NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 8

Andini terlambat tiba di kantornya, malam tadi ia tidak bisa tidur. Hampir sepanjang malam ia bolak-balik memeriksa handphonenya, menunggu balasan dari seseorang yang sebenarnya Andini tahu – seseorang itu mungkin tidak akan mau membalas pesannya.

Sesampainya di meja kerjanya ia mulai berkutat dengan portofolionya yang berisi karya-karya terbaiknya. Ini penting untuk menunjukkan kemampuan dan gaya desainnya.

Ada banyak pola yang tergeletak di mejanya. Membayangkan bagaimana material akan jatuh di tubuh atau bagaimana pola dibuat adalah hal yang krusial. Ini akan membantu untuk menciptakan pakaian yang tidak hanya terlihat bagus, tapi juga nyaman dipakai.

Sedang tenggelam dalam pekerjaan tiba-tiba Andini dikagetkan dengan dering ponselnya. Awalnya ia membiarkan sampai deringnya berhenti karena ia sangat sibuk. Ia berencana untuk menelpon balik nanti jika ia sudah selesai dengan aktivitasnya, tapi ponselnya kembali berdering untuk kedua kalinya – membuat Andini mau tak mau menghentikan pekerjaannya demi melihat siapa yang menelponya.

Di layar handphonenya ada sederet angka, Andini pikir itu nomor asing sampai ia menyadari ia mengenal tiga digit terakhir nomor asing tersebut.

Cepat ia mengusap layar hijau dan meletakkan di telinganya, “Halo ….” Ujarnya dengan suara sedikit gemetar.

“Kita harus bertemu.” Ucap suara di seberang dengan amarah yang bisa di rasakan Andini, “Cafe Eden jam 7,” imbuhnya.

Klik! Telepon dimatikan sepihak sebelum Andini bisa berkata apapun.

Jantung Andini berdetak cukup cepat, napasnya naik turun. Ia belum pernah diperlakukan seperti ini. Andini berencana untuk tidak datang, tapi sisi lain hatinya memaksanya untuk menemui Bagas.

Ya, Bagas yang menelponnya tadi.

Cepat-cepat Andini membereskan sisa pekerjaannya agar ia tidak datang terlambat. Ia harus bisa mengatur waktu agar ia bisa bertemu dengan Bagas.

“Bu, permisi ....” panggil Rachel sambil mengetuk pelan pintu yang sedikit terbuka.

“Ya Rachel, ada apa?” jawab Andini tanpa menatap Rachel. Wajahnya terlihat serius di depan laptopnya.

“Nanti malam ibu ada rapat dengan Pak Surya, pukul 7 malam,” Rachel mengingatkan.

“Aduh Rachel jam 7 saya ada acara. Apakah bisa di reschedule?”

“Tapi ini klien kita yang penting Bu,” Ujar Rachel

“Tapi acara saya juga penting!” suara Andini sedikit meninggi membuat Rachel sedikit tersentak.

Suasana sedikit tegang untuk sesaat, Andini tak tahu mengapa ia menganggap penting pertemuannya dengan Bagas. Yang ia pikirkan ia harus bertemu dengan Bagas malam ini.

“Baik Bu, saya akan hubungi Pak Surya untuk menjadwal ulang janji temu,” Rachel merendahkan suaranya.

“Maaf Rachel, saya sedang banyak pikiran,” ucap Andini lirih.

“Iya Bu, tidak apa-apa, kalau begitu saya permisi dulu. Soal Pak Surya akan saya jadwalkan ulang,” ujar Rachel pamit undur diri.

Andini melepas kacamatanya dan memijat kedua pelipisnya sambil menutup mata. Bayangan sosok Bagas terlihat jelas dikepalanya. Ia teringat senyum hangat Bagas pada istrinya.

Senyum yang ingin ia dapatkan juga.

Andini menggeleng, ia mencoba membuyarkan lamunannya tentang Bagas dan mencoba kembali menyibukkan diri ke dalam pekerjaannya.

Mungkin karena terlalu fokus tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Andini menyudahi pekerjaannya karena ia akan bertemu dengan Bagas pukul tujuh malam.

Ia ingin mempersiapkan diri terlebih dahulu. Andini mengarahkan mobilnya ke salon langganannya agar ia bisa melakukan spa dan creambath rambutnya. Setelahnya ia pergi mencari baju yang cocok. Apa yang Andini lakukan terlihat seperti seseorang yang tengah menyiapkan kencan. Andini sendiri tak tahu kenapa ia melakukan ini semua. Yang ia tahu ia ingin menyiapkan diri sebaik mungkin.

