Pergi Atau Menetap

Setelah selesai mengikuti ujian di jam terakhir, Archio segera menuju ke parkiran dan langsung bergegas menuju ke rumah Putra.

Ia langsung menancapkan pedal gas dengan kecepatan diatas rata-rata karena emosi yang sudah menguasai dirinya.

Ia bahkan mengumpat saat ada seorang nenek yang ingin menyebrang tepat saat mobil Archio sudah mendekati nenek tersebut.

Archio langsung memaki nenek tua itu. Sial!!! Dasar nenek tua bangsat, kalau mau mati jangan disini mending pergi gantung diri saja di rumah lu. Bikin orang hampir celaka saja.

Setelah mengatakan kata-kata yang sangat tidak sopan, ia langsung pergi begitu saja.

Anak muda jaman sekarang memang sudah tidak punya sopan santun sama sekali. Entah dia ini di didik oleh orang tuanya atau tidak. Tutur nenek itu dan langsung menyebrang pergi menuju toserba.

Archio pun sudah sampai di rumah milik Putra. Bagaimana ia bisa tau? Yah, tadi ia sempat menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu rumah Putra Aditama. Dan tidak sesulit itu untuk menemukannya.

Ternyata mencari tahu tentang kehidupan pribadi lu gak sesulit yang gue bayangin yah.

Archio langsung keluar dari mobilnya dan bergegas menuju rumah Putra.

Rumahnya memang tidak seluas mansion Archio, namun terlihat sangat minimalis.

Saat ingin memasuki gerbang rumah itu, ia langsung ditahan oleh satpam yang sedang berjaga.

Maaf, anda siapa?

Saya temannya pemilik rumah ini.

Oh, baiklah. Silahkan masuk.

Setelah diberi akses untuk masuk ke dalam rumah ini, Archio langsung tersenyum devil.

Saat matanya menelusuri tiap sudut rumah ini, matanya terbelalak kaget karena melihat Alana yang tiba-tiba saja membuka bajunya sambil membiarkan rambutnya tergerai bebas. Alana hanya menggunakan tank top putih serta celana hotpants sehingga membuat Archio menjadi emosi.

Bukannya tadi gadis itu menggunakan dress? Lantas mengapa sekarang ia hanya menggunakan pakaian kekurangan bahan seperti itu?

Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya.

Saat ia ingin menghampiri gadis yang sedang ia rindukan itu, tiba-tiba muncul sosok pria yang sudah diketahui jelas siapa dia sedang mendekati Alana sambil memeluk gadis itu dari samping.

Karena emosi yang tidak terkontrol, Archio langsung pergi dan... Bug.. Bug.. Bug..

Archio meninju wajah Putra secara brutal tanpa pengampunan. Ia semakin dibuat emosi lagi karena Putra yang tidak membalas pukulannya tetapi hanya tersenyum seolah ia sudah menang.

Iyo stop it.

Archio seolah menuli kan pendengarannya, dan menindih tubuh Putra sambil meninju tanpa memberikan celah kepada Putra untuk membalas pukulannya.

Archio stop. You bastard!!

Tegas Alana.

Saat mendengar namanya dipanggil tidak seperti biasanya, ia langsung menghentikan aksinya.

You are very childish, you know!!

I don't like it!! Teriak Alana penuh emosi.

Sedangkan Putra? Jangan tanya soal keadaannya yang sudah babak belur namun masih bisa tersenyum seolah mengejek Archio.

Tanpa menunggu jawaban Archio, Alana langsung membantu Putra untuk berdiri lalu pergi berlalu begitu saja dari hadapan Archio.

Sebelum pergi ia mengatakan kata-kata yang membuat Archio tertampar.

Kita cuman sahabatan, lu gak usah bertingkah seolah kita punya hubungan spesial. Dan mulai sekarang lu gak ada hak buat ngatur hidup gue lagi!! Tegas Alana penuh penekanan di setiap ucapannya.

Saat Archio melihat kepergian mereka, Putra langsung berbalik melihatnya dan menampilkan senyum smirknya.

Setelahnya ia langsung merangkul pinggang Alana seolah mengatakan bahwa mulai sekarang Alana akan menjadi miliknya.

...----------------...

