Seorang wanita yang bernama kiyara bernasib malang. ia hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya meninggal. ia harus berjuang hidup sendiri melawan kerasnya dunia.
suatu saat, ia sedang membutuhkan uang untuk biaya kuliahnya. kiyara menemui sahabatnya regina untuk membantunya mencari pekerjaan. regina pun membantunya untuk bekerja di sebuah club malam sebagai pelayan.
kiyara bertemu dengan Adrian seorang akak kelas yang pernah ia sukai saat duduk di bangku SMP. pertemuannya dengan Adrian akan membuat takdir kehidupan kiyara semakin lebih berwarna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bermimpi part 2
Mimpi kiyara tak berhenti disitu. Di part inilah mimpi yang seharusnya berjalan indah berubah menjadi menyeramkan. kiyara harus merasakan kembali bagaimana rasanya kehilangan segalanya.
sebelum kedua orang tuanya meninggal, kiyara adalah seorang anak tunggal dari orang kaya. Dia tidak pernah merasa kekurangan sedikitpun. Namun kedua orang tuanya tak mendidik kiyara untuk menjadi sombong.
pada malam hari tiba.. kedua orang tua kiyara yang bernama tuan Farhan dan nyonya Ghina ingin mengajak kiyara untuk pergi jalan jalan ke mall.
Kiyara pun merasa senang. Meskipun dia sudah memasuki usia 15 tahun, dia tetap menjadi seorang anak kecil di hadapan kedua orang tuanya. Namun meskipun begitu, ia juga tak lupa dengan kewajibannya yaitu membuat kedua orang tuanya bangga akan prestasinya. Maka dari itu, kiyara adalah salah satu murid berprestasi di sekolahnya.
"pa, apakah aku boleh mengajak Dea dan Fira?" tanya kiyara.
"boleh sayang." jawab tuan Farhan.
Kiyara pun senang. Ia dengan bersemangat menghubungi kedua sahabatnya itu.
"kalian siap siap ya. Karena habis ini aku, mama, sama papa bakalan jemput kalian. Kita ngemall bersama!" isi pesan kiyara kepada kedua sahabatnya melalui voice note.
Kedua sahabat itu kompak membalas isi chat dari kiyara. Kedua sahabat itupun langsung bersiap untuk pergi ke mall bersama kiyara dan keluarganya.
waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. kiyara menjemput satu per satu sahabatnya dengan menggunakan mobil tuan Farhan. Tak lupa kiyara juga berpamitan kepada kedua orang tua sahabatnya itu. begitupula tuan Farhan dan nyonya Ghina. Mereka juga sekedar memberi sapa kepada kedua orang tua sahabat kiyara.
Saat di dalam mobil, kiyara meminta tuan Farhan untuk memutar sebuah lagu. kiyara, Dea, dan Fira pun degan bersemangat bernyanyi. Tuan Farhan dan nyonya Ghina pun tak sedikitpun merasa terganggu dengan tingkah anaknya dan kedua sahabatnya itu. Bahkan nyonya Ghina merekam keseruan yang dilakukan oleh kiyara, Dea dan Fira.
Tak terasa, mereka sampai di sebuah mall di pusat kota. Kiyara, Dea, dan Fira pun turun dari mobil. begitupula tuan Farhan dan nyonya Ghina.
"nih sayang, buat jajan." ucap tuan Farhan dengan menyodorkan sebuah ATM.
"waahh. Makasih pa..x balas kiyara.
"yasudah, have fun sayang." ucap nyonya Ghina.
Meskipun mereka pergi sama sama, tapi jika sudah sampai di mall kedua orang tua kiyara akan berpisah dan membiarkan kiyara bermain bersama kedua sahabatnya.
"eh kita main itu yuk?" ajak Dea.
kiyara dan Fira pun menuruti permintaan Dea. Merekapun bermain bersama. Mereka disibukkan dengan beberapa mainan yang ada di mall itu. Hingga tak terasa sudah tiga jam mereka bersenang senang.
"eh pulang yuk? Pasti papa kamu udah nungguin kita." ujar Dea.
"oke. Ayo!" balas kiyara.
Mereka berjalan menuju parkiran mobil tempat kedua orang tua kiyara menunggu.
"Kii, makasih banget ya kamu udah ngajakin kita jalan jalan. aku sama Dea sayang banget sama kamu Ki.." ungkap Fira.
"iya Kii.. kita benar benar sayang sama kamu. Semoga kita tetap bersahabat sampai maut memisahkan ya fir, Kii.." imbuh Dea.
"so sweet. pokoknya aku juga sayang sama kalian." balas kiyara.
Ditengah perjalanan mereka pun berpelukan satu sama lain.
"eh ada gelang bagus tuh." ucap Fira yang kemudian berlari ke sebuah toko aksesoris.
kiyara dan Dea pun menyusul Fira.
"kita couple yuk? Sebagai tanda persahabatan kita?" ucap Fira.
kiyara dan Dea pun setuju. mereka akhirnya membeli tiga gelang yang sama. setelah itu mereka melanjutkan perjalanan mereka untuk menemui orang tua kiyara.
