Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Neng Carmen si Bidadari Tukang Jajan
Carmen
Sebenarnya aku kecewa saat membaca pesan yang Mas Zaky kirimkan padaku. Hanya sebuah pesan, bukan telepon yang mengabarkan kalau Mas Zaky akan pergi ke luar kota untuk bekerja. Timbul sedikit rasa kecewa dalam diriku. Apa susahnya sih memberitahu aku kalau dia mau keluar kota? Kenapa harus lewat pesan singkat, itu pun dibalas beberapa jam setelahnya.
Aku pulang ke rumah dengan malas. Rumah terlihat berantakan karena belum sempat aku bersihkan. Aku begitu sibuk mengerjakan beberapa laporan sampai bergadang di tengah malam, karena itu aku suka kesiangan bangun di pagi hari. Aku sudah terlalu lelah bekerja dan malas membersihkan rumah. Rencananya, aku akan meminta Mommy untuk mencarikan aku asisten rumah tangga. Setidaknya rumah akan tetap rapi saat aku pulang nanti.
Memiliki usaha salon yang bukan merupakan keahlianku membuat aku harus lebih banyak belajar. Aku mengikuti beberapa pelatihan. Aku juga harus mengetahui perkembangan trend mode saat ini. Belum lagi aku harus mengembangkan salonku agar bisa lebih sukses lagi.
Aku tidak mengatakannya pada Mas Zaky. Aku bekerja karena ingin mengisi waktu luang, bukan semata karena uang. Aku tak mau kalau aku menceritakan pekerjaanku, Mas Zaky akan menyuruhku untuk berhenti bekerja karena itu aku diam saja dan menjalani pekerjaanku seorang diri tanpa Mas Zaky tahu.
Aku menelepon Mommy dan memintanya mencarikanku asisten rumah tangga. Aku tak perlu yang menginap, cukup yang pulang pergi saja untuk membereskan rumah. Mommy mengiyakan permintaanku.
Rumah besar ini sangat kosong dan dingin. Tak ada kehangatan seperti saat aku tinggal di rumah Abi. Sepi sekali. Aku tidak penakut seperti Abang Wira. Tak masalah tinggal sendirian meski aku merasa kesepian.
Ternyata Mas Zaky memperpanjang pekerjaannya di luar kota. Aku makin kesepian dan merasa rumah tanggaku kok tidak seperti pasangan pengantin baru lainnya. Dulu saja Abang dan Kak dewi begitu mesra meski menyembunyikan pernikahannya, sedangkan aku?
****
Aku sedang termenung sambil memakan kue cubit setengah matang yang kumakan tanpa semangat. Salon sedang sepi. Aku memutuskan untuk jajan di depan ruko sambil duduk santai di atas kursi.
"Dorr!" aku tiba-tiba dikagetkan oleh suara seseorang yang menepuk bahuku.
"Rese ih! Aku kaget tau!" omelku seraya melempar sebuah kue cubit yang ditangkap tepat sasaran oleh Bahri, adiknya Kak Dewi.
"Melamun aja sih kerjaannya!" Bahri mengambil kue cubit milikku dan memakannya tanpa permisi.
"Tumben ke sini. Enggak bantuin Ibu kamu di laundry?" tanyaku.
"Enggak. Bosen. Enakkan di sini. Ada cafe dan salon. Lebih rame. Kamu kenapa melamun aja? Pengantin baru kok melamun? Pamali tau!"
"Pamali kenapa? Mulai deh aneh-aneh!"
"Enggak boleh melamun, di depan ruko kayak gini lagi. Kalau ada orang jahat gimana?" Bahri memberhentikan tukang kopi starling (starbuck keliling) yang memakai sepeda lalu memesan kopi.
"Minta aja ke cafe kalau mau minum kopi." kataku
"Enggak usah. Ini aja. Nanti kamu bangkrut kalo aku mintain terus." Bahri membayar kopi pesanannya lalu kembali duduk di sebelahku.
"Ada masalah? Tumben enggak ceria dan pecicilan kayak biasanya? Atau... Lagi hamil? Eh tapi nikahnya belum lama ya jadi belum hamil." pertanyaan Bahri yang membuatku tambah sedih. Bagaimana mau hamil, kami saja pisah kamar.
