Pangeran Duyung

Awal kehancuran Jesslyn baru saja dimulai.

Sekitar setengah jam kemudian, Jesslyn yang belum tahu apa-apa mulai memisahkan kelopak matanya perlahan. Saat matanya terbuka sepenuhnya, gadis itu langsung terperanjat.

Di sampingnya sudah ada Rumi yang menunggunya selagi Andri mengurus pembayaran di ruang administrasi.

"Eugh!" Jesslyn memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Pun sama halnya, tubuh gadis itu juga terasa lemas seperti hilang semua tulang-tulangnya.

"Kau sudah sadar, Jess?" Rumi menatap cemas sambil menggenggam jari-jemari Jesslyn, erat.

Jesslyn mengerang seperti orang kesakitan. Mata gadis itu berusaha mengindahi sekeliling rumah sakit dengan wajah bingung sebingung-bingungnya. Melihat interior mewah di ruangan tersebut, jelas ia bukan sedang berada di kamar kos-kosan bobrok yang selama ini ditinggali oleh gadis itu.

"Eump, aku di mana Rum?" Suaranya berat dan serak.

"Di rumah sakit!" kata Rumi lirih.

"Kenapa aku dibawa ke sini, Rum! Kau 'kan tahu aku tidak punya uang!" Jesslyn memaksakan tubuhnya untuk bangun. Saat gadis itu hendak mencopot selang infus pada punggung tangannya, Rumi langsung sigap mencegah aksi anak itu.

"Jangan dilepas, Jess! Keadaanmu masih lemah sekali. Paling tidak kau harus dirawat satu atau dua malam di sini."

"Dua malam?" Mendengar itu Jesslyn terlonjak. "Yang benar saja kamu Rumi! Aku mana mampu membayar biaya perawatan di rumah sakit ini. Kamu juga ... kenapa kamu membawa aku ke ruangan semewah ini?" geram gadis itu. Rumi seketika terdiam saat mengetahu Andri sudah masuk dan berdiri di belakang punggung Jesslyn. Jesslyn sendiri sedang duduk dengan wajah fokus yang menghadap ke arah Rumi sepenuhnya.

"Yang membawamu ke sini aku, Jess!" seru Andri tiba-tiba. "Emang kenapa? Takut gak bisa bayar?"

Sontak Jesslyn menoleh ke belakang. Lalu melengos angkuh dan menatap kepada Rumi kembali.

"kenapa kamu setuju membawaku ke sini, oncom? Kamu 'kan tahu, orang miskin sepertiku tidak cocok dirawat di rumah sakit semewah ini! Cukup minum panadol nanti juga sembuh sendri," maki Jesslyn kepada Rumi.

"Aku juga tidak tahu kalau kamu pingsan, Jess. Tahu-tahu Andri menghubungiku dan menyuruhku ikut mengantarmu ke rumah sakit."

Andri yang mendengar itu menyela. "Sudahlah Jess, tidak usah memikirkan biaya rumah sakit ini. Itu tidak penting sama sekali di mataku." Suara pria itu terdengar dingin.

"Aku mau pulang, aku tidak mau berhutang budi kepadamu!" ketus Jesslyn.

"Keadaanmu masih lemah. Lagi pula tagihan pemeriksaanmu sudah mencapai angka dua belas juta, memangnya kau sanggup bayar?"

"Dua belas juta?" Jesslyn mengatupkan mulutnya seketika. Andri memang sengaja memilihkan kamar dan pengobatan paling mahal agar Jesslyn merasa memiliki hutang budi kepadanya.

"Iya, dua belas juta! Tapi aku tidak akan menagih hutang biaya rumah sakit ini asal kau mau jujur kepadaku, siapa pria yang menghamilimu?"

"Hah?" Sontak Jesslyn membulatkan matanya lebar-lebar.

"Kau dinyatakan hamil tiga bulan, Jess!" tegas Andri murka. "Itu artinya sebelum kita putus kau sudah berhubungan dengan pria lain karena kita baru putus dua bulan lebih," jelas Andri.

Jesslyn langsung tertawa ngakak. "Kau gila ya, Ndri? Saking tidak mampunya kau mencari kejelekanku, bahkan kau sampai memfitnahku hamil! Tolong jangan samakan aku dengan dirimu. Aku yakin pacaran tiga tahun lebih dari cukup untukmu mengenal karakterku seperti apa."

Puk!

Andri yang tak dapat menahan amarahnya langsung melempar foto hasil USG Jesslyn dan seketika ditangkap oleh gadis itu.

"Aku tidak bohong. Itu hasil USG-mu. Kau bisa tanya Rumi kalau tidak percaya!"

Jesslyn masih tergelak. Ia pandangi foto itu dengan wajah heran dan penuh nada ejekan.

"Dasar orang kaya! Memangnya aku tidak tahu kalau kau memanipulasi foto ini? Ini pasti hasil editan, 'kan?"

"Kau boleh periksa sendiri di rumah sakit manapun kalau tidak percaya, Jess! Kita buktikan siapa yang bohong!" Wajah Andri serius saat mengatakan itu semua. Sama sekali tidak ada aura kebohongan pada mukanya.

Karena tak tega melihat rasa percaya Jesslyn yang amat tinggi, akhirnya Rumi memberanikan diri untuk menyela.

"Andri benar Jess, dokter menyatakan kalau kau hamil tiga bulan," lirih gadis itu takut-takut.

Jesslyn langsung menoleh ke arah Rumi. Raut wajah gadis itu seketika memucat. "Tolong jangan nge-prank orang sembarangan ya, Rum! Ini nggak lucu!" bentak Jesslyn saat itu juga.

***

Komen dan like yang banyak dunkkd