Ketika mimpi tidak sesuai dengan realita!
Kaira, seorang gadis sederhana, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis ketika dinikahi oleh pria kaya keturunan bangsawan terhormat, Kairo Archipelago Attar. Pria yang selama ini tampak ramah dan penuh pesona justru menunjukkan wajah aslinya setelah mereka menikah.
Bagi Kairo, Kaira bukanlah istri—melainkan pion. Tujuannya hanya satu: membuka kedok para pengkhianat dalam keluarga bangsawan Archipelago Attar, meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Namun, pernikahan itu menyeret Kaira ke dalam pusaran intrik, politik, dan dendam. Ia menerima penghinaan dan perlakuan kasar dari keluarga bangsawan yang membencinya. Di tengah kekacauan itu, hanya satu pertanyaan yang terus menghantui:
Apakah Kairo akhirnya akan membuka mata dan melindungi istrinya?
Atau tetap memilih mengorbankannya demi rencana yang sudah ia bangun?
“Aku menikahi mu untuk menghancurkan mereka… tapi justru aku yang hancur karena mencinta mu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Royals — BAB 27
KEBUSUKAN KALINDI DAN PERHATIAN KECIL DARI KAIRO
Kairo menatapnya lekat sembari menghela napas panjang. “Itu tidak akan terjadi.” Ucapnya yang mulai berbaring.
Kaira terdiam dan langsung ikut berbaring membelakanginya. Tanpa terasa, air matanya menetes— tentu saja, dia merasa menjadi seorang istri yang tak ada gunanya. Sejak awal pernikahan, suaminya tidak menyentuhnya dan hanya bersikap dingin dan angkuh.
...***...
Sementara di ruang bawah tanah. Secara perlahan-lahan, Kalindi bersama Raka berhasil masuk lewat pintu gudang tersembunyi, melihat lukisan diturunkan oleh Kaira membuat wanita paruh baya itu berdecak kesal. “Haisss.... Wanita sialan!”
Tak ingin membuang waktu, sebuah Dindin dari ujung lorong penjara bawah tanah, terbuka saat Kalindi menekan tombol yang tersembunyi hampir tidak terlihat karena warna yang sama seperti dinding dan hanya diberi tanda berupa noda kecil.
Para penjaga di sana tidak menyadarinya. Sampai Kalindi dan Raka sama-sama masuk.
“Hahh... Astaga di sini sangat panas. Aku harap kau tidak mati kepanasan.” Ucap Kalindi yang mulai menyalakan saklar lampu hingga terlihat jelas seorang wanita yang lebih tua darinya, duduk di kursi dalam keadaan tali yang lepas dari tubuhnya, namun tidak di tangan dan kakinya.
Sri, si pelayan Kusuma yang kini menatap tajam ke Kalindi dengan penuh dendam. Bahkan ia masih mengenakan kebaya yang sama dengan rambut berantakan dan luka memar di sekujur tubuhnya.
“Lihat! Kau jadi terluka. Dan ini yang membuat wanita sialan itu hampir memergoki mu hah.” Kata Kalindi yang menyentuh darah segar di kening Sri akibat benturan yang ia lakukan tadi.
Kalindi langsung menarik lakban dari bibir Sri dan menatapnya tajam. Sementara Raka menyiapkan sebuah suntikan untuk Sri.
“Anda tidak pantas berada di keluarga ini. Semua orang akan tahu kebusukan mu.” Ucap Sri menatap tajam, namun Kalindi malah tertawa terbahak-bahak hingga wajahnya memerah.
“Ya, lakukan saja. Bagaimana dan siapa yang akan membongkarnya? Aku sudah menemukan surat itu dan aku sudah membakarnya!” Kalindi berdiri tegap, menoleh ke Raka yang sudah siap. “Dan sekarang aku terpaksa harus menyingkirkan mu. Aku tidak membutuhkan mu lagi.” Lanjutnya hingga senyuman nya hilang dalam sekejap.
“Suntik dia.” Pintanya kepada Raka.
Pria gemuk itu mengangguk patuh dan segera menarik rambut Sri. Hendak di suntik mati, Sri malah tertawa kecil dan membuat Kalindi penasaran juga terheran.
“Kenapa kau tertawa?”
“Karena aku melihat kebodohan mu! Apa kau pikir bukti nyonya Kusuma hanyalah berupa surat yang kau bakar hah, bajingan!” Sri kembali terkekeh meski dia terpaksa berbohong agar mendapatkan kesempatan untuk hidup dan kabur sebisa mungkin dari ruangan tersebut.
