Bagaimana rasanya jika dicintai guru pembimbing sendiri? Ya, itulah yang di rasakan oleh pemilik nama Sefanya Arkhava. Seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA bertubuh mungil dan berparas cantik itu aktif dalam sebuah club musik yang dimana ia sangat menyukai irama lagu.
Sefa merupakan salah satu murid dengan berbagai bakat yang di milikinya dipertemukan dengan seorang guru pembimbing yang mengajarinya dalam bermain musik.
Kalandra Ghiffari pria yang berhasil sukses di usia muda kini menjadi guru pembimbing club' musik di salah satu sekolah bergengsi di kotanya. Parasnya yang tampan berhasil memikat para kaum wanita di luar sana.
Lantas seperti apa kisah pertemuan Sefa dan Kalandra? Yuk simak terus dalam kisah Love Melody
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Masih dalam suasana yang sama, akhirnya Sefa bisa mengendalikan detak jantung nya kembali normal. Perlahan Alan menjauhkan dirinya dari gadis yang masih duduk di tempatnya, ia kembali ke tempat duduk yang semula.
Sefa masih sedikit linglung dengan pikirannya entah itu karena efek bangun tidur atau memang ada yang aneh dalam ruangan itu karena ia masih tidak mendapati teman lainnya yang seharusnya berada disana.
"Sepertinya aku keliru dengan pesan yang kau kirimkan." Ucap Sefa yang hendak beranjak dari tempat duduknya.
"Kau tidak keliru, karena itu benar adanya."
"Lalu dimana yang lainnya? Kenapa disini hanya ada aku dan kamu?"
"Itu karena aku memang sengaja mengirim pesan hanya pada mu."
"Apa?"
"Haishh.. emang dasar ya! Heran aku sama kamu!"
Sefa mengambil tasnya dan beranjak dari duduknya, dengan cepat Alan menghalangi pintu agar Sefa tidak keluar begitu saja. Ia memberikan syarat pada Sefa untuk dia bisa keluar jika tidak Alan tidak akan pergi dari hadapannya saat ini.
Gadis itu terus menggerutu dalam batinnya, ingin memarahi pria di depannya namun ia ingat jika saat ini masih berada dalam lingkungan sekolah. Akhirnya mau tidak mau Sefa menyetujui permintaan Alan untuk dinner malam nanti. Ohh bukan, lebih tepatnya menemani dia saat datang ke acara reuni bersama teman kuliah nya.
Suasana sekolah memanglah sudah sepi tapi masih ada satpam berkeliaran yang bertugas mengontrol semuanya, demi menjaga kesalahpahaman Sefa memutuskan untuk pergi lebih cepat dan menuruti kemauan Alan. Memang sedikit aneh bagi Sefa karena seperti nya ia terus di buntuti oleh pria aneh bernama Kalandra itu.
Lagi-lagi setelah melewati gerbang sekolah, gadis itu di pertemukan kembali dengan pria aneh itu yang sedang mengemudikan mobilnya di belakang Sefa. Alan menghentikan mobilnya dan mengajak Sefa untuk pulang bersamanya namun kali ini dengan bersikeras Sefa menolak pria itu secara tegas.
Akhirnya Alan hanya bisa pasrah dan tidak bisa memaksa gadis mungil tersebut. Ia kembali melajukan mobilnya setelah Sefa memberikan jawaban dengan sebuah ancaman kalau dirinya akan membatalkan acara nanti malam jika Alan terus memaksanya.
"Benar-benar ya, bisa stress lama-lama aku dibuat nya." Gumam Sefa yang menggerutu selama perjalanan nya.
**
Sesampainya di rumah, Sefa merebahkan dirinya yang rasanya cukup lelah bukan hanya karena sekolah nya melainkan juga karena Alan yang terus-menerus muncul di hadapannya. Tidak hanya itu, di tambah dengan Arsen yang secara tiba-tiba memberikan gelang padanya.
Sefa menatap benda yang kini melingkar di pergelangan tangannya. Ia bertanya pada dirinya sendiri mungkinkah Arsen sedang mengejar nya? Tapi itu hal yang cukup sulit untuk di percaya karena Sefa sendiri tahu seperti apa latar belakang keluarga Arsen.
Sangat berbeda jauh dengan kehidupannya yang cukup sederhana mungkin bisa di ibaratkan bagaikan bumi dan langit. Gadis itu menghela dan memejamkan matanya sejenak sebelum ia membersihkan dirinya dan bersiap untuk menepati janji.
