Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?
*
*
*
Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.
MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.
Untuk menyemangati Author menulis.
Salam Hangat dari tanah JAWA TENGAH.❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Menjadi Pusat Perhatian
Axel dan Kiara berjalan bersama menuju toko buku, di dekat sekolahnya. Saat tiba, tampak Dika sudah menunggu disana.
Kiara berlari kecil menghampirinya. “Hai, Dika...” sapanya membuat Dika tampak berbinar.
“Hai, Ra,” balas Dika penuh senyuman.
Sementara Axel, masih dengan wajah kaku khasnya, “Dia senang sekali bertemu ketua kelas,” gumamnya penuh kekesalan.
“Kamu juga ikut? Ingin membeli buku?” tanya Dika, menatap Axel seolah tak yakin.
Axel mengangkat alisnya, “Menurutmu? Beli batagor?” jawabnya ketus langsung melewati tanpa menatap Dika.
Dika menyeringai, “Dia dan celetuknya yang menyebalkan,” gumamnya pelan.
Kiara tampak antusias memilih buku, karena penulis kesayangannya telah merilis buku baru. Axel berdiri di sampingnya, ia melirik penasaran. “Apa yang kamu beli?”
“Ini... novel fantasi remaja,” jawab Kiara wajahnya berbinar.
“Membaca fantasi tak akan membuatmu pintar,” celetuk Axel tiba-tiba membuat Kiara membelalak.
Kiara spontan menoleh dengan tatapan sinis, “Huh!” dengusnya kesal lalu meninggalkan Axel begitu saja.
“Maksudku...” Axel mencoba menghentikan Kiara ingin menjelaskan ucapannya, namun gadis itu sudah berlalu dengan wajah yang cemberut.
“Ara! Sudah dapat bukunya?” tanya Dika menghampiri di depan kasir.
“Sudah, ayo ke sekolah,” sahut Kiara, langsung menggandeng Dika.
Dika terkejut dengan sikap Kiara yang tiba-tiba menggandeng tangannya, matanya masih membulat, namun kakinya mengikuti langkah Kiara. Jantungnya berdebar menatap tangannya yang bersentuhan dengan gadis idamannya, Dia... memegang tanganku. gumamnya dalam hati seolah tak percaya.
Di belakang mereka, Axel memandang dengan wajah memerah. Bibirnya mengatup rapat. “Huh…” ia menghela napas panjang.
****
Sampai di kelas, Kiara langsung merebahkan wajahnya di atas meja. “Ada apa dengan Axel? Sedetik dia baik, sedetik kemudian dia bersikap dingin. Terus tadi, dia mengolokku?” gumamnya kesal mengingat sikap tetangganya itu.
“Hai, Ra,” sapa Via yang baru saja datang.
“Hai,” Balasnya singkat, wajahnya merah padam masih merasa kesal.
“Nanti siang tim basket latihan, kamu mau lihat?” ujar Via sambil merapikan meja kelasnya.
Kiara langsung mengangkat wajahnya, “Mau dong!” jawabnya antusias seolah melupakan kekesalannya barusan.
“Semangat banget,” sahut Via terheran.
****
Setelah kelas selesai, Via dan Kiara keluar dan menuju aula lapangan basket. Kiara duduk di kursi penonton, sementara Via bersiap untuk berlatih bersama tim cheers nya.
Di ruang ganti tim cheers, Jessica dan Rani tampak sedang bersiap. Kemudian Rani bersuara: “Jess, kamu beneran suka sama Axel?”
Jessica yang sedang sibuk merapikan seragamnya, langsung menoleh “Yes, dia type ku,” Jawabnya dengan tatapan yakin.
“Tapi... kayaknya kamu punya saingan,” ujar Rani menyulutkan api pertikaian.
Jessica menatap Rani sejenak, kemudian berbalik lagi menatap cermin. “Aku sudah tau, dia memang punya banyak fan sejak pertama datang.”
“Kiara. Aku kemarin lihat Axel nggendong dia sepulang sekolah,” kata Rani, membuat wajah Jessica langsung mengeras.
Jessica sontak berhenti bergerak. “Kiara?” tanyanya tajam.
“Iya, si carmuk kelas 3B,” jawab Rani enteng.
“Bukannya kamu bilang dia pacaran sama Dika?”
“Makanya itu, aku juga bingung. Dia kurang cowok apa sih?”
Mendengar itu, Jessica mengerutkan dahi. Sorot matanya dipenuhi kekesalan, “Kiara... awas kamu,” gumamnya sambil mengepalkan tangan.
Tak lama, Dea anggota tim masuk ke ruangan itu.
“Hai, Jess, Ran.” Sapanya.
“Hai” sahut Rani, sementara Jessica masih terdiam, seperti sedang merencanakan sesuatu.
“Dea” panggilnya tiba-tiba.
Dea menoleh “Iya, Jess.”
“Kamu nggak usah ikut tampil hari ini.”
“Apa maksudmu?”
“Pinjamkan seragammu, aku harus melatih pemula dulu. Selanjutnya kamu akan tampil seperti biasa.”
“Hah?!” jawab Dea sedikit bingung.
“Cepat, berikan seragammu!” tegas Jessica.
Dengan ragu-ragu Dea memberikan seragam cheers nya.
“Siapa maksudmu pemula?” tanya Rani.
“Ayo, kita datangi pemula itu,” sahut Jessica, langsung berjalan keluar.
****
Di lapangan basket, mata Jessica langsung menemukan Kiara, Dia menyuruh Rani untuk memanggilnya.