Andini tiba di cafe yang dijanjikan 15 menit lebih awal. Malam ini ia mengenakan blouse dengan aksen ruffle warna maroon untuk menyempurnakan warna kulitnya yang kuning langsat. Ia terlihat sangat feminin. Cocok dengan gayanya.

Tidak lupa riasan tipis yang juga menonjolkan fitur wajahnya yang cantik dan parfum untuk menyempurnakan penampilannya.

Berulang kali ia melihat jam ditangannya yang terus berdetak sama seperti jantungnya yang berdegup kencang. Sesekali ia menghirup kopinya yang tinggal setengah.

Tak lama Andini melihat sosok Bagas dengan matanya mengitari ruangan. Setelah menemukan Andini, Bagas langsung menuju tempat duduk gadis itu.

“Aku tidak akan berlama-lama,” ujar Bagas begitu ia duduk tanpa basa-basi. “Jauhi Ratna, jauhi hidup kami!” imbuh Bagas dengan tatapan yang menusuk ke arah Andini.

“Apa maksudmu?” tanya Andini tak mengerti.

Bagas menunduk sedikit, “Ohh ayolah, jangan pura-pura tidak tahu, kamu kan yang merencanakan ini semua?” suaranya rendah tapi menekan.

Andini mengerutkan kening, ia sungguh tak paham kenapa Bagas yakin ia yang menyusun semua ini, “Bagas ... dengarkan aku, aku sama sekali nggak kenal kamu ataupun Ratna, jadi buat apa aku melakukan hal yang kau katakan?” suara Andini terdengar seperti menggeram.

Mata Bagas menelisik Andini seolah mencari kejujuran disana.

“Terserah! Apapun itu jangan ganggu kami berdua dan – “ ujar Bagas dengan mata yang tajam  “ – jangan hadir di acara kami,”

“Tapi Ratna yang mengundangku, akan sangat tidak wajar kalau aku tidak hadir,” sanggah Andini

Bagas berkedip menatap Andini, “Baiklah, kau datang, temui Ratna kemudian pergilah. Sejauh mungkin dari kehidupan kami dan jangan pernah muncul lagi termasuk membawa kejadian malam itu,” ucap Bagas masih dengan suara rendahnya namun tegas.

Beberapa detik sunyi, hanya terdengar rintik hujan yang menabrak kaca. Menciptakan ritme yang seirama dengan denting sendok yang para pengunjung gunakan untuk mengaduk kopi mereka.

Andini terdiam.

Hatinya kacau, ia masih mencoba memahami bagaimana satu malam tak pernah direncanakan itu kini menjadi bom waktu di hidupnya. Rahasia mereka bukan sekedar aib tapi juga belati yang siap merobek hubungan Bagas dan Ratna kapan saja.

Andini menghela napasnya, “Baiklah ....” ucapnya lirih. “Aku tak akan mengganggu hidup kalian,” imbuhnya. “Kau tenang saja,”

Bagas mengangguk, kemudian berdiri dan beranjak pergi. Tanpa mengatakan apapun, meninggalkan Andini yang masih termenung sendiri.

Gerimis masih turun saat Andini memutuskan untuk melangkah ke luar. Ia merasa sesak di dalam cafe, kata-kata Bagas masih berputar di dalam kepalanya. Tegas dingin dan final!

Ia tak peduli kemana langkah membawanya. Tangannya gemetar bukan karena dingin, tapi karena rasa bersalah yang dengan kuat mencengkeramnya. Bayangan tentang malam itu membuatnya merasakan duri yang menancap di batinnya. Ia ingin berteriak sekencang mungkin, tapi suaranya mati tertelan angin dan hujan yang perlahan membasahi tubuhnya.

Di halte yang sepi, ia duduk. Memandang orang-orang yang berlalu lalang. Dalam hatinya bertanya, adakah yang bisa ia ajak berbagi beban yang merongrong jiwanya ini?

Pikirannya kacau, wajah cantik Ratna, senyum hangat Bagas ... apakah ia tega – tidak, apakah ia sanggup menghancurkan kebahagiaan mereka berdua?

Tapi, siapa mereka berdua? Kenapa harus dia yang menanggung beban ini sendirian? Persetan dengan ancaman Bagas. Toh dia juga tak peduli betapa tersiksanya hatinya kini. Memendam semua sendirian.

Andini tahu tak ada jalan kembali.

Ia meraih ponselnya, mengetik sebuah nama.

“Halo, Ratna ... bisakah kita bertemu?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!