1 jam berlalu, Sefa masih asik dengan mimpi indahnya di atas kasur empuk miliknya, tidak ada yang berani membangunkannya ketika ia sedang istirahat termasuk kedua orangtuanya. Namun berbeda dengan kali ini, gara-gara sebuah panggilan masuk ia pun membuka matanya dan menerima panggilan tersebut.
Dengan suara yang sedikit serak yang menjadi ciri khas orang bangun tidur Sefa bicara dalam sambungan telfon nya. Setelah mendengar suara pria yang tidak asing baginya ia pun langsung terbangun dan duduk seolah telah di pergoki Alan secara langsung.
"Kau sedang tidur?"
"Haishh.. bisakah kau tidak menganggu ku sebentar saja?"
"Tidak bisa, karena kau terlalu istimewa."
Wanita mana yang tidak salah tingkah ketika mendengar pernyataan seperti itu begitulah yang di rasakan Sefa saat ini. Pipi yang merah merona serta bibir yang refleks senyum-senyum sendiri ia lihat dalam pantulan cermin meja riasnya.
Gadis itu segera menggelengkan kepalanya agar tidak masuk dalam perangkap Alan yang masih belum diketahui apa tujuan sebenarnya mendekati Sefa. Setelah panggilan terputus, Sefa bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, beberapa dress ia keluarkan dari dalam lemarinya untuk memilih yang cocok ia pakai.
Akhirnya Sefa menemukan satu dress yang terlihat sangat cantik ketika ia pakai di banding dengan yang lainnya. Walau acara malam ini milik Alan namun Sefa tidak mungkin mempermalukan Alan dengan dandanannya di depan semua teman-teman nya.
Sekira nya semua sudah rapi, gadis itu bergegas keluar dengan mengenakan heelsnya yang tidak terlalu tinggi seta hand bag yang menjadi pelengkapnya. Sefa berniat untuk pamit pada kedua orangtuanya, namun sebelum ia bicara Aidan telah mendahului bertanya kemana putri nya itu akan pergi.
Dengan terpaksa Sefa sedikit berbohong, ia mengatakan bahwa akan merayakan ulangtahunnya bersama dengan teman-teman sekolahnya. Sefa kira mereka lupa dengan hari spesialnya namun ternyata tidak, Aidan dan Merry telah mempersiapkan semuanya dengan sebuah cake ultah tentu nya.
"Kalian..." Belum sempat Sefa menyelesaikan ucapannya, Merry telah menyela nya.
"Kita mana mungkin lupa dengan hal itu, ayo sini tiup lilin nya dulu,"
"Tapi ma..."
"Biar itu urusan nanti bareng dengan teman-teman mu." Sahut Aidan yang lagi-lagi memotong ucapan putrinya.
Akhirnya mau tidak mau Sefa kembali duduk dan merayakan ulangtahunnya bersama dengan orangtuanya mulai dari membuat permohonan, tiup lilin serta makan bersama. Lantas bagaimana dengan nasib Alan? Saat ini dia telah menunggu Sefa di dekat rumahnya.
Berulang kali Alan menghubungi Sefa namun tidak ada jawaban sama sekali dari gadis itu. 1 jam berlalu akhirnya Sefa bisa melepaskan diri dari kedua orangtuanya, ia bergegas keluar dengan langkah yang sedikit terburu-buru. Sesampainya di depan rumah, Sefa mendapati Alan yang tengah duduk di dalam mobilnya. Pria itu bergegas turun dan menghampiri Sefa yang berdiri di depan mobilnya.
"Maaf karena sudah membiarkan mu menunggu lama." Ucap Sefa sebelum ia masuk kedalam mobil.
Heran, harusnya ia tidak perlu mengucapkan hal itu karena sudah sangat jelas Sefa pergi juga karena Alan yang memaksa nya. Tapi tidak masalah bagi Alan, menunggu gadis seperti Sefa bukanlah hal yang membuatnya sulit, terlebih gadis itu malam ini berpenampilan jauh beda pada saat di sekolah seolah membuat Alan terhipnotis dengan pesonanya.
Alan tersenyum seraya menyahuti permintaan maaf Sefa dengan kata "tidak apa." Sebelum akhirnya ia kembali menyalakan mesin mobil dan melakukannya dengan kecepatan sedang, bukan tidak ingin melaju dengan kecepatan tinggi karena sudah jelas dirinya telat tapi demi menjaga keselamatan gadis di sampingnya Alan sebaiknya ia mencari aman terlebih gadis yang di bawa nya itu merupakan anak orang yang sekaligus murid nya.
***