Mila, seorang gadis modern yang cerdas tapi tertutup, meninggal karena kecelakaan mobil. Namun, takdir membawanya ke zaman kuno di sebuah kerajaan bernama Cine. Ia terbangun dalam tubuh Selir Qianru, selir rendah yang tak dianggap di istana dan kerap ditindas Permaisuri serta para selir lain. Meski awalnya bingung dan takut, Mila perlahan berubah—ia memanfaatkan kecerdasannya, ilmu bela diri yang entah dari mana muncul, serta sikap blak-blakan dan unik khas wanita modern untuk mengubah nasibnya. Dari yang tak dianggap, ia menjadi sekutu penting Kaisar dalam membongkar korupsi, penghianatan, dan konspirasi dalam istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Pangeran Bayangan dan Janji Rahasia
Langit malam itu dihiasi ribuan bintang, seolah langit sendiri menjadi saksi atas perubahan yang sedang terjadi di dalam dinding kekaisaran.
Di balik pagar batu giok Istana Tengah, dua sosok berdiri di bawah pohon plum yang mekar lebih awal. Salah satunya adalah Qianru, yang kini dikenal seantero istana sebagai Zhi Shi Yuan Fei, wanita yang mengungkap kejahatan di dalam keluarga Permaisuri.
Dan di hadapannya adalah seseorang yang tidak asing lagi.
Pangeran Ketiga, Long Wei adalah Pangeran yang Dilupakan oleh semua orang.
Tidak banyak yang tahu siapa Long Wei sesungguhnya. Selama ini, ia hanya dikenal sebagai pangeran yang pendiam, jarang hadir dalam acara istana, dan hidup menyendiri di Istana Rembulan.
Tapi Qianru tahu, di balik diamnya ada banyak luka. Luka yang ditanam oleh pengkhianatan Permaisuri Ying —wanita yang merebut tahta ibunya, lalu menghilangkan semua bukti keberadaannya.
Qianru memandang pria itu dengan hati yang sedikit berat. Ia telah menjadi sekutunya sejak awal, tapi malam ini... ia butuh lebih dari sekadar bantuan rahasia.
“Aku membutuhkanmu tampil ke depan, Pangeran,” ucap Qianru lirih, namun tegas.
“Kau punya hak atas tahta. Dan lebih penting lagi, kau punya hati untuk melindungi rakyat.” lanjut Qianru
Long Wei tersenyum kecut. “Hak? Semua orang dalam istana ini punya ‘hak. Tapi tidak semua punya kekuatan untuk mempertahankannya.” ujar Long Wei dengan memandang kedepan, terlihat tenang tapi menyimpan luka.
Qianru menggenggam tangan Long Wei. “Aku akan membantumu. Tapi aku tak bisa berjuang sendiri. Kekuatan Permaisuri terlalu besar. Kita butuh seorang pangeran di barisan depan—yang bisa menjadi wajah dari perubahan.” jelas Qianru
Long Wei terdiam mendengar ucapan Qianru.
---
Pagi itu di aula pertemuan Qianru dan Long Wei menghadap ke Kaisar Xuanlie
Mila lalu mengajukan gagasan yang mengguncang tradisi, mendirikan Sekolah Rakyat pertama di Ibu Kota. Sebuah tempat di mana anak-anak dari kelas bawah bisa belajar membaca, menulis, dan mengenal dasar pengobatan serta bela diri.
Gagasan ini ditentang keras oleh para menteri konservatif. “Mengajarkan rakyat jelata? Itu membuka pintu pemberontakan!” seru Menteri Pendidikan.
Namun, Kaisar mendengarkan dengan tenang saat Mila dan Long Wei mempresentasikan rencana itu dengan peta, anggaran, dan tujuan moral.
“Kita tidak sedang melemahkan istana,” kata Long Wei.
“Kita sedang menguatkan akar negara.” lanjut Long Wei menjelaskan semuanya.
Mila menambahkan, “Dan anak-anak yang tumbuh cerdas hari ini… adalah rakyat yang setia besok.”
Kaisar Xuanlie terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, “Buat sekolah percobaan di distrik timur. Jika berhasil dalam tiga bulan, lanjutkan.”
Long Wei dan Qianru yang mendengar keputusan kaisar sangat lega dan senang tapi tidak bagi para menteri yang mulai tidak tenang.
---
Sementara itu, di balik dinding-dinding batu giok, keluarga Ning tidak tinggal diam.
“Wanita itu semakin besar kepala,” desis Ning Shan—saudara sepupu Permaisuri.
