Kanaya terkejut saat bosnya yang terkenal playboy kelas kakap tiba-tiba mengajaknya menikah. Padahal ia hanya seorang office girl dan mereka tak pernah bertatap muka sebelumnya. Apa alasan pria itu menikahinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arandiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diabaikan
Hari sudah mulai petang ketika Arjuna melajukan mobil untuk pulang ke rumah. Namun, ketika melewati pertigaan yang pagi tadi menjadi tempatnya menurunkan Kanaya, ia tak bisa menutupi keterkejutannya ketika melihat Kanaya yang sedang duduk di sebuah kursi yang disediakan di sana.
Gadis itu?
Ah, ia lupa kalau ia menyuruhnya menunggu agar bisa pulang bersama ke rumah karena takut Mama akan curiga. Tetapi ia malah asyik nongkrong dengan teman-teman sampai malam begini dan melupakan gadis itu yang sedang menunggu di pertigaan. Dari kejauhan, ia juga bisa melihat wajahnya yang terlihat sangat pucat dan sayu tersorot cahaya lampu mobilnya.
Mungkin saja dia merasa kelelahan karena sudah menunggunya begitu lama, tetapi kenapa dia tidak pulang dulu saja dan tidak menunggunya?! Bukankah jarak antara pertigaan dengan rumah juga sudah tidak terlalu jauh? Kenapa Kanaya begitu bodoh dan malah memutuskan untuk tetap menunggunya di sana.
Bukankah itu sama saja dengan menyiksa diri sendiri?
Tin... tin...
Ia membunyikan klakson mobil di samping Kanaya yang sedang duduk sambil bersandar di pohon yang ada di samping kursi yang didudukinya saat ini. Hal itu membuat gadis itu dalam sekejap langsung menegakkan tubuhnya dan berdiri menyambut kedatangannya, walaupun sesekali ia bisa melihat tangannya yang terayun menyentuh perutnya.
Kanaya sepertinya kelaparan karena sejak tadi tak beralih dari tempat itu, bibirnya juga terlihat pucat dengan kedua mata yang sayu.
"Cepat masuk ke dalam, kita pulang sekarang juga! Mama pasti sudah menunggu sejak tadi."
Arjuna benar-benar tidak peduli dengan keadaan Kanaya sama sekali, bahkan ia sama sekali tidak melihat ke arahnya ketika gadis itu masuk ke dalam mobil. Setelah Kanaya duduk di kursi sampingnya, Arjuna juga langsung melajukan mobil ini tanpa bertanya terlebih dahulu bagaimana keadaannya. Tanpa peduli dengan wajah dan bibirnya yang sudah terlihat begitu pucat, salahnya sendiri tidak menggunakan otaknya dengan benar.
Jika menunggu lima belas atau tiga puluh menit mungkin masih wajar, tetapi ini? Dia menunggunya sampai berjam-jam lamanya. Bukan salahnya karena lupa memberi kabar kepada dia jika ia akan pulang malam hari ini. Lagi pula, ia sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri dan ia pun tidak terbiasa untuk mengatakan apa yang ingin ia lakukan kepada orang lain.
Ya, walaupun status Kanaya saat ini adalah istrinya. Tetapi jangan lupa kalau dia hanyalah seorang istri di atas kertas, namun baginya dan hidupnya, dia tetap bukanlah siapa-siapa. Jadi ia tidak punya kewajiban untuk memberi tahu dia apa saja yang akan ia lakukan setiap waktunya. Kalau pun dia sampai sakit, maka itu sudah menjadi resikonya sendiri.
Lima belas menit kemudian mobil mulai memasuki pelataran rumah. Usai memarkirkan mobil, Arjuna segera berjalan masuk ke dalam rumah. Lagi-lagi mengabaikan keberadaan Kanaya dan menganggap dia tidak ada. Terserahlah, toh dia juga bukan anak-anak lagi yang harus disuruh untuk melakukan sesuatu.
Kanaya sudah besar dan dia pasti bisa memilah mana yang baik dan buruk untuk dirinya sendiri.
"Arjuna! Kamu kenapa biarkan istrimu jalan sendiri dalam kondisi yang seperti itu, huh?! Astaga, anak ini... Kamu itu seharusnya lebih perhatian kepada istrimu. Bukankah kamu sangat peduli padanya," ucap Mama sarkas tepat setelah Arjuna baru saja keluar dari kamar mandi, setelah selesai membersihkan badan yang terasa sangat lengket, juga bau usai menghabiskan waktu untuk nongkrong bersama teman-teman.
