Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 7
Pada akhirnya Rosa jelas tidak tega melihat Jeny yang berusaha untuk melek dengan sekuat tenaga, dan dengan sedikit paksaan Rosa menyuruhnya untuk segera pulang.
Alhasil Rosa meminta ke Radit perpanjangan waktu hingga jam sembilan malam untuk menyelesaikan, untung ada kompensasi yang di setujui, kalau tidak, entahlah, mungkin Rosa sudah di kasih SP 1.
Jari tangannya bekerja cukup ekstra, "Alhamdulillah, ini yang terakhir!' serunya dalam ruangan kerja yang hanya ada dirinya saja, ya walaupun mungkin ada mahluk astral lainnya yang tidak terima tempatnya di buat gaduh oleh Rosa.
Setelah semua dikirim kan, Rosa segera berkemas, memasukkan Tumbler, kotak nasi dan bungkus cemilan yang masih tak karuan, cukup lima menit saja, semua sudah tertata rapi.
Sebuah pesan di terima, ucapan terimakasih dari duo R yang merasa puas akan hasil kerjanya, Rosa tersenyum dan segera melenggang pergi keluar dari ruangan.
Jam tangan yang gak terlalu mahal itu dilihat sejenak,"Hem, sudah hampir jam sepuluh malam" gumamnya pelan, sambil menunggu di depan lift yang lama tidak juga terbuka, butuh dua lantai lagi dirinya harus turun dan segera pergi meninggalkan kepenatan kerja.
Ting!
Akhirnya, batin Rosa, namun saat pintu lift benar-benar terbuka, dirinya terkejut ada tiga orang yang berdiri tegak di dalamnya.
"Tu Tuan Demitri" Segera Rosa menghentikan langkahnya, hanya menyapa sambil sedikit menundukkan kepala.
Tak ada sahutan, hanya tatapan mata saja, bisu ini orang kali ya, batin Rosa yang jelas tak jadi masuk ke sana, mungkin tangga sekarang yang jadi pilihannya.
"Masuk Ros" lebih pada bertanya atau perintah kurang jelas baginya, dan Rosa segera menggeleng cepat.
"Terimakasih Pak Romi, sepertinya ada yang ketinggalan" ucapnya, dan segera berbalik pergi, menghindari Zona merah yanga ada di depan matanya, apa-apaan harus ikut masuk dalam satu Lift yang lebih mirip suasana kuburan, ih ngeri!
Rosa mengelus dadanya sendiri, menempelkan punggungnya ke tembok dan memastikan pintu lift itu segera menutup kembali, dan setelah hal itu terjadi, dirinya berlari menuruni tangga.
Terpaksa Rosa celingukan lebih mirip maling takut ketangkap, dan Satpam yang bertugas malam menghampiri nya, mungkin khawatir Rosa hilang ingatan gak tau jalan pulang saking banyaknya pekerjaan.
"Nona Rosa baru pulang?" tanya nya.
"Hem" jawab Rosa masih menoleh kiri dan kanan.
"Ada apa Non?" Tanya nya.
Rosa segera mendekat, membuat pak satpam lebih waspada.
"Big Bos dan antek-anteknya udah keluar dari sini pak?"" tanya nya pelan sekali.
Pak Satpam terkekeh geli, ternyata bukan hanya dirinya yang merasa horor saat ada Tuan Demitri, sekelas pegawai tetap yang lagi dapat promosi juga mengalami.
"Sudah Non, jangan khawatir, barusan mobilnya dah keluar tu"
Seketika Rosa bisa bernafas dengan lega, senyum nya lepas keluar begitu saja, lalu melangkah ke parkiran sepeda motor yang gak jauh dari sana,
"Makasih pak!" teriaknya sebelum berbelok keluar dari area parkir perusahaan.
Perjalan di tempuh kurang dari lima belas menit, lancar sekali jalur sepeda, no macet los sampai tujuan, dan Rosa segera memarkir sepeda di halaman depan.
"Eh, kok lampu ruang tamu masih nyala" Batin Rosa yang mengerutkan alisnya, sepertinya ada tamu karena terdengar orang berbincang.
"Assalamualaikum!" Rosa mengucap salam sebelum pintu terbuka.
"Waalaikumsalam" terdengar suara neneknya yang terasa sejuk setiap kali Rosa mendengar nya.
