningsih mengejar Arya yang akan menaiki tangga hingga langkah Arya terhenti.
"Biar mama gak bingung dan gak salah pilih lagi?" bagaimana pun beberapa gadis yang dia pilih semuanya di tolak Arya, dan dia merasa sedikit malu pada para gadis itu. Meski sejak awal Ningsih tidak memberi harapan dan mengatakan jika keputusan ada pada Arya, tapi tetap saja gadis yang tumbuh dan besar di keluarga kaya terkadang tak suka di tolak. Dan Ningsih harus menyiapkan hadiah pada mereka agar tetap menjaga hubungan baiknya dengan para orang tua gadis itu.
"Terserah mama."
"Terserah mama tapi kamu terus menolak, ya pilihan mama pasti tak jauh- jauh dari yang seperti itu."
"Kalau mama ingin aku menikah karena menyukai gadis yang mama perkenalkan, maka mama harus bersabar sampai aku menemukan yang cocok dengan hatiku. Tapi kalau mama ingin aku hanya menikah demi mendapat perusahaan, kenapa tidak melakukan pernikahan kontrak saja, agar aku juga tidak perlu repot mencocokkan hatiku."
Ningsih menghela nafasnya agar lebih tenang.
"Arya, mama memang minta kamu cepat menikah karena perusahaan, tapi mama juga gak mau kamu dalam pernikahan ini hanya menderita sebab gak mencintai istri kamu."
"Jadi, wajar kan kalau aku memilih. Hanya aja semua yang mama pilih sama. Mereka terlalu mementingkan ego, hanya melihat aku dari luar. Bagaimana jika mereka tahu kalau aku tidak seperti yang mereka lihat?"
Ningsih menggela nafasnya lagi. Arya benar. Dan jika mereka akhirnya membocorkan tentang keadaan Arya, hal yang selama ini dia tutupi setengah mati. Bukankah itu akan sangat beresiko.
Semua keluarga tahu Arya tak suka berdekatan dengan orang baru, namun tentang amarah Arya yang meledak- ledak hanya dia dan para pelayan di rumah ini yang tahu. Dan itulah kenapa dia harus menggaji mereka dengan besar. Bahkan jika ada pelayan yang di pecat mereka akan di beri kompensasi agar tidak membocorkan rahasia ini.
"Jadi kamu maunya bagaimana?"
Saat ini beberapa pelayan masuk dan membawakan belanjaan bulanan yang rutin di lakukan untuk memenuhi lemari camilan di lantai atas dan lantai sini, juga air mineral yang harus selalu tersedia di semua lemari es untuk memudahkan pemilik rumah.
Namun mereka serentak menghentikan langkanya saat melihat nyonya dan tuan muda tengah berdebat.
Semua serentak menunduk dan kembali mundur perlahan, kecuali Hanum yang mengernyit dengan satu kardus air mineral di tangannya dan terus melangkah ke arah tangga. Saat menyadari teman- temannya semakin mundur menjauh Hanum barulah menghentikan langkannya. "Pada kenape lo semua," ucap Hanum saat semua memundurkan langkahnya.
"Num ayo!" satu orang teman Hanum berbisik dengan menarik Hanum agar pergi.
"Apa sih, kalau di tunda keburu tuan muda dateng, terus gue gak bisa bantu lo lagi."
"Kamu gak liat di belakang kamu," ucapnya dengan kembali menarik tangan Hanum.
Hanum menoleh dan tertegun saat melihat tuan muda dan nyonya rumah tengah berdiri berhadapan, namun kedua orang itu justru menatap ke arahnya.
"Oh, maaf, nyonya saya kira kalian belum datang." Hanum melangkah mundur mengikuti apa yang pelayan lain lakukan, namun baru saja dua langkah dia mundur dia mendengar suara Arya.
"Hanum ikut aku!" Hanum tertegun, lalu mengangguk kaku.
Hanum melihat pada Ningsih yang mengangguk seolah mengizinkan Hanum untuk segera mengikuti Arya.
Hanum meletakan dus air mineral di tangannya lalu melangkah menaiki tangga untuk mengikuti Arya.
Hanum tak tahu jika Arya akan pulang lebih cepat, sedangkan dia belum membuat teh camomile untuk menenangkan pikiran Arya yang selalu kacau atau bahkan menyiapkan segala kebutuhan Arya yang biasa dia siapkan.
Entah akan sekacau apa Arya hari ini.
Hanum menoleh saat mendengar langkah kaki mengikutinya, dan terkejut saat menemukan Ningsih.
Hanum segera menunduk dan menepi untuk membiarkan Ningsih berjalan lebih dulu. Namun Ningsih justru berhenti tepat di depan Hanum.
"Hanum tolong lakukan sesuatu untuk saya." ucapnya dengan tenang seperti biasa.
Hanum mengangguk. "Apapun yang Arya katakan laporkan sama saya, mengerti?" Hanum kembali mengangguk.
"Baik, nyonya." Ningsih melanjutkan langkahnya ke arah kamarnya, sementara Hanum pergi ke kamar Arya.
Hanum mengetuk pintu lalu masuk. "Ada apa ya, tuan?"
"Duduk," ucapnya pada Hanum.
Hanum baru akan duduk saat dia mendengar suara Arya kembali, dan dia langsung terpaku seketika saat dia mendengar ucapan yang keluar dari mulut Arya.
"Hah?"
"Aku bilang kamu ingin uang banyak, menikahlah denganku." Hanum mengerjapkan matanya.
Benar, Hanum tidak salah dengar, Arya benar-benar mengajaknya menikah. Hanum mendongak menatap wajah di depannya. Ekpresi Arya masih sama tidak ada wajah yang jatuh cinta atau kasmaran, lalu kenapa pria ini mengajaknya menikah? Apakah—
"Bukan benar-benar menikah, tapi pernikahan kontrak."
Benar bukan, untung saja Hanum tidak baper sampai lompat-lompat karena di lamar cowok ganteng dan kaya.
"Nikah kontrak?"
"Ya, berapa pun kamu minta akan aku berikan."
Hanum mendengus merasa diremehkan. "Kalau semua harta milik tuan, gimana?"
Arya mengernyit. "Kamu jangan gak tahu diri ya, Hanum!"
"Lah, tadi katanya berapapun mau di kasih?"
Arya menipiskan bibirnya, tatapannya masih tajam.
"Sepuluh milyar," tembak Arya.
Hanum membelalakan matanya, dia tak pernah melihat uang satu milyar atau bahkan paling kecil seratus juta, untuk satu juta saja Arya harus kerja jungkir balik di pasar. Tapi Arya bilang 10 milyar?
Tapi seberapapun itu Hanum tidak ingin mempermainkan pernikahan.
"Saya gak mau."
"Kamu!"
"Kalau gak ada yang mau tuan bicarakan lagi, saya permisi." Hanum beranjak pergi keluar dari kamar Arya.
....
"Apa- apaan itu, ngapain nikah kontrak segala. Terus tiba-tiba jadi janda?" tentu saja karena setelah kontraknya selesai pasti akan bercerai.
Baru saja Hanum akan menuruni tangga, Ratna mencegahnya.
"Nyonya ingin bicara." Hanum menghela nafasnya. Benar, nyonya bilang harus mengatakan apapun yang Arya katakan. Jadi apa tanggapannya kalau tahu anaknya akan menikahinya secara kontrak.
....
Kalau gak siang, sore up Kanza- Daegan ya guys🤗
Doble Up kalau boleh kak