"papaaa!! Mama!!" teriak kiyara.
Kedua orang tua kiyara menyambut kedatangan putrinya itu dengan senyuman.
"maafkan kami om, Tante. Karena bikin om dan Tante nungguin lama." ungkap Dea.
"tidak apa Dea. Tante sama om juga baru sampai kok." ungkap nyonya Ghina.
"ayo kita makan dulu!" ujar tuan Farhan.
Kiyara dan kedua sahabatnya pun bersemangat. Sebelum pulang, mereka mampir di sebuah rumah makan sederhana. Dea dan Fira memakan lahap makanan yang disajikan. Mereka menikmati setiap masakan yang disajikan dengan lahap dan gembira.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.20. Tuan Farhan pun melanjutkan perjalanannya untuk mengantar Dea terlebih dahulu sebelum mengantar Fira.
Saat itu, kondisi jalan bisa dibilang sedikit sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang lalu lalang namun tergolong jarang. Tuan Farhan pun mengemudikan mobilnya dengan santai. Kiyara, Dea, dan Fira pun tidak tidur. Mereka saling bertukar foto yang mereka ambil di mall tadi. Sementara nyonya Ghina, ia menemani tuan Farhan mengobrol santai.
"sayaangg!!!!!"
Braaaaaaaakkkkkk!!!
sebuah mobil menabrak mobil tuan Farhan hingga membuat mobil itu melayang kemudian jatuh terguling guling. semua orang yang berada dalam mobil tuan Farhan pun menjadi korban kecelakaan termasuk kiyara.
setelah mobil itu berhenti, kiyara sempat tersadar lalu melihat kedua sahabatnya yang sudah bersimbah darah. ia tak bisa melihat kondisi kedua orang tuanya karena merasa semua anggota badannya gemetar tak berdaya. Bahkan ingin berteriak pun tidak bisa.
Kiyara melihat keadaan Dea yang dengan penuh perjuangan untuk tersenyum kepadanya. namun mata Dea perlahan menutup. air mata kiyara mulai mengalir deras namun dirinya tak bisa berbuat apa apa.
Seketika kiyara ingat dengan sebuah janji yang disampaikan oleh kedua sahabatnya itu. Janji untuk selalu bersama. Bahkan gelang yang mereka pakai adalah saksi bisu dari janji mereka bertiga. Air mata bercucuran, mengalir deras sederas arus sungai.
"papa, mama.. aku berharap bisa melihatmu. Aku mohon bertahanlah." batin kiyara dalam hati.
pandangan Kiyara perlahan mulai meredup namun dia tak pingsan. Dia hanya memejamkan matanya berharap semua ini hanya mimpi. Kiyara Meneteskan air mata yang tulus untuk mendoakan keselamatan kedua orang tuanya dan kedua sahabatnya.
beberapa ambulance datang untuk menyelamatkan kiyara dan juga korban lain.
"sus, ada yang masih hidup disini." teriak salah satu penyelamat.
kedua sahabatnya mulai di evakuasi. Kini giliran kiyara. Ia masih menganggap ini adalah sebuah mimpi. Berkali kali ia memejamkan matanya, berharap ketika ia membuka matanya ia masih berada di mobil yang sama namun dengan berbeda kondisi.
"adik! Adik! tolong sadarlah!" teriak salah satu penyelamat.
saat ini kiyara berusaha melihat kondisi kedua orang tuanya. Ia berusaha menoleh ke kanan dan kekiri mencari kedua orang tuanya.
"papa.. Mama.." ucap lirih kiyara saat melihat polisi mengangkat tubuh tuan Farhan dan nyonya Ghina sudah terbujur kaku bersimbah darah.
aliran air mata terus mengalir mengiringi kepergian kedua orang tuanya. Kiyara tak sampai hati melihat jenazah kedua orang tuanya yang sudah tertutup kain putih.
Kepala kiyara tiba tiba terasa berat. kiyara pun pingsan. Namun sebelum pingsan, Ia melihat ke arah sebrang dan melihat sebuah mobil yang tak kalah ringseknya dengan mobil sang papa yang platnya tidak asing baginya.
Setelah proses evakuasi selesai, kiyara kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat untuk di rawat secara intensif. Sementara kedua orang tuanya dan kedua sahabatnya dibawa menuju ruang mayat untuk dibersihkan.
Setelah kejadian itu, orang tua dari kedua sahabatnya benar benar membenci kiyara. mereka menyalakan kiyara atas kehilangan putri putrinya. Semua aset kiyara disita dan dijadikan sebagai pengganti rugi atas meninggalnya Fira dan Dea. Mereka sangat tega terhadap kiyara yang saat itu masih belum sembuh total.
"Fira, Dea, aku benar benar tidak membenci kedua orang tua kalian. Tapi aku membenci diriku sendiri kenapa tuhan tidak sekalian mengambil nyawaku untuk pergi bersama kalian dan kedua orang tuaku? aku benar benar menyayangi kalian." ucap kiyara dengan memandangi sebuah gelang persahabatan yang masih ia pakai.