NovelToon NovelToon
Cinta Luka Derita

Cinta Luka Derita

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Obsesi / Cerai / Cinta Terlarang
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mahlina

Bukan menantu pilihan, bukan pula istri kesayangan. Tapi apa adil untuk ku yang dinikahi bukan untuk di cintai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Brugh.

Hasan membanting pintu kamarnya dengan cukup kencang.

“Punya orang tua 1, bawelnya kaya kaleng rombeng. Berisik banget, bikin kepala mau pecah.” gerutu Hasan, sembari membuka jaket yang ia kenakan, lalu melemparnya ke sembarang arah.

Hasan menjatuhkan tubuhnya terlentang di atas tempat tidurnya, “Wati, sini masuk! Buka sepatu gue nih… sekalian buatin gue kopi item.” teriak Hasan dengan lantang.

Hasan menghembuskan nafasnya kasar, kedua matanya menatap langit langit kamarnya, lambat laun membuat kedua matanya seakan berat untuk tetap terjaga, hingga akhirnya ia terbuai dan terlelap.

Di bawah alam mimpinya, Hasan bermimpi tengah berjuang keras untuk mencari pekerjaan. Keluar masuk beberapa gedung tinggi, di bawah teriknya matahari. Namun hanya penolakan demi penolakan yang ia terima, belum lagi umpatan kasar yang ditujukan untuknya.

“Uuggghhhh kenapa tidak ada satu pun perusahaan yang mau menerima ku! Sekalinya ada, aku harus menjadi babu di tempat kerja barunya Wati, enak saja… besar kepala wanita sialan itu. Ini semua gara gara kamu, Wati.” Hasan menggaruk kepalanya frustasi, duduk di kursi kayu yang ada di taman kota, saat mengingat bagaimana sulitnya mencari pekerjaan.

Saat Hasan memasuki gedung pertama.

“Maaf pak, di perusahaan kami sedang tidak membutuhkan karyawan baru.” seru Jaya, usai membaca identitas diri Hasan dari berkas lamarannya.

“Tapi pak, saya baca di situs online, perusahaan bapak sedang membuka lowongan untuk posisi manajer… kebetulan saya sangat berminat pak, saya yakin jika bapak mempekerjakan saya, perusahaan bapak akan maju pesat.” seru Hasan dengan tatapan meyakinkan.

“Maju pesat dalam korupsi? Yang ada sejumlah uang perusahaan bukannya masuk ke rekening perusahaan, melainkan ke rekening pribadi mu, pak!” tanya Jaya sinis.

Hasan menyangkal dengan gelengan kepala, “Bu- bukan ma- maju pesat dalam korupsi pak, tapi maju pesat dalam segi penjualan.”

“Ooh saya kira dalam segi korupsi. Gak deh makasih… perusahaan ini tidak tertarik untuk mempekerjakan pak Hasan. Silahkan bapak cari pekerjaan di tempat lain.” Jaya terkekeh dengan nada suara yang gak enak di dengar.

Hasan yang gak bisa lagi menahan kesal, akhirnya beranjak dengan kedua tangan menggebrak meja.

Brak.

“Sombong sekali, pak Jaya ini! Cuma baru dapat jabatan HRD aja belagu! Saya juga terpaksa masuk dan melamar pekerjaan di tempat ini, perusahaan kecil aja sok sokan buka lowongan di media online. Dasar penipu!”

Saat Hasan memasuki gedung ke 2.

“Maaf pak, coba cari lowongan pekerjaan di kantor lain saja, kebetulan bagian kantor belum membutuhkan karyawan baru.” seru Melani dengan ramah, wanita muda yang menjabat sebagai HRD.

“Maaf, bu! Apa gak sebaiknya ibu coba diperiksa ulang … barang kali masih ada posisi yang kosong untuk saya.” Hasan dengan nada memaksa.

“Maaf, pak! Jika ada posisi yang kosong… saya lah orang pertama yang tahu. Tapi untuk saat ini memang kantor ini belum membutuhkan karyawan baru.”

Grap.

Dengan gak tau malunya, Hasan menggenggam jemari Melani yang ada di atas meja.

Hasan berseringai, “Saya akan berikan 25% gaji pertama saya untuk ibu, tolong terima saya bekerja di sini.”

Wajah Melani merah padam, dengan tatapan mengarah pada jemarinya yang di genggam Hasan.

“Lancang ya anda, bisa bisanya bersikap tidak sopan terhadap saya!” Melani menaikkan nada suaranya.

Hasan diseret ke luar secara paksa oleh 2 orang satpam.

Di saat Hasan memasuki gedung ke 3.

Kepala HRD tanpa basa basi, langsung bersikap sinis dan menolak kehadiran Hasan.

“Maaf, pak! Perusahaan ini bersih, tidak menerima seorang pun tikus yang berwujud manusia seperti anda.” seru Bayu dengan tegas

Hasan mengepakkan tangannya kesal, “Cisss sombong sekali anda, saya yakin… anda juga salah satu pemain di kantor ini.”

“Maaf, pak! Saya mengerjakan pekerjaan saya ini dengan ikhlas dan tawakal. Tidak seperti anda yang kotor, tidak puas dengan hasil yang anda peroleh.”

Di saat Hasan memasuki gedung ke 4.

“Nilai anda cukup tinggi juga ya, apa lagi anda pernah bekerja di salah satu perusahaan besar. Kalo untuk posisi yang anda inginkan, saat ini belum ada.” ujar Serli.

