NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malangnya Melati

Melati mengalihkan pandangannya, dia mencari-cari Kemuning yang tadi duduk di sampingnya. Dalam sekejap mata, sosok itu hilang.

Napasnya tercekat. Ujung jarinya terasa dingin.

Namun, dia tak ingin membuat adiknya takut. Melati segera bangun dari duduknya, pura-pura tak terjadi apa-apa.

"Nggak papa, ayo ke kamar, kita tidur! Besok harus bangun pagi," ucap Melati pelan sambil mengusap punggung adiknya.

Mereka berjalan beriringan, langkah Melati sedikit terburu. Sesekali dia menoleh ke belakang.

Detak jantungnya makin kencang saat melihat ke ruang makan yang kini terlihat menyeramkan, sepi dengan hawa dingin yang menyeruak.

Melati menelan ludah, mencoba berpura-pura tetap tenang. Tapi entah kenapa, bulu kuduknya berdiri, dia merasa selalu ada yang sedang mengawasinya.

****

Esok harinya, Melati masih terbaring di ranjang saat matahari sudah naik tinggi. Tubuhnya terasa lemas, kepalanya berat, matanya seperti lengket dan enggan terbuka.

Kemuning yang sudah rapi dengan seragam biru putihnya itu mendekat sambil menggoyang pelan tubuh kakaknya.

"Mbak, ayo bangun! Kita harus sekolah!"

Melati hanya menggerakkan bibirnya pelan. "Hhmmm, Mbak ijin dulu, nggak enak badan."

Dia membalikkan badan, membelakangi adiknya.

Kemuning pun berangkat sekolah sendirian pagi itu.

Tak lama setelah rumah kembali sepi, terdengar ketukan di pintu kamar. Lalu suara pintu yang terbuka membuat Melati menoleh, Si mbok masuk sambil membawa nampan berisi sarapan.

"Non, kenapa? Mbok panggilkan dokter, ya?"

"Nggak usah, Mbok. Kayanya Melati cuma kurang tidur," jawab Melati sambil perlahan bangun, lalu duduk bersandar di kepala ranjang.

Lalu, Si mbok duduk di tepi ranjang, menatap Melati penuh kasih.

"Sepertinya, ada yang ingin non sampaikan?" tanyanya pelan.

Melati menghela napas berat dan panjang. "Melati nggak tahan lagi, Mbok. Apa nggak ada cara buat menyingkirkan mereka? Melati capek."

Si mbok terdiam sejenak, dia mengangguk lalu berkata, "Kebetulan mbok hari ini ada rencana ke rumah si mbah. Apa non mau ikut?"

Siang itu, Melati ikut si mbok berjalan melewati pematang sawah, menuju rumah si mbah yang katanya bisa membantu. Angin panas menyapu wajah, tapi tak menyurutkan niat Melati.

Rumah si mbah ada di ujung desa, berdinding anyaman bambu, pintunya terbuka sedikit. Bau kemenyan langsung menusuk, Melati mencoba menahan bau-bauan itu walau dirinya tak suka.

"Kulonuwun, Mbah," sapa si mbok sambil menunduk.

Dari dalam, suara serak menyahut, “Masuk!”

Melati dan si mbok melangkah masuk, menatap pria tua berambut putih yang duduk di depan bara api. Asap kemenyan mengepul, membuat ruangan terasa pengap.

“Kamu sudah besar,” kata si mbah tanpa berkedip.

“Mbah kenal saya?” tanya Melati pelan.

Si mbah hanya tersenyum tipis, lalu menatap si mbok. “Apa tujuan kalian ke sini?”

“Begini, Mbah. Sepertinya jimat itu udah nggak mempan. Anak-anak saya bilang sering diganggu. Apa harus ganti jimat?” tanya si mbok.

“Ya, hari pembalasan cepat atau lambat akan datang,” ucap si mbah lirih.

“Apa ada cara buat menyingkirkan mereka, Mbah? Kami mau hidup tenang,” timpal Melati.

Si mbah menarik napas panjang, lalu mengambil sebuah kendi kecil. “Kalau memang mau, malam ini juga kita mulai. Tapi ingat, melawan arwah dendam itu berisiko. Dia tidak akan tinggal diam.”

Melati dan si mbok saling menatap.

"Berapapun maharnya akan saya bahar, Mbah," jawab si mbok dengan sedikit menganhguk pelan.

"Kalau begitu kalian pulang dulu," perintah si dukun yang sebenarnya kekuatannya sudah melemah itu.

Malam pun tiba. Di ruang sempit itu, si mbah mulai membaca mantra, melemparkan bunga dan kemenyan ke bara api.