“Dan sekarang ia menggandeng Long Wei.” lanjut Ning Shan
Permaisuri Ning menyipitkan mata. “Kalau begitu... kita hancurkan mereka bersamaan.” Ujar permaisuri Ning Denga senyum liciknya
Ia lalu memanggil mata-matanya dari selatan. “Cari masa lalu Long Wei. Jika perlu, rekayasa kejahatan masa lalu dan buat dia terlihat seperti pengkhianat. Biarkan rakyat tahu... pangeran itu tidak lebih dari pewaris pemberontak.” perintah permaisuri Ning
"Baik yang mulia" ujar orang itu lalu menghilang.
"Kita lihat sampai mana mereka akan melawanku, mereka pikir mereka lebih hebat dariku. Kekuasaan ini hanya milik keluarga Ning" ujar permaisuri Ning dengan sombongnya.
---
Di malam berikutnya, Qianru dan Long Wei bertemu kembali di aula belakang Sekolah Rakyat yang baru dibuka.
Anak-anak berlarian dengan wajah penuh tawa. Beberapa di antaranya membawa papan tulis kecil dan pena bambu.
“Dulu, aku tak pernah punya masa kecil seperti itu,” kata Long Wei pelan.
“Aku juga tidak,” balas Qianru, tersenyum.
Hening sesaat.
Lalu Long Wei mendekat. “Kalau suatu hari aku jadi lebih dari sekadar pangeran... maukah kau tetap di sisiku?”
Qianru menoleh, hatinya bergetar. “Aku sudah di sisimu sejak aku tahu siapa dirimu sebenarnya. Aku tidak butuh tahta untuk tetap tinggal.” jawab Qianru tulus dan itu membuat Long Wei sangat terharu.
---
Beberapa hari kemudian, desas-desus muncul. Surat palsu beredar di kalangan bangsawan, menyebut Long Wei terlibat dalam rencana pembunuhan Kaisar bersama Qianru. Bukti palsu ditanam, surat bersegel dan peta rahasia.
Kaisar marah besar, memanggil Long Wei dan Qianru ke ruang rahasia kekaisaran.
Namun Qianru telah lebih dulu mempersiapkan segalanya.
Ia menyerahkan bukti rekaman suara dari alat sihir kecil—sebuah batu giok berisi energi suara yang ia temukan dalam gua rahasia beberapa pekan sebelumnya.
Dalam suara itu, terdengar jelas percakapan Ning Shan dan Permaisuri Ning sedang merencanakan skenario fitnah.
Kaisar mendengar semuanya... dan untuk pertama kalinya, matanya berkaca.
“Ayahku... juga dihancurkan oleh mereka,” kata Xuanlie pelan.
“Dan aku hampir mengulang kesalahan itu.”lanjut kaisar yang shock
Kaisar lalu memerintahkan pengasingan Ning Shan ke perbatasan dan mencabut sebagian wewenang Permaisuri.
Dengan menggunakan barang bukti yang ada. Namun, ia belum sanggup mencopot gelar resminya—karena tekanan politik.
---
Malam itu, Qianru dan Long Wei duduk kembali di bawah pohon plum yang dulu. Mereka melakukan janji temu disana.
“Langkah demi langkah… kita mulai menang,” kata Long Wei sembari menoleh kearah Qianru
Qianru menatap langit. “Tapi musuh yang lebih besar belum menunjukkan wajah. Kita masih harus bekerja keras agar dia muncul kepermukaan.” jawab Qianru
Long Wei menoleh padanya. “Apapun yang terjadi... kalau istana runtuh sekalipun... aku tak akan melepaskan tanganmu.”
Qianru memandangnya dengan mata berkaca kaca
“Aku bukan wanita yang mudah dicintai. Aku keras kepala. Blak-blakan. Dan... bukan dari dunia ini.” ujar Qianru pelan dan menerawang jauh.
Long Wei tertawa kecil. “Aku tidak peduli kau dari mana. Tapi aku tahu ke mana kita akan pergi, masa depan.” lalu memandang Qianru dalam
Mereka saling menggenggam tangan di bawah sinar bulan. Disana cinta merak mulai terbentuk, saling berjuang untuk kedamaian dan juga hak orang orang yang tidak bersalah.
Dan di kejauhan, Permaisuri Ning mengamati dari bayangan, ia menyusup ke istana, walau ia telah di asingkan itu sangat mudah baginya.
“Kalau kalian pikir ini sudah selesai,” bisiknya penuh dendam,
“Maka kalian belum melihat siapa dalang sesungguhnya.” ujar permaisuri Ning dingin dan penuh kemarahan.
Setelah Itu ia pun pergi dari sana, Denga berjuta rencana jahatnya, yang akan ia berikan pada semua orang yang ada di istana terutama untuk Qianru dan juga Long Wei.
Bersambung