"Ck, apa lagi sekarang?! Gadis udik itu benar-benar menyusahkan aku saja." Pikirnya, Kanaya sudah masuk sejak tadi, tetapi ternyata dia belum masuk ke dalam rumah. Entah apa saja yang dia lakukan di luar sana.
Tidak ingin mendengar suara teriakan Mama yang begitu menggelegar lagi, ia pun dengan segera langsung memakai pakaian ganti yang ia ambil dan setelahnya berlari kecil menuju tempat di mana Mama berada saat ini.
"Tidak apa, Ma! Kanaya hanya sedikit kelelahan dan butuh istirahat saja, Kanaya bisa jalan sendiri ke dalam kamar," ucap Kanaya dengan nada lirih di depan Mama. Pintar sekali dia mencari muka di depan Mama dan membuatnya terlihat seperti orang yang jahat.
Awas saja nanti, ia pasti akan menemukan cara yang tepat untuk membalas semua perbuatannya ini. Di depannya saja dia terlihat seperti seorang wanita lemah dan polos yang tidak tahu apa-apa, siapa sangka ternyata di belakangnya dia adalah seorang wanita yang sangat pandai melakukan sesuatu, termasuk dengan menghasut Mama agar terus-menerus memojokkannya seperti ini.
Kurang ajar!
"Tidak apa, Kanaya! Arjuna itu, dia harusnya banyak belajar bagaimana menjadi seorang suami yang baik dan siaga, masa istrinya sendiri buat jalan saja lemas, tetapi dibiarkan begitu saja di luar tanpa ada yang membantu. Benar-benar tidak layak dipanggil sebagai seorang suami," ucap Mama yang tiba-tiba peduli pada Kanaya. Meski dari jarak yang sedikit jauh, namun Arjuna bisa melihat dengan jelas bagaimana Mama menunjukkan raut amarahnya di depan Kanaya.
Ini tidak bisa dibiarkan!
Kalau terus-menerus seperti ini, bisa-bisa nanti Kanaya juga menjadi berani kepadanya! Ia harus memikirkan jalan lain agar tidak tinggal serumah dengan Mama. Hanya itu jalan satu-satunya supaya Kanaya tidak terus-menerus mendapat pembelaan dari siapapun.
Ia takut kalau terus-menerus seperti ini maka dia akan menjadi besar kepala dan lalu akan berani kepadanya seiring berjalannya waktu.
Ya, sepertinya ia memang tidak bisa membiarkan mereka berdua berada di bawah satu atap yang sama, mereka harus dipisahkan agar tidak terus-menerus membuat masalah dan panas di kepalanya.
"Tidak apa, Ma! Aku juga merasa baik-baik saja, mungkin Mas Arjuna buru-buru masuk ke dalam rumah karena dia sudah merasa gerah dan ingin segera mandi, jadi tidak masalah kalau dia meninggalkan aku."
"Benar sekali, Ma! Aku memang buru-buru masuk ke dalam karena ingin segera membersihkan badanku yang sudah sangat lengket dan bau tidak sedap, tapi aku akan kembali lagi untuk menjemput Kanaya... Sayang sekali Mama sudah lebih dulu melihatnya dan berburuk sangka kepadaku!"
Dua pasang mata yang ada di depan sana dengan segera menoleh ke arahnya dan melihatnya dengan terkejut. Tentu saja mereka terkejut karena memang kedatangannya ke sini dekat mereka sama sekali tidak mengeluarkan suara. Bahkan langkah kakinya pun ia buat seringan mungkin agar tidak menimbulkan suara. Selain itu, juga karena ia ingin melihat dan mendengar apa lagi yang akan diperbincangkan oleh Kanaya dan Mama selama ia tidak ada di samping mereka.
Ia ingin lihat apakah Kanaya akan mengadukan perbuatannya yang mengabaikan dia di kantor dan membiarkan dia dibuli oleh teman-temannya. Ia ingin mengetahui apakah dia benar-benar menjadi gadis polos seperti yang diperlihatkan selama ini, atau sebenarnya dia hanya berpura-pura.
"Baguslah kalau begitu, Mama pikir tadi kamu sengaja meninggalkan Kanaya di depan sendirian!"
biar stres semoga Naya pergi jauh ke kampung biar tambah edan
udah akua hapus dari daftar favorit kemarin