NovelToon NovelToon
Real Games

Real Games

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Harem / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zoro Z

John Roki, Seorang siswa SMA yang dingin, Cerdas, dan suka memecahkan misteri menjadi logis (Bisa diterima otak)

Kehidupan SMA nya diawali dengan kode rahasia yang tanpa disadari, membawanya ke misteri yang lebih mengancam. Misteri apa itu? kok bisa makin besar? Selengkapnya dalam cerita berikut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoro Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Game 8. Sisi lain seseorang.

Keesokan harinya, suasana sekolah terlihat biasa seperti hari-hari sebelumnya. Begitu juga dengan Roki, masih menjadi pusat perhatian setiap kali masuk sekolah. Di depan gedung sekolah, Mia sudah menunggu Roki. Saat Roki mendekat, Mia segera menyapa dengan senyuman hangat di wajahnya.

“Roki-kun~ Ohayo~” sapa Mia riang, berjalan mendekati Roki.

Roki, seperti biasa, hanya menatapnya sebentar sebelum menjawab dengan nada datar. “Wibu”

Tidak peduli dengan respon dingin Roki, Mia terus bercanda ringan, mencoba menghidupkan suasana.

Roki, seperti biasa, hanya mengeluarkan suara “Hmm” singkat sebagai tanggapan, namun tetap memasukkan tangannya ke dalam saku dan berjalan dengan wajah datar. Tanggapan itu sebagai formalitas, untuk menghargai semua cerita Mia. Tapi, sedikit respons yang diberikan Roki membuat Mia semakin penasaran.

Dari kejauhan, Hana dan Rose yang juga baru masuk gedung sekolah, melihat Roki dan Mia berjalan berdua di koridor. Biasanya mereka berdua mengabaikan hal itu, tapi entah mengapa hari ini.

"Hai, Mia~ Ngapain kamu pagi-pagi sudah nempel sama Riki?" kata Hana, nada suaranya terdengar setengah bercanda namun menyimpan sedikit kecemburuan.

Mia menatap mereka sambil tersenyum, "Loh? Aku cuma ngobrol kok. Kenapa? Emangnya Roki nggak boleh diajak ngobrol?”

Rose, yang tidak suka dengan situasi itu, mencoba menghentikan percakapan tersebut. "Kenapa harus ngobrol dengan dia? Ada banyak hal lain yang lebih menarik kan?" ucap Rose dengan nada yang agak tajam.

Perdebatan kecil pun terjadi diantara ketiganya, sementara mereka berdebat, Roki hanya melangkah terus, meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun. Walaupun dialah pusat permasalahan, tapi Roki tidak sadar mengenai hal itu.

Di depan pintu salah satu ruang kelas, Gracia Marlina, berdiri sambil menyaksikan kejadian tersebut. Dengan rambut yang diikat dua rendah (pigtails) dan kacamata biasa yang melengkapi penampilannya, menatap Roki dengan ekspresi tajam.

“Dasar playboy,” ucapnya lirih saat Roki melewatinya dan matanya melihat perdebatan.

Roki mendengar ejekan itu, dia sedikit terkejut, dari semua ejekan, ejekan ini lah yang membuat dia berhenti sejenak.

Terserah lah batin Roki, lalu dia melanjutkan langkahnya menuju kelas, tanpa memberikan respon lebih.

Malam pun tiba, penyelidikan ruang musik dilakukan, memasuki hari kedua penyelidikan. Seperti malam sebelumnya, Roki, Hana, Rose dan Marlina. Berkumpul dulu didepan gerbang sekolah. Setelah semua berkumpul, penyelidikan pun dimulai.

Mereka langsung menuju ke ruangan musik, selama selagi perjalanan, Roki tiba-tiba ingin buang ari kecil. Biar para gadis tidak kaget kalo Roki tiba-tiba menghilang, tanpa rasa malu Roki pun, mengasihi tau.

"Aku akan ke toilet sebentar," ucap Roki dengan santai.

“Apa kau yakin ingin pergi sendirian?” tanya Hana, sedikit khawatir.

“Lebih baik sendirian, kau cewek, ingat” Jawab Roki dan bergegas pergi mencari toilet.