Tiba-tiba, angin kencang berhembus dari arah pintu, padahal tertutup rapat. Api di bara menyala tinggi, dan suara tangisan bayi terdengar jelas di telinganya.

"Mati, kau!" bisik Kin terdengar di telinga si dukun yang mencoba menghalanginya menuntaskan dendamnya.

“Dia datang,” bisik si mbah, matanya mencari ke kanan dan kirinya. Tapi, dia dia tak juga melihat wujud arwah yang di penuhi dendam itu.

Seketika itu, dari dinding belakang, sesosok wanita menyerupai Kin, rambut keribo, berlumuran darah, menggendong bayi yang sudah membiru, muncul perlahan. Matanya merah menyala menatap si mbah.

“Pergi ke alammu, sana!” teriak si mbah sambil menyipratkan air yang sudah dia bacakan doa.

Namun, bukannya membuat Kin kesakitan, tapi justru dia tertawa nyaring. "Hihihihiiiii!" Lalu menghilang, timbul dan hilang lagi.

Dukun yang sudah berkeringat dingin itu tak menghiraukan bau kehadiran Kin yang tak lain adalah anyir, baginya bisa selamat dari ancaman Kin saja sudah beruntung.

Tiba-tiba, Kin yang sudah berdiri tepat di belakangnya itu tersenyum miring. Dalam sekejap, si mbah sudah mental jauh, tubuhnya membentur dinding sampai jebol.

Suara tawa perempuan dan tangisan bayi bercampur jadi satu, memekakkan telinga si dukun yang sekarang tersungkur.

Darah keluar dari mulutnya, menggunakan sisa kekuatannya, dukun itu duduk bersila di tanah yang terasa dingin. Sekarang, dirinya ada di antara hidup atau mati!

Si mbah memegangi dadanya, napasnya memburu, mulutnya mulai komat-kamit membacakan mantra. Tapi, belum sempat menyelesaikan bacaan itu, tubuh dukun itu kembali terpental dan kali ini kepalanya jatuh tepat di atas batu.

Perkelahian itu hanya terjadi secepat ini, kalau dukun itu kalah, lalu siapa yang akan memberikan perlindungan pada Melati dan Kemuning?

Kalau menghabisi dukun yang sempat sakti itu saja semudah ini, lalu kenapa Kin membiarkan Melati dan Kemuning masih hidup sampai sekarang?

Apakah sumpah serapah Kin kini sedang bekerja, bahwa keturunan Drajat akan lebih menderita darinya?

Seperti kesialan demi kesialan yang menimpa mereka tanpa hentinya. Kin sedang menikmati pertunjukan yang sedang berlangsung.

Kin semakin tertawa nyaring melihat darah mengalir dari mulut dukun itu. Mata tuanya menatap kosong, nyawanya melayang seketika.

Kin menghilang bersama suara tangisan bayi yang menjauh, meninggalkan gubug itu yang membeku dalam sunyi.

Sementara itu, di rumah, Melati berbaring dengan gelisah. Pikirannya terus melayang pada si mbah. Apakah pria tua itu sanggup mengalahkan arwah penasaran itu?

Suara jam dinding terdengar jelas di tengah keheningan.

Di sisinya, Kemuning yang tadi tertidur tenang tiba-tiba tertawa cekikikan. Tawanya pelan di awal, lalu semakin nyaring, membuat bulu kuduk Melati berdiri.

“Muning,” panggil Melati pelan, tapi adiknya tidak menjawab, hanya menoleh dengan senyum yang terlihat aneh.

Dalam tawa itu, suara yang keluar bukan suara Kemuning, melainkan suara perempuan dewasa yang berat dan dingin.

“Kalian akan menderita lahir dan batin. Sampai kalian berharap kematian menjemput!”

Melati terperangah, wajahnya pucat. Dia sadar adiknya kesurupan. Jantungnya berdegup kencang, dia segera turun dari ranjang, menahan tangis.

“Muning! Sadar, Ning! Jangan biarkan dia masuk ke tubuh kamu!” seru Melati, suaranya bergetar penuh putus asa.

Kemuning hanya memiringkan kepala, senyumnya melebar, lalu menutup matanya kembali seakan tidak terjadi apa-apa.

Melati terduduk lesu di bawah pintu, dia tak berhenti menangis dan malam ini menjadi malam panjang, apalagi di luar sana Melati mendengar suara langkah kaki anak kecil yang berlarian.

Gadis yang hampir putus asa itu pun menutup telinganya dengan telapak tangannya.

Dapatkah dua gadis yang tak bersalah itu lepas dari jerat amarah Kin?

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!