Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semena-mena.
Gra memungut pakaiannya satu persatu, kemudian membawa bersamanya ke gazebo yang berada di dekat kolam berenang, letaknya di samping rumah. Sepertinya malam ini Gra harus mengistirahatkan tubuhnya di sana. Biarlah, malam ini ia tidur di gazebo, setidaknya lebih aman ketimbang ia harus lontang-lantung di jalan seperti gembel.
Dari gazebo, Gra menatap ke arah jendela kamar ayahnya. "Papa sudah makan atau belum?." lirihnya. Untuk memastikan, Gra lantas beranjak untuk menanyakannya pada ibu tirinya.
"Mau apalagi kamu?." bentakan ibu tirinya yang tiba-tiba muncul di ambang pintu mengejutkan Gra, hingga gadis itu terperanjat saking kagetnya.
"Maaf mah, Gra cuma mau tanya, Papa sudah makan apa belum ya?." dengan hati-hati Gra bertanya, jangan sampai kembali memancing kemarahan ibu tirinya.
"Kamu tidak perlu mencemaskan papa kamu, lagipula saya belum menginginkan kematian papa kamu, makanya masih saya beri makan tepat waktu biar tetap hidup."
Meskipun jawaban ibunya terdengar ketus, Gra tetap lega karena intinya ayahnya sudah diberi makan oleh wanita itu.
Gra sampai memejamkan matanya ketika ibu tirinya menutup pintu dengan begitu kasarnya. Gadis itu lantas kembali ke gazebo.
Kruyuk..... kruyuk.....
Gra memegangi perutnya yang terdengar berbunyi, menandakan ingin segera di isi. Gra merogoh saku celananya, ternyata masih ada satu lembar uang kertas berwarna merah. Gadis itu langsung melebarkan senyumnya, sepertinya malam ini ia tak harus menahan lapar, dengan uang itu ia bisa membeli sesuatu untuk mengganjal perutnya. Tetapi, ini sudah malam, sementara di kawasan perumahan tempatnya tinggal pastinya tak ada ojek yang melintas, kalau malam ini ia menggunakan jasa taksi online pasti untuk ongkos ke tempat kerja besok uangnya tidak akan cukup lagi.
"Jalan kaki saja deh." lirih Gra sambil beranjak turun dari gazebo.
"Non Gra mau kemana?." Tanya bang Udin, pria berusia sekitar tiga puluh tahunan yang bertugas menjaga gerbang depan.
"Gra mau cari makan bang, lapar soalnya." jawab Gra. Mendengar itu mang Udin merasa iba melihat Gra. bang Udin jadi bingung sendiri dengan sikap buruk ibu tiri Gra, bukankah di dalam masih banyak makanan, lalu kenapa membiarkan Gra kelaparan seperti ini? Dalam hati bang Udin hanya bisa mendoakan semoga di masa depan Gracia bisa menjalani kehidupan yang jauh lebih baik. Bukan apa-apa, di kampung bang Udin juga memiliki seorang adik yang usianya hampir sebaya dengan Gra, melihat Gra diperlakukan dengan buruk oleh ibu serta saudara tirinya membuat bang Udin teringat pada adik perempuannya.
"Ohiya, bang Udin sudah makan belum?." ditengah kesulitannya, Gra masih memikirkan orang lain.
"Sudah non, bang Udin sudah makan beberapa saat yang lalu." jawab bang Udin.
"Ya sudah, kalau begitu Gra pergi dulu ya bang." pamit Gracia.
"Hati-hati ya Non!." pesan bang Udin dan Gra mengangguk mengiyakan.
Gra mulai mengayunkan langkah hendak keluar dari komplek perumahan menuju ke warung yang lokasinya berada di jalan besar, sekitar satu kilometer dari lokasi keberadaannya saat ini. Biarlah berjalan kaki cukup jauh yang penting bisa mengisi perutnya yang sudah keroncongan, begitu pikir Gra.
Setelah hampir setengah jam berjalan kaki, senyum di bibir Gra Langsung terukir menyaksikan warung penjual nasi goreng masih buka. Hendak mendekati warung tiba-tiba sebuah mobil berhenti tak jauh dari posisi berdirinya Gra saat ini.
"Tuan Gilang." lirih gadis itu dengan perasaan berubah panik sekaligus ketakutan. Apalagi pemilik mobil tersebut sudah turun dan menghampiri dirinya.
"Masuk!." perintah Gilang dengan wajah tak terbantahkan.
"Tapi, tuan."
Gra menelan ludahnya dengan susah payah melihat raut wajah Gilang berubah merah padam.
