Bukan lagi Zaman Siti Nurbaya namun Casanova Isabela harus merasakan Zaman dimana dirinya harus di jodohkan dengan laki laki yang sama sekali tidak dia kenal.
-
Casanova atau biasa di panggil Nova merupakan anak tunggal dari keluarga kaya raya namun dirinya selalu tinggal bersama pengasuhnya karena kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan bisnis mereka di luar negeri menjadikannya menjadi seorang gadis bar bar.
Namun kenyataan pahit harus dia dapatkan setelah kedua orang tuanya yang langsung menjodohkannya dengan laki laki yang bahkan sama sekali tidak pernah dia tau ataupun kenal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Siti Nurbaya
Malam ini Nova sudah berada di meja makan bersama kedua orang tuanya, pagi tadi mereka sudah sampai di Jakarta.
Bahkan Nova terlihat diam dan tidak nafsu makan.
" Sayang,, kenapa cuma kamu mainkan makanannya Nak " Ucap Sintia yang terus menatap Putrinya
" Nova,, ada yang mau Papi sama Mami bicarakan sama Kamu,, "
Nova hanya mendongak rasanya sangat malas dengan sikap kedua orang tuanya yang selalu saja seenaknya.
" Lusa kamu akan menikah dengan Vikenzo "
" Apa Pih,, Papi becanda bukan "
" Tidak,, Kami serius dan kami sudah menetapkan Lusa kamu menikah "
" Nova gak mau Pi, Lagian Nova masih sekolah cita cita Nova masih panjang"
" Tidak ada bantahan" Tegas Hendry membuat Nova sangat kesal bahkan dia seakan membenci kedua orang tuanya.
" Semua sudah Papi siapkan, Dan Kamu harus menyetujui nya "
Nova tidak menjawab dia langsung berjalan menuju kamarnya dan kembali dengan membawa kunci mobilnya..
" Nova,, kamu mau kemana " Ucap Sintia namun Nova hanya menatap mereka dan kembali keluar.
" Pi,, Bagaimana ini,, Mami takut Nova kenapa kenapa "
" Biarkan saja, dia harus bisa menerimanya " Ucap Hendry langsung menuju kamarnya
Nova melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi bahkan bahkan tangisannya pecah mengingat semua perkataan orang tuanya bahkan mereka sangat memaksa.
Argh,, kenapa hidup gue kayak gini,, Semua gak tau perasaan gue.
entah akan kemana malam ini, yang terpenting bagi Nova dirinya sangat hancur.
Berbeda dengan Nova yang entah akan kemana, Viken dia malah berada di Brown Cafe menatap Laptopnya pikirannya pun terus dengan pernikahan yang akan dia langsungkan lusa.
Tiba tiba ponselnya berdering dan terlihat Bunda Ana yang menelpon nya.
" Halo Bund "
" (..)
" Ya Bund, Aku akan mencari Nova "
Viken memijat pelipisnya, dia benar benar sangat pusing memikirkan semuanya.
Belum juga jadi istri udah repotin gue. Gumam Viken langsung berjalan keluar.
Viken melajukan mobilnya, dia pun bingung akan mencari Nova dimana sedangkan dirinya sama sekali tidak tau tempat biasa geng Nova pergi.
Harus cari kemana lagi gue, kenal aja gara gara gue sering hukum dia dan sekarang bahkan gue harus cari dia, apa lagi lusa..
Ah sial..
Viken terus berusaha mencari Nova, dia melajukan mobilnya mengelilingi jalanan Ibu Kota yang begitu padat apalagi di malam minggu seperti ini.
Di sebuah tempat, Nova terus menangis air matanya seakan tidak habis.
" Ikut gue sekarang " Ucap Seseorang yang langsung menarik tangan Nova tanpa permisi membuat Nova kaget.
" Lepasin tangan gue " Ucap Nova saat melihat Viken yang menariknya.
Entah bagaimana Viken bisa menemukan Nova yang terlihat menyendiri dan menangis di salah satu Cafe.