"Ada tamu?" ucap Rosa.
"Bulek mu" ucap Nek Rumi dengan tatapan yang sedikit berubah.
Rosa masuk dan bersalaman dengan takzim, rupanya Bulek Nia dan suaminya Pak lek Dayat ada di sana.
"Duduk dulu Ros, bulek mau ngomong, karena ini sudah malam, langsung saja, dari tadi sudah nunggu kamu"
"Biar Rosa ganti baju dulu" sang nenek menimpali.
"Nggak usah Nek, silahkan bulek" ucap Rosa, tau benar jika bulek nya satu ini susah sekali untuk sekedar mengalah dengan siapa pun.
"Kamu sudah besar dan sudah kerja, Rumah dan tanah ini adalah warisan keluarga, dulu almarhum mbak Dewi sudah di sekolahkan tinggi sama ibu, nenekmu ini, sedangkan bulek mu ini hanya sebatas SMA saja, jadi tidak adil apa yang di berikan padaku, sekarang bulek minta bagian yang jelas, bukan begitu Bu?"
Nek Rumi menatap Rosa sambil menggenggam tangannya.
"Terus maksud bulek bagaimana?" tanya Rosa.
"Rumah ini, Aku minta"
"Maksud Bulek apa?, nenek masih ada dan harus tinggal dimana?, bulek gak mikir apa" jelas Rosa langsung naik emosinya, kadang tidak habis pikir apa iya wanita yang di depannya ini adik kandung almarhum ibunya, sifatnya jauh berbeda.
"Bulek juga sedang kesusahan Rosa, saatnya minta keadilan dari nenekmu juga, ada jalan lain kalau kamu tidak mau bulek meminta jatah warisan, kamu harus_"
"Cukup Nia, jangan di terus kan!" potong nek Rumi.
"Apa sih Bu, ini jalan keluar terbaik, dan aku juga tidak akan minta warisan lagi, tinggal Rosa ngomong iya saja kok repot"
Rosa masih belum bisa mencerna, apa maksudnya, ngomong iya soal apa sih?
"Memangnya soal apa nek?" tanya Rosa.
"Juragan Tanah, pak Sodik ingin melamar mu untuk anaknya yang baru saja lulus kuliah dari luar negeri, dan jika kamu terima, hutang bulek dianggap lunas, bahkan dapat kembalian, hidup kamu makmur, banyak uang dan gak perlu kerja sampai larut malam, enak to?"
Blar!
"Bulek jual Rosa, gitu!"
"Bukan jual, jodohkan kamu biar dapat yang bener, enak nanti hidup mu"
"Jodohkan buat lunasi hutang bulek?, apa itu namanya kalau bukan jual Rosa!, lagian bulek yang punya hutang, kenapa gak anak bulek saja yang di jual ke mereka, kenapa harus aku?!"
"Ros_"
"Biar Nek, selama ini Rosa diem terus ya"
"Heh, yang perawan tua itu kamu, masih untung bulek mu ini mau mencarikan mu jodoh orang kaya dan berduit, malah nuduh yang bukan-bukan, kalau saja mereka milih anak bulek, jelas sudah aku ambil sendiri kesempatan itu, sayangnya mereka buta dan milih kamu!"
Terjadi pertengkaran malam itu, Rafael sampai harus keluar kamar dan memeluk Rosa untuk menenangkannya. Dan akhirnya Nek Rumi berhasil membuat anaknya kembali pulang.
Rosa sudah berada di dalam kamarnya, memeluk foto almarhum orang tuanya, cobaan apalagi yang harus dia terima, rasanya Rosa sangat lelah jiwa, hingga akhirnya tertidur dengan sisa air mata di pipinya.
Rafael yang melihat pintu tidak di kunci segera masuk, duduk dipinggir tempat tidur dan mengambil bingkai foto dari pelukan Rosa, mengangkat tubuh kakaknya yang nampak lelah untuk menyamankan posisi tidurnya, selimut pun di berikan untuk menghangatkan tubuh Rosa yang dingin.
Ada pelukan di berikan, sebelum Rafael kembali keluar dengan sangat pelan agar tidak membangun kan.
Tolong komen dong pemirsa, please??!, sekalian jangan lupa Vote di hari Senin ya.
Bersambung.
🤦🤦🤦