"Saya rasa kamu belum tuli bukan, jangan membuat saya mengulang kata-kata saya!." rasa lapar yang tadinya dirasakan oleh Gra seolah sirna begitu saja menyadari kemarahan di wajah Gilang.
"Ba_baiklah." dengan berat hati Gracia memaksakan langkahnya memasuki mobil Gilang.
"Mah, jika dunia sekejam ini pada Gra, kenapa mama tega meninggalkan Gra di sini sendirian? kenapa mama tidak mengajak Gra ikut bersama dengan mama?." batin Gracia. Ingin sekali rasanya Gracia menangis untuk menumpahkan segala beban dihati namun hal itu tak dilakukan oleh Gra mengingat saat ini ia berada di samping Gilang. Yang ada jika ia menangis pria itu justru melemparnya keluar dari mobil yang sedang melaju kencang karena marah.
"Ternyata kau memang ditakdirkan hancur di tanganku gadis licik." batin Gilang seraya melirik pada Gra yang nampak memilin ujung bajunya. Ya, Gilang yang baru kembali dari sebuah restoran usai meeting bersama kliennya secara tidak sengaja melihat keberadaan Gra yang tengah berjalan menyusuri trotoar jalan seorang diri. Tanpa berpikir panjang, pria itu menepikan mobilnya dan memaksa Gra untuk masuk ke mobilnya.
Untuk kedua kalinya Gilang mengajak Gra ke apartemennya.
"Apa kau akan terus berdiri di sana sampai besok?." cetus Gilang melihat Gra masih saja berdiri di ambang pintu apartemen.
Gra tak menjawab tapi langkahnya terayun memasuki apartemen Gilang. Kalau seperti ini, ia pasti akan kembali menjadi sasaran empuk Gilang di atas tempat tid-ur.
Gra memilih diam, rasanya ia lelah untuk berdebat. Di perintahkan Gilang masuk ke kamarnya, gadis itu pun menurut tanpa sepatah katapun.
Tanpa aba-aba Gilang langsung menyerang Gra, mengung-kung tubuh gadis itu, mengunci kedua tangan Gra ke atas, menc-iumi bibir Gra, hingga kemudian turun pada leher jenjang milik gadis itu.
"Kruyuk.... kruyuk.... Kruyuk...." ditengah kegiatannya tiba-tiba Gilang mendengar suara yang berasal dari perut Gracia. pria itu sontak menyudahi kegiatannya dan beranjak turun.
Tanpa bertanya sekalipun, Gilang tahu bahwa saat ini Gra pasti sedang lapar.
Tanpa sepatah katapun Gilang meraih ponselnya dan keluar dari kamar.
"Argh......." Gra memegangi perutnya yang tidak bisa diajak kompromi. kenapa perutmu harus berbunyi sekarang Gra? Harga dirimu benar-benar sudah tidak ada dihadapan tuan Gilang" batin Gracia dengan tubuh lemas nya. Lemas karena belum makan, ditambah lagi dengan perbuatan semena-mena Gilang padanya.
Sekitar dua puluh menit kemudian Gilang kembali ke kamar, memerintahkan Gra untuk keluar. Gra langsung menghela napas lega, pikirnya Gilang akan menyuruhnya pergi dari apartemennya.
"Kau mau pergi ke mana?." tanya Gilang melihat Gra berjalan ke arah pintu apartemen.
"Pulang." dengan polosnya Gra menjawab.
"Memangnya siapa yang menyuruhmu pulang?." cetus Gilang.
"Makanlah!." Gilang Menuding dengan dagunya ke arah bungkusan makanan yang ada di meja sofa.
"Aku tidak mau kau sampai mati kelaparan di apartemenku."
Gra menyungging senyum kecut mendengarnya. Meskipun malu, tapi Gra tetap menyantap makanan yang diberikan oleh Gilang karena perutnya sudah hampir tidak bisa lagi dikondisikan. Rupanya Gilang keluar kamar tadi untuk delivery makanan buat Gracia.
"Kehidupan seperti apa yang sebenarnya kau jalani selama ini?." batin Gilang menatap Gra yang sedang menyantap pelan makanannya.
sehat2 kak, cuacanya lg kyk gini.
justru itu mau mu Gilang...
😝😆😆😆😆😆
acara ultah dclub. bukan berti OG
enggak boleh ngerayain ultah dclub
dulu sama adik tirimu
sekarang kasar terhadap Gracia
terkadang aku ingin kabur saja, jika jadi Gracia sungguh hidup melelahkan
tertekan batin,
bagaimana carannya membawa ayah yg sakit
pergi ke kampung pelosok Bila perlu,,
jika punya uang kabur ke Singapur
kerja sambil again ayah berobat
ya