Mereka bertiga lanjut jalan menuju ruangan musik dan tanpa menunggu Roki. Marlina, yang tidak biasanya terpengaruh, tiba-tiba melihat bayangan seseorang di lorong seberang. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengejar bayangan itu.

“Ada seseorang!” Teriak Marlina tanpa keterangan lengkap sebelum berlari.

Rose dan Hana kaget dengan respon Marlina secara tiba-tiba. “Marina! Tunggu!” Seru Hana tapi Marlina sudah lumayan jauh.

Marlina berlari secepat mungkin, namun di tengah jalan, kakinya terpeleset membuatnya terjatuh ke lantai cukup keras. Senter yang ia pegang, terlepas dari genggaman dan melayang keluar jendela. Seketika, koridor menjadi gelap gulita, dan tanpa senter, Marlina sekarang dikelilingi oleh kegelapan.

"Uh... tidak...," gumam Misaki pelan, napasnya mulai tidak teratur. Dia merasakan ketakutan yang perlahan menjalar, meskipun dia selalu menganggap dirinya tegas dan berani, tapi sisi lain dari itu, dia sebenarnya takut akan gelap.

Suara gemerisik kecil terdengar dari sudut ruangan, membuat Misaki semakin tegang. Dia mulai menggigil, merasa sendirian di kegelapan. Air mata mulai menggenang di sudut matanya. Perlahan, air matanya mulai menetes dan isak tangis pelan keluar dari bibirnya.

Tidak lama kemudian, Roki yang selesai dari toilet menemukan Marlina yang sedang duduk di lantai, menangis dalam kegelapan. Tanpa berkata sepatah kata pun, Roki mendekat dan menyoroti Marlina dengan senter yang dibawanya.

Marlina menoleh, kaget melihat Roki berdiri di depannya. Wajahnya memerah karena malu dan dia mencoba menghapus air matanya. “A-Aku... aku hanya...” Suaranya bergetar.

Roki tanpa sepatah kata pun, menjulurkan tangannya ke Marina. Marlina pun menerimanya dan mulai berdiri. Sepanjang perjalanan menuju ruangan musik, Marlina malu berjalan disampingnya Roki.

Disisi lain, Roki seperti yang kita kenal, merasa biasa saja, matanya hanya melihat ke depan, fokus setiap sudut ruangan. Yap, Roki hanya menikmati untuk memecahkan teka-teki.

Sesampainya diruang musik, Rose dan Hana sudah menunggu mereka berdua. Rose sempat khawatir saat Marlina tiba-tiba berlari, begitu juga dengan Hana.

Setelah diperhatikan sedikit teliti, Marlina tidak membawa senternya, Rose pun bertanya “Dimana senter mu?”

“Eh, itu eh... ” Marlina bingung harus menjawab apa. Disisi lain dia merasa was-was kalo dijawab oleh Roki dan membocorkan sisi lemahnya.

“Dia terpeleset di koridor dan senternya terbuang lewat jendela” Ucap Roki secara sontak.

Ah, sudah batin Marlina dengan senyum dan mata yang sudah pasrah.

“Eh! beneran?” Reaksi Hana sambil menatap Marina.

“Y-ya, begitu lah” Jawab Marlina yang sudah pasrah.

“Saat ku temukan, dia hanya duduk menunggu, setelah itu kami langsung kesini” lanjut Roki.

Wajah Marlina langsung berubah drastis sambil melirik Roki keheranan. Roki jujur mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia tidak mengatakan Mengenai Marlina yang mengais.

Setelah beberapa jam penyelidikan, seperti hari sebelumnya, mereka berempat tidak mendapatkan sedikit pun petunjuk untuk penyelesaian teka-teki ini.

Keesokan harinya, Marlina memperhatikan Roki yang baru masuk sekolah dari ruang kelasnya. Dia masih merasa was-was kalo Sisi lemahnya tersebar, karena dia teringat, pernah mengejek Roki.

Seharusnya Marlina tidak perlu se was-was seperti itu, karena ini Roki. Orang yang sangat cuek tidak peduli dengan orang lain. Padahal semalam sudah ditujukan oleh Roki, orang terdekat Roki saja tidak dikasih tau sisi lemah Marina.

Tanpa Marlina sadari, kalo memperhatikan seseorang terlalu sering, bisa-bisa akan timbul.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!