Aku tak menjawab pertanyaan Bahri dan memilih diam. Bahri makin penasaran denganku. "Benar ada masalah deh kayaknya. Cerita dong ada apa? Kayak enggak percaya aja deh sama aku! Rahasia kamu tuh aman sama aku!"
Benar sih yang Bahri katakan. Dia memang bisa memegang rahasia. Kami sudah semakin dekat semenjak aku berbisnis bersama Kak Dewi dan Abang Wira. Dia layak aku percaya.
****
Bahri
Carmen itu adalah bidadari dalam wujud manusia di mataku. Meski terkadang manja namun hatinya sangat baik. Pernah aku melihatnya ikut menangis saat melihat pengemis dan tak segan memberi banyak uang pada pengemis tersebut.
Carmen tuh idola bagi para tukang jajanan makanan SD yang lewat depan ruko. Kalau Carmen sudah jajan, maka tukang jajanan tersebut akan dikasih uang lebih. Semua memanggilnya Neng Carmen si Bidadari Tukang Jajan.
Aneh memang melihat anak orang kaya yang hobby makanan SD. Biasanya mereka menjaga ke-hegienis-an makanan, tidak seperti Carmen yang cuek saja jajan makanan yang ia suka.
Hari ini melihat Bidadari Carmen terlihat sedih membuatku bertanya-tanya, apa yang sudah terjadi? Masalah apa yang menimpanya sampai sesedih itu?
Carmen lalu berhasil aku bujuk untuk cerita apa yang terjadi. "Kenapa ya rumah tanggaku enggak seperti Abi dan Mommy yang selalu terlihat harmonis dan penuh cinta? Apa mungkin karena cintaku lebih besar dari cinta Mas Zaky? Tidak seperti Abi yang sangat mencintai Mommy dan ingin selalu membahagiakan Mommy."
"Mommy dan Abi kamu pasti butuh proses untuk sampai di tahap itu. Kamu juga. Boleh aku tau tidak harmonisnya itu seperti apa?!"
"Aku merasa Mas Zaky lebih mengutamakan pekerjaan dibanding aku. Mas Zaky terlalu sibuk bekerja daripada menghabiskan waktunya denganku. Kami memang menikah namun kami tak ubahnya bak orang asing yang hidup dalam satu rumah. Aku... Merasa kesepian." Carmen menunduk menyembuyikan kesedihannya.
"Kamu sudah mencoba mengambil hati suami kamu belum? Biasanya nih, lelaki itu suka diperhatikan dengan istrinya. Kalau aku punya istri, aku pasti senang kalau istriku menyiapkan makan untukku, menyiapkan pakaian untuk aku kerja dan menjadi teman yang asyik diajak ngobrol. Apakah kamu sudah melakukan hal itu?!"
Carmen mengangkat wajahnya dan menggelengkan kepalanya. "Aku enggak bisa masak."
"Hah? Kamu tuh anak pemilik cafe yang masakannya terkenal enak tapi kamu enggak bisa masak? Enggak salah?!" aku tak percaya mendengarnya.
"Aku tak pernah belajar dari Mommy. Semua bisa Mommy kerjakan sendiri."
Aku sampai geleng-geleng kepala mendengarnya. "Yaudah, kamu belajar deh mulai sekarang! Jadi istri yang aku idamkan eh maksudnya jadi istri idaman suami kamu. Belajar masak, beresin rumah, siapin perlengkapan suami kamu. Dijamin deh nanti suami kamu akan betah di rumah bersama bidadari surga...nya." hampir saja aku keceplosan.
"Begitu ya? Benar juga sih apa yang kamu katakan. Yaudah deh aku langsung belajar sekarang! Aku mau ke rumah Mommy dan belajar sama Mommy! Makasih ya atas sarannya. Kamu memang sahabat baik aku!" Carmen terlihat kembali bersemangat. Ia masuk ke dalam untuk mengambil tas lalu pergi dengan mengendarai mobil miliknya.
Semoga saran yang aku berikan untuknya bisa berguna. Aku memang menyukai Carmen namun aku tak mau dirinya sedih. Aku lebih ingin melihatnya bahagia.
Sedih sekali nasib si cinta sepihak macam aku. Tak apalah. Selama bidadariku bahagia, aku akan lebih bahagia. Namun jika bidadariku disakiti, akan aku bawa pergi dan kubahagiakan sepanjang hidupnya.
****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