" Viken lepasin tangan gue " Ucap Nova membuat Viken melepaskan tangannya
" Loe ngapain ke sini, Pasti Bokap gue yang nyuruh Loe kan "
" Kita pulang "
" Engga gue gak mau,, "
Namun Viken terus tetap menarik tangan Nova hingga masuk ke dalam mobilnya dan Viken langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
" Berhenti atau gue loncar sekarang " Ucap Nova namun sama sekali tidak di hiraukan Viken bahkan Viken langsung mengunci pintu mobilnya.
" Gue bilang berhenti " teriak Nova membuat Viken langsung menghentikan mobilnya
" Loe gila " Ucap Nova akan membuka pintu mobil.
" Apa Loe kira cuma Loe yang sedih dengan perjodohan ini " Ucap Viken tiba tiba membuat Nova terdiam.
" Terus kalau Loe gak setuju kenapa Loe terima"
Viken menghela napasnya,,
" Karena gue gak mau membuat orang tua gue kecewa "
" Loe beda sama gue Ken, Orang tua Loe peduli dengan Loe tapi gue "
Nova kembali menangis bahkan hatinya terasa perih mengingat bagaiman orang tuanya yang hanya mementingkan urusan pribadi dan pekerjaan mereka tanpa tau perasaan Nova.
Viken menatapnya, rasanya tidak tega melihat wanita di depannya yang menangis seperti itu.
Tanpa di sadari Viken menarik Nova dan memeluk nya.
Nova sendiri tidak menolah bahkan dirinya memang sangat membutuhkan tempat untuknya bersandar.
Hingga Nova sudah lebih baik, dia sudah tidak lagi menangis namun masih dalam pelukan Viken.
" Sorry " Ucapnya langsung beranjak dan Viken memberikan tisu kepadanya.
Viken melajukan kembali mobilnya untuk mengantarkan Nova kembali ke rumah.
" Loe antar gue ke Cafe tadi, gue mau ambil Mobil "
" Gue akan minta orang untuk mengambilnya"
Nova mengangguk dan dia terus menatap ke luar jendela namun air matanya masih menetes. Viken sesekali meliriknya.
Tidak ada obrolan dalam perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di depan rumah mewah.
Terlihat Mami Sintia yang sudah menunggu di depan rumah.
" Thanks ya " Ucap Nova keluar dan langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya tanpa menghiraukan Mami Sintia yang khawatir.
" Tante " Sapa Viken mencium punggung Sintia
" Viken,, makasih ya Nak Maaf tante sudah merepotkan "
" Tidak Tante "
" Apa mau masuk dulu Nak "
" Sudah malam Tan, Aku langsung pulang " Pamit Viken tersenyum dan kembali masuk ke dalam mobilnya.
Sintia berjalan masuk setelah Mobil Viken sudah tidak terlihat.
Nova sudah berada di kamarnya, dia telah berganti pakaian dan akan beranjak menuju ranjang tiba tiba pintu kamar nya terbuka terlihat Sintia yang berjalan masuk.
" Sayang " Ucap Sintia duduk di tepi ranjang namun Nova seakan tidak mau menyadari nya
" Mami minta Maaf Nak " Ucap Sintia menangis sebenarnya dia pun tidak mau jika putrinya mengalami seperti ini.
" Mi, , Nova gak mau menikah dengan Viken.. nova masih masu sekolah dan mencapai cita cita Nova Mi "
Sintia menggenggam kedua tangan putrinya, menatap wajah Nova yang terlihat begitu sedih bahkan matanya yang sembab.
" Maafin Mami Sayang, Semua sudah Papi siapkan "
" Ini bukan Jaman Siti Nurbaya Mi, sudah tidak musim perjodohan " Ucap Nova melepaskan tangannya.
" Sayang dengerin Mami,, Please kamu lakuin semua itu demi Mami Nak.. Cuma kali ini saja Mami mohon sama kamu Sayang,, Mami mohon ya"
Nova menatap wajah Maminya, rasanya pun sedikit sulit namun menatap wajah Maminya yang begitu tulus akhirnya Nova pun mengangguk.
" Terima kasih Sayang"
Nova memeluk Maminya,, Begitu hangat pelukan yang sudah sangat lama tidak dia rasakan.
Pelukan seorang Ibu kepada Anak gadisnya.