Setelah masuk kedalam rumah Alana langsung bertanya kepada Putra " dimana letak kotak P3K"? Tanpa menjawab pertanyaan Alana, ia langsung bergegas menuju tempat dimana kotak P3K itu berada.

Langsung saja Alana mengambil kotak itu dari genggaman Putra dan langsung menuangkan betadine ke kapas lalu menekan ke arah luka Putra.

Bisa gak sih kalian sehari aja gak usah berkelahi. Padahal belum juga sehari kalian berantem.

Kalian bukan anak kecil lagi yang harus ditegur berulang kali.

Namun tanpa disadari, Putra hanya menatap wajahnya tanpa berkedip sedikitpun. Ia baru kali ini melihat wajah Alana sedekat ini.

Ia tidak melewatkan pesona Alana sedetik pun. Sedangkan yang ditatap tidak menyadari akan hal itu.

Ia terus saja mengoceh sambil membersihkan luka di tiap sudut bibir milik laki-laki itu.

Tiba-tiba saja ia terkejut lantas Putra yang mencium bibirnya. Karena terkejut ia hanya terdiam dan tidak ada perlawanan sama sekali. Ia tidak membalas dan tidak menolak juga, mungkin karena terkejut.

Karena tidak mendapat penolakan, Putra langsung saja menarik tengkuk Alana dan melumat bibir gadis itu.

Putra menggigit sudut bibir Alana, dan gadis itu langsung meringis serta membuka mulutnya. Mendapati kesempatan itu, Putra langsung menyusuri tiap rongga mulut Alana.

Ia menghisap bibir Alana dan lidahnya langsung menelisik ke dalam mulut gadis itu. Ia tidak memberi ruang kepadanya.

Alana yang sulit untuk bernafas langsung saja memukul dada bidang milik Putra. Melihat Alana yang mulai sulit untuk bernafas, ia langsung melepaskan ciuman mereka.

Saat diberi kesempatan, Alana langsung menghirup udara secara rakus. Gila, ia bahkan hampir mati karena kekurangan pasokan udara.

Lu gila ya? Lu bisa bikin gue mati tau gak!!

Mau lanjut lagi gak?

Tiba-tiba pipi Alana bersemu malu. Bagaimana tidak, ia baru saja berciuman dengan laki-laki didepannya dan dengan santainya ia menyuruh untuk melanjutkan adegan mereka tadi? Yang benar saja.

Mau taruh dimana wajah Alana.

Gak usah macam-macam deh.

Lah, bukannya tadi lu nikmatin ciuman itu? Kalau mau kita lanjut lagi tapi lebih bergairah. Mau gak? Tanya Putra sambil menaik turunkan alisnya.

Dasar pria mesum!! Gue adu-in ke bunda lu, biar tau rasa.

Mau rasa yang kayak gimana, biar gue imbangi.

Ya!!!! Gak gitu konsepnya.

Tau ah, mending gue pergi. Ntar bunda pulang gue adu-in.

Setelah mengatakan itu Alana langsung bergegas menuju kamarnya, dan yah bunda Putra sedang pergi ke supermarket buat belanja kebutuhan sehari-hari.

Alana memang disuruh oleh bundanya Putra buat tinggal seminggu disini karena ia akan kesepian bila tiada Alana.

Dan karena tidak tega melihat raut wajah bunda yang memelas, ia langsung mengiyakan ajakan bunda.

Alana mengurungkan niatnya untuk pergi ke rumahnya untuk membahas soal ayahnya. Akh, mengingat akan hal itu membuat hati Alana menjadi sedih.

Ia ingin agar keluarganya tetap utuh dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Namun ayahnya sangat brengsek.

Memang semua lelaki hampir sifatnya sama saja. Suka menduakan hati perempuan, padahal perempuan itu ratu.

Alana langsung mengingat akan Archio. Dimana ia yang mengeluarkan kata-kata pedas untuk laki-laki itu.

Sial!!! Ngapain juga gue kepikiran sama cowok brengsek itu. Kan dia juga yang duluan ngomong kasar sama gue.

Daripada gue pusing mikirin dia, mending gue mandi terus berleha-leha di kamar ini. Langsung Alana pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang dirasa sudah sangat lengket itu.