“Apa gak ada posisi yang kosong untuk saat ini, bu?” tanya Hasan. Gila… gue udah di puji gak taunya ngecewain.

“Ada sih, gajinya lumayan tinggi. Tapi saya ragu… apa anda akan menerima posisi itu.” terang Serli.

“Saya pasti mau kok, bu… asal bukan jadi tukang bersih bersih.”

Serli menatap Hasan penuh selidik, “Yakin mau?”

“Saya pasti akan bekerja dengan giat.” Hasan antusias.

“Baik lah kalo begitu, anda bisa mulai langsung bekerja hari ini.”

Serli beranjak dari duduknya, dan berjalan ke arah lemari yang ada di belakang kursinya.

“Saya benar bisa langsung kerja hari ini, bu? Anda serius kan, bu?” tanya Hasan gak percaya.

“Iya serius, kamu ganti dulu seragam mu. Nanti akan ada yang menjemput mu.” Serli menyerahkan seragam pada Hasan.

Begitu melihat seragam yang hendak Hasan kenakan, “I- ini bukannya ini seragam…”

“Itu seragam supir, kamu akan bekerja mengantar jemput istri dari CEO Sadiki, dengan kata lain kamu adalah sopir pribadinya.” jelas Serli ramah.

Hasan membola gak percaya, “Apa? Hanya seorang supir?” tapi gak masalah deh, kalau perusahaan ini berani gaji supir gede. Mayan lah bisa buat mabuk mabukan dan judi lagi.

Ceklek.

Pintu ruangan HRD dibuka dari luar, yang disusul seruan seorang pria dengan suara dingin.

“Apa kamu sudah mendapatkan orangnya, Serli?”

“Tuan Sadiki, i- iya Tuan… saya sudah mendapatkannya. Ini orangnya.” Serli menunjuk pria yang ada di hadapannya.

Serli melirik Hasan, memintanya untuk berdiri, “Bangun! Di belakang ada Tuan.” titah Serli setengah berbisik, seolah meminta Hasan untuk beranjak dan menoleh ke belakang.

Hasan berbalik badan, “Iya Tuan, saya yang akan menjadi supir dari istri Tuan.” beo Hasan dengan kepala menunduk.

“Cepat antar istri ku belanja!” titah Sadiki datar.

“Baik, Tuan.” beo Hasan dengan wajah ceria, namun seketika senyumnya lenyap, setelah melihat siapa yang ada di hadapannya.

“Wati?!” seru Hasan dengan tanda tanya besar di kepalanya. Dengan mata membola, mulut menganga. Ia melihat Wati tampak berbeda.

‘Jadi istri CEO itu adalah Wati? Bagaimana bisa? Kalo pun Wati menikah, itu pasti bandot tua dengan perut buncit, tapi ini… pria itu bahkan jauh lebih tampan dan kaya dari ku.’ Hasan tampak gak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Kenapa masih berdiri di situ bang Hasan, cepat ke sini, bawa tas ku.” Wati mengulurkan tangan kanannya yang tengah menenteng tas kecilnya yang berharga ratusan juta.

“Kau mengenalnya, sayang?” tanya Sadiki dengan penuh kelembutan, berbeda sekali saat berbicara dengan Serli. Tangan Sadiki merangkul mesra di pinggang Wati.

Wati menyandarkan kepalanya pada lengan Sadiki, lalu berkata dengan manja.

“Dia mantan suami ku, sayang.”

Hasan mengepalkan tangannya kesal, ‘Sialan, kenapa sekarang Wati yang jadi bos ku?’

Sadiki mengerdikkan dagunya pada Hasan, “Heh kamu, mantan suami dari istri ku. Masih ingin bekerja atau ku pecat kau di hari pertama mu bekerja!”

Bugh.

Hasan melemparkan ke lantai, seragam yang ada di tangannya, “Saya tidak butuh pekerjaan dari wanita yang sudah menghianati suaminya.” kilah Hasan, menatap Wati penuh dendam.

“Hei kamu! Jaga bicara mu, jangan lupa… kau sendiri yang menyerahkan istri mu dulu pada ku!” Sadiki angkat suara dengan nada tinggi.

“Aku tidak menyerahkan Wati pada mu, aku bahkan tidak pernah menceraikannya.” kilah Hasan. Aku menyerahkan Wati pada bandot tua!

Sadiki berjalan menghampiri Hasan dengan menggandeng Wati, “Apa kau ingat, pernah melempar istri mu ke ranjang pria lain? Rasanya mustahil jika kau sudah membayar kerugian pada pihak Nigh Club!”

“Kau lupa, mas! Ida yang sudah membantu mu menceraikan ku?!” Wati angkat suara.

“I- itu tidak benar. I- itu hanya salah paham, a- aku dan Ida tidak ada hubungan Wati! Aku berani bersumpah!” dusta Hasan, ia bahkan mengacungkan tangan kanannya ke atas, memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

Bugh.

“Aduuuhhh.”

Bersambung...

1
lina
dasar laki gila
lina
bisanya ngancem
lina
udah pecat bae
lina
dasar netizen julid
lina
u yg bodoh lex
lina
dasar bucin
lina
jamagn d puji
lina
biar u kenyang
partini
good story
partini
good story
lina: mksh tini👍
total 1 replies
lina
kan lg bucin jd g tau malu 🤣
lina
masih bae ngamuk
lina
udah apa d seret bae itu
lina
malu bgt itu g d akuin
lina
definisi cewe g tau malu
lina
pekor 2
lina
u yg g punya adab
lina
sabar
lina
enk klo tinggl mkn
lina
sabar2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!