Rahim Bayaran Mr. M

Bram nampak tersenyum licik melihat tanda merah yang tidak terhitung jumlahnya di leher Amelia.

"Ternyata wajah polos tak seperti yang terlihat. Bagaimana kalau kita langsung saja ke intinya!" Ucapnya sambil menjulurkan lidahnya.

Amelia mendorong tubuh Bram dengan kesal dan membuat nya terjatuh.

"Anda tidak akan tahu, apa yang saya rasa!" Teriaknya sambil melenggang pergi.

Bram bangkit dan menarik tangan Amelia. "Kalau kamu berani meninggalkan ruangan ini, saya akan memecat kamu."

"Lebih baik saya di pecat, dari pada melayani lelaki hidung belang seperti anda." Amelia menepiskan tangannya sambil melenggang pergi.

Amelia keluar dengan air mata yang menetes, Ia benar-benar sial karena mendapati bos yang seperti itu. Akhirnya Amelia membereskan tasnya dan pergi.

Dea yang melihat semua itu, langsung menghampiri Amelia. "Mel, kamu mau kemana? Jam kerjanya kan belum selesai!"

"Aku di pecat, aku pergi dulu yah!"

Dea nampak menahan tangan Amelia dan menanyakan apa yang terjadi. Tapi Amelia tak menjawab, Ia lebih memilih diam.

Amelia pamit dan pergi dari Kafe tersebut. Ia berjalan dengan sedih dan teringat kembali akan tanda yang di tinggalkan oleh Marcell.

"Semua ini gara-gara serigala tua itu, andai saja dia tak meninggalkan bekas ini mungkin semuanya tidak akan jadi seperti ini." Caci nya sambil menendang botol.

Amelia tak tahu, jika lelaki yang tidur dengannya adalah lelaki yang tampan dan idaman semua wanita. Ia menyangka, jika lelaki itu adalah lelaki yang sudah bau tanah dan uzur.

Setelah berjalan cukup lama, Amelia sampai di kediamannya yang baru. Ia masuk dan terlihat Marcell sudah duduk di sofa menunggu kedatangannya. Tak lupa, Marcell menggunakan topeng serigala untuk menutupi wajahnya.

"Dari mana kamu, kenapa baru pulang semalam ini?" Tanya Marcell ketus.

Amelia nampak terkejut dan menganga. "Anda sedang apa di sini? Dan kenapa anda bisa masuk ke dalam rumah ini?" Tanya Amelia sambil menghampiri.

"Ini rumahku, jadi tidak ada salahnya aku untuk mampir ke sini. Melihat wanita ku dan menemaninya untuk tidur." Canda Marcell.

"Ma..maaf saya tidak perlu di temani! Saya lebih suka tidur sendiri, dan maaf tolong anda tinggalkan tempat ini!" Jawab Amelia.

Marcell nampak tersenyum di balik topeng, Ia tak menyangka jika hari ini, dia di tolak oleh wanita.

"Kenapa kamu seperti membenciku?"

"Saya tidak membenci anda, tapi mungkin saja waktunya tidak tepat."

Amelia melenggang pergi tanpa basa-basi. Ia tidak ingin melakukan hubungan itu lagi, karena masih terasa ngilu dan nyeri.

Marcell yang di acuhkan pun akhirnya marah dan mengejar Amelia sambil meraih tangannya.

"Tunggu...! Kamu tahu maksud kedatanganku kemari kan. Dan kami juga tahu, isi dari perjanjian kita."

Amelia mengangguk kepalanya dengan pelan.

"Sebelumnya saya minta maaf, saya tidak bisa melayani anda untuk malam ini. Saya mohon, berikan saya waktu karena..." Ucap Amelia terhenti.

"Karena apa?"

Pipi Amelia langsung memerah dan tak berani menjawab lagi. Marcell mengerti dan melepaskan genggaman tangannya.

"Baiklah! Jika kamu tidak mau melayaniku di ranjang, bagaimana kalau kamu memuaskan perutku. Saya lapar dan saya akan memaafkan kamu."

"Baiklah! Saya akan membuatkan makanan yang spesial untuk anda." Jawab Amelia dengan semangat.

Amelia bergegas pergi ke dapur, Ia membuat seporsi nasi goreng spesial dengan telur mata sapi. Setelah selesai, Ia memanggil nya untuk ke meja makan.

"Serigala tua, serigala tua! Makanannya sudah siap." Teriak Amelia tanpa sadar.

Marcell yang mendengar semua itu nampak melohok dan tersenyum kecil di balik topeng.

"Ternyata selama ini, dia menganggap ku lelaki tua." Batinnya.

"Uppppss..! Aku keceplosan bagaimana ini." Ucap Amelia sambil menutup bibirnya dengan panik.