Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 7 - Perjanjian
Sebenarnya Tia tidak ingin mengakui. Tapi dibandingkan bila
harus bersama Anton, Tia lebih memilih bersama Rizal. Anton merupakan pria
pemaksa. Bila ada keinginannya yang tidak dapat dipenuhi anak buahnya, maka dia
akan melimpahkan kekesalannya ke anak buahnya tersebut. Tia sudah berulang kali
mendapatkan perlakuan seperti itu. Dan dia sudah mulai kebal. Sedangkan Rizal
sepintas terlihat seperti laki-laki yang sabar. Itu terlihat dari beberapa hari
mereka menikah, Rizal tidak pernah sekalipun memaksakan kehendaknya untuk
menyentuhnya. Disitu dia merasa sedikit aman.
“Dek… udah selesai kerjaannya?” Rizal memarkir motornya dan
menghampiri Tia dengan senyum merekah dibibirnya.
“Aku gak akan pulang kalo kerjaanku belum selesai!” jawab
Tia pura-pura ketus. Bagaimana pun dia masih belum bisa manerima Rizal sebagai
suami sepenuhnya.
“Hehe… Iya juga ya… maklum dek, pekerjaan mas kayak gini.
Sama sekali gak tahu pekerjaan orang-orang kantoran.” Rizal menggaruk-garuk
kepalanya. Tia sedikit merasa kasian.
“Ayo pulang.”
“Lho, gak pengen makan dek? Udah makan malam belum dek?”
Tia terdiam, dan Rizal bisa menebaknya.
“Pengen makan dimana dek? Mas makan dimana aja terserah,
asal adek senang.” Rizal cengar-cengir. Kesal juga Tia lama-lama melihat
laki-laki itu senyum-senyum kayak orang gila.
“Yaudah jalan aja, nanti kalau ada makanan yang aku suka
tinggal berhenti aja.”
“Siaaaaap bu bossss…”
Rizal memacu motornya pelan-pelan. Dia takut akan melewati
makanan yang ingin dimakan Tia. Akhirnya mereka berhenti di nasi goring super
pedas. Meskipun tidak begitu suka makanan pedas, namun Rizal berusaha
memakannya demi menyenangkan istrinya.
Mereka sampai dirumah sebelum jam delapan malam. Tia
bersiap-siap untuk mandi. Dalam hati dia sedikit mengeluh karena tidak ada air
hangat seperti di rumah nenek. Namun mau tidak mau dia harus mandi. Selesai
mandi dia duduk di ruang tamu dimana Rizal berada disana. Sepertinya Rizal
sedikit gugup melihat Tia yang sudah selesai mandi duduk didepannya.
“Sepertinya Kita harus membahas beberapa hal.” Tia menyerahkan
beberapa lembar kertas pada Rizal.
“Apa ini dek??”
“Di baca dulu. Sepertinya akan lebih nyaman bagi Kita bila
harus diperjelas dulu.”
Rizal membaca kata-demi kata. Dari raut wajahnya terpancar
rasa sakit hati, namun dia berusaha menahannya. Isi kertas itu adalah :