Saat semua mahasiswi mencari muka di hadapan Revan, si dosen tampan tapi dingin. Ayunda justru sudah kehilangan mukanya. Setiap kali bertemu Revan, Ayunda selalu dalam masalah yang membuatnya malu di hadapan dosennya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Bagai mana keadaan ibu saya dokter?" tanya Ayunda setelah ibunya di pindahkan ke kamar rawat.
"Kami sudah melakukan yang terbaik untuk mengangkat tumornya. Tinggal melihat seberapa kuat tubuhnya berjuang untuk sembuh." jawab dokter jujur.
Keadaan ibu Suri sudah sangat parah dan sudah sangat terlambat untuk melakukan operasi. Meski tim dokter sudah berhasil mengangkat tumornya. Tapi kondisi tubuh ibu Suri masih sangat lemah. Semoga saja Tuhan memberikan kesembuhan kepada ibu Suri.
Saat ini ibunya masih belum sadar. Jadi Ayunda memutuskan untuk keluar dan menemui Pak Revan. Ayunda ingin mengucapkan terima kasih, namun sayangnya Pak Revan sudah tidak ada. Mungkin dosennya itu sudah pulang karena saat ini sudah pukul dua belas malam.
Keesokan harinya Ayunda tidak ke kampus. Dia ingin menjaga ibunya di rumah sakit. Pukul sepuluh pagi ibu Suri baru sadar. Ayunda segera memanggil perawat untuk memeriksa sang ibu.
"Bu.." panggil Ayunda dengan lembut.
Ibu Suri menoleh sambil tersenyum lemah. Dia tidak kuasa untuk bicara karena kondisi tubuhnya yang masih sangat lemah.
"Syukurlah ibu sudah sadar. Aku sangat bahagia. Akhirnya ibu sudah di operasi."
Lagi-lagi ibu Suri tidak membalas ucapan Ayunda. Namun pandangannya yang lembut menandakan dia sangat terharu kepada putrinya yang sudah berusaha keras untuk menyembuhkannya.
"Ibu cepat sembuh ya, biar kita bisa pulang ke rumah sama-sama." kata Ayunda memberikan semangat untuk sang ibu.
Siang berganti sore, sore berganti malam, malam berganti pagi. Namun setelah dua hari pasca operasi keadaan ibu Ayunda tetap sama dan itu membuat Ayunda sangat khawatir.
Hari ini Ayunda memutuskan untuk pergi ke kampus. Dia sudah bolos selama dua hari. Apa lagi hari ini ada jam pelajaran dari Pak Revan. Dosen paling disiplin dan killer.
Satu jam yang menegangkan akhirnya berakhir. Semua mahasiswa menghela napas lega karena hari ini Pak Revan tidak memberikan tugas kepada mereka.
"Ayunda, kamu belum mengumpulkan tugas kemarin. Saya tunggu lima belas menit untuk kamu serahkan ke meja saya." kata Revan yang membuat semua mahasiswa terkejut.
Karena selama ini dosen dingin mereka itu tidak menerima mengantar tugas susulan.
"Pak saya juga belum mengumpulkan." kata Aldi menunjuk tangan.
Gara-gara ingin menemani Ayunda yang di hukum keluar kelas, Aldi juga tidak mengumpulkan tugasnya.
"Berikan pada Ayunda." perintah Revan sebelum meninggalkan kelas itu.
Kemudian Aldi pergi ke meja Ayunda untuk memberikan tugasnya. Aldi yang selalu berdebar saat di hadapan Ayunda pun membuatnya jadi bicara tergagap-gagap.
"A ayu, i ini tugas ku." kata Aldi.
Kemudian Ayunda mengambil tugas itu sambil tersenyum. Setelah itu Ayunda pun langsung pergi untuk mengantarkan tugas itu kepada Pak Revan.
Padahal Ayunda hanya tersenyum biasa, tapi membuat Aldi merasa jantungnya ingin meledak. Aldi memegang dadanya dan terduduk di kursi. Tubuhnya terhuyung melihat senyuman Ayunda yang memabukkan.
"Cieee cieee..." Raya dan teman-temannya bersorak mengejek Aldi dan membuat pria culun itu menjadi malu.
Satu kelas memang sudah tahu jika Aldi menyukai Ayunda. Mungkin hanya Ayunda sendiri yang tidak tahu.
Ayunda mengetuk pintu ruangan dosen sebelum masuk. Di ruangan yang cukup luas itu hanya ada beberapa orang dosen saja. Termasuk Revan yang duduk di belakang sana.
Ayunda pun langsung berjalan menuju ke meja Pak Revan.
"Selamat pagi, pak." sapa Ayunda lebih dulu.
"Ini tugas saya dan Aldi." Ayunda meletakkan tugas itu di atas meja.
Namun bukannya mengambil tugas itu, Revan malah menyodorkan sebuah amplop kepada Ayunda.
"A apa ini pak ?" tanya Ayunda terkejut.
Revan pasti mau melanjutkan pengobatan kakinya apabila Ayunda sudah bersamanya...
ko pindah kota macam mana cerita ma dosennya