“Akhirnya, kita ketemu lagi. Kiara,” ujar Jessica, menyapa gadis polos yang ingin di jahatinya.
“Jess, ada apa mencariku?” tanya Kiara.
“Nih, pakai seragam ini. Kamu boleh gabung tim, khusus hari ini,” ucapnya seraya menyodorkan satu set seragam.
“Hah?! Aku kan belum lulus seleksi,” sahut Kiara, alisnya terangkat bingung.
“Khusus hari ini, aku ingin memberimu kesempatan,” tukas Jessica, “Nih cepetan ganti seragam.”
Dengan ragu-ragu Kiara mengambilnya, lalu melangkah pergi untuk berganti baju.
Sepanjang lorong, Kiara sesekali memiringkan kepala “Apa maksud Jessica? tiba-tiba dia menyuruhku gabung padahal belum lolos seleksi,” gumamnya bingung.
Akhirnya dia berganti seragam. Di depan cermin, ia memandangi dirinya sendiri, “Wiiih, cantek sekali...” ujarnya memuji diri sendiri.
Namun, Kiara merasa tak nyaman karena seragamnya terasa kekecilan. “Tapi... sempit sekali, aku merasa sesak,” ucapnya sambil terus merapikan bajunya.
“Huhhh...” setelah menghela napas panjang, ia segera keluar ruangan.
Di lorong, Kiara bertemu dengan rombongan tim basket.
“Kiara!” panggil Dika dengan suara lantang.
Kiara menoleh, semua mata tertuju padanya.
“Hai,” sahut Kiara dengan ceria, kemudian pandangannya menangkap sosok pria idamannya. “Axel...” gumamnya pelan, menahan kesaltingan.
“Widih... cakep bener, kamu beneran gabung tim cheers?” tanya Rafa antusias, menghampirinya.
Kiara mengangguk, “Iyaa,” jawabnya.
“Cantik, Ra,” celetuk Dika tiba-tiba.
“Hah?!” seru Kiara kaget.
“Iya, kamu terlihat cantik. Pakai seragam ini,” jelas Dika, menatap lekat Kiara.
“Hehe, makasih.”
Rafa mendapati Dika senyum-senyum menatap Kiara. Ia pun ikut melirik ke arah gadis itu, yang buru-buru menunduk dengan pipi merona. “Dih!” celetuknya, sudut bibirnya terangkat geli.
Sementara Axel hanya melirik sekilas tanpa menanggapi, lalu berlalu begitu saja.
Dia... tidak melihatku? batin Kiara murung.
****
Di lapangan basket, tim tengah memulai latihan, sementara Kiara dan tim cheers sudah menempati posisi mereka, siap memberi semangat.
Axel sesekali melirik ke arah Kiara. Gadis itu… jelas terlihat tidak nyaman, batinnya menyadari gerak-gerik Kiara yang kikuk dengan seragamnya.
Meski sesak, Kiara tetap berusaha fokus dan semangat. Namun saat harus naik ke atas, ia menatap Jessica, ragu.
“Hah?! Aku belum latihan soal ini,” ucapnya pelan.
“Kamu memakai seragam Dea, ini formasi dan tugas Dea,” jawab Jessica tegas.
Kiara mengangkat alis. Jadi ini maksudnya memintaku bergabung? Jessica… gumamnya kesal.
Dia bersiap naik, meletakkan kakinya di tangan Rani. Tapi… Brak!! Ia terjatuh ke lantai.
“Aakhh!” serunya kesakitan. Bajunya yang sempit sobek, memperlihatkan sebagian punggungnya.
“Ara!! Kamu nggak apa-apa?” teriak Via, panik.
Mendengar itu, Axel dan tim basket menghentikan latihan. Pandangannya langsung tertuju pada Kiara, yang menunduk panik, berusaha menutupi punggungnya.
Axel segera menyambar jaket dari kursi dan menerobos kerumunan.
“Minggir!” suaranya tegas, membuat semua orang spontan membuka jalan.
“Axel…” lirih Kiara begitu melihatnya, matanya bergetar.
Dika yang sudah berlari pun terhenti, membeku mendengar nama itu keluar dari bibir Kiara. "Dia... Memanggil Axel."
Axel berlutut, menyelimuti tubuh Kiara dengan jaketnya. “Kamu luka?” tanyanya cepat, matanya khawatir.
Kiara hanya bisa menggeleng, pipinya merah, bibirnya bergetar.
“Ayo.” Axel langsung mengangkatnya dalam gendongan bridal style, langkahnya mantap.
“A-Axel! Turunkan aku!” protes Kiara, suaranya nyaris bergetar.
“Diam. Kita ke UKS.”
Saat melangkah. ia melewati Jessica, lalu berhenti sejenak. Tanpa menoleh Axel berkata tajam. “Aku akan mencarimu nanti,”
Kiara menunduk, pipinya memerah, tubuhnya masih menempel pada Axel. Ia tak sanggup berkata banyak, hanya bisa menahan diri dan menyembunyikan wajahnya didekapan Axel.
Semua mata mengikuti mereka, sebagian tercengang, sebagian bersorak kecil.
Jessica menggertakkan gigi di tengah lapangan. Sial. Bukannya jatuh malu, malah jadi pusat perhatian! batinnya menggerutu kesal.
Rencananya untuk mempermalukan Kiara, gagal total!
**Makanya dek Jess, jangan jahat-jahat ya. Kasian anak orang kalo sampe patah tulang!**
...****************...
Bersambung...
Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...
Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.
Salam Hangat dari Author,🥰🥰
🤣
ak pasti menunggunya thor
otakku baru bangun nih