Tentu, Kalindi terpancing dan menyuruh Raka untuk berhenti sejenak.
“Apa maksudmu? Jangan main-main denganku, atau aku tidak akan segan denganmu.” Ancam Kalindi yang kini menjambak rambut Sri sampai kepalanya mendongak.
“Kamu tidak akan pernah tahu.” Balas Sri.
Tak bisa menahan emosi, Kalindi langsung menampar berulang kali wajah Sri hingga memar dan terluka. “Sialan! Kau berani menantang ku hah, pelayan hina!!” kesalnya yang langsung dihentikan oleh Raka.
“Nyonya! Sebaiknya Anda mengontrol diri, jika dia tewas, kita tidak mendapatkan bukti yang dia maksud. Nyonya Kaira sangat menggebu akhir-akhir ini!” ucap Raka sedikit bersuara centil.
Sri mendengarnya, dia mendengar nama Kaira juga. Tamparan yang Kalindi berikan seolah sudah membuat kulitnya mati rasa.
Dengan kesal Kalindi membanting benda-benda di sana hingga keringat membasahi wajah nya. “Kaira.... Aku harus menyingkirkan wanita sialan itu. Dia bukannya menjadi bonekaku, dia malah melawanku dan ingin menghancurkan ku.” Kesalnya yang berkacak pinggang.
Sri kembali tertawa. “Hanya ada satu ancaman saja kau sudah terlihat ketakutan. Penjahat konyol!”
Kalindi langsung menoleh dengan mata tajam, hingga ia kembali meraih botol kaca kosong dan mengayunkannya ke arah Sri.
Di sisi lain, Caesar menyibukkan dirinya mengurus bisnis perusahaan. Sambil bertelanjang dada dia fokus menatap layar laptopnya. Namun teringat akan situasi di mansion yang membuatnya kesal lagi.
“Persetan!” kesalnya menutup kasar laptopnya dan beranjak dari sofa lalu berjalan ke arah balkon seraya menghisap rokok untuk meredakan emosi.
Yoona yang baru keluar dari kamar mandi, wanita itu nampak segar. Dengan senyuman lebar, ia menghampiri suaminya dan memeluknya dari belakang, namun Caesar melepaskannya. “Jangan sekarang, aku sedang pusing!”
“Selalu saja. Jika dengan wanita lain, kau tidak pusing.” Gerutu Yoona dengan bibir kerucut.
Caesar menoleh ke istrinya dan menghela napas panjang. “Bukan seperti itu, aku tidak ingin membuatmu merasakan emosi ku. Lebih baik istirahat untuk pemotretan besok, kau akan aku jadikan model untuk produk perusahaan.” Kata Caesar dengan santai menatap lurus sambil merokok. Dia sangat pandai mencari alasan dan merayu istrinya.
Ya, Yoona kembali tersenyum mendengar itu. Dia sangat mudah dirayu.
“Apa yang membuatmu marah?!”
“Kairo.”
Yoona berkerut alis mendengarnya. “Memangnya apa yang Kairo lakukan sampai membuat mu marah?”
“Dia mengabaikan terlalu lama wasiat ayah. Semuanya menjadi kacau dan lambat, rasanya aku ingin menghancurkannya dan mengambil ahli semuanya.” Kata Caesar terus terang namun suaranya lebih terdengar seperti menggerutu.
“Kau ingin menguasai apa?”
Yap! Ucapannya tadi sama sekali tidak masuk di otak Yoona yang lugu dan polos. Caesar tak ingin pusing hingga dia mematikan rokoknya dan memilih tidur saja tanpa menjawab pertanyaan dari istrinya tadi.
Kembali ke ruang bawah tanah. Kalindi dan Raka baru saja keluar lewat pintu gudang yang sama, tanpa ketahuan oleh penjaga.
Dengan keringat yang membasahi sekujur tubuh hingga wajahnya, Kalindi bernapas memburu. “Hffuuu... Panas sekali, sialan! Cepat— bujuk penjaga itu dan bawa dia ke halaman belakang. Anak buahku akan mengurus sisanya. Cepat!” pinta Kalindi yang masih ngos-ngosan.
Raka yang juga sama lelahnya setelah mengurus Sri, kini dia harus segera masuk lagi ke ruang bawah tanah lewat pintu depan.
Sementara Kalindi? Tentu saja dia ke kamarnya untuk istirahat sejenak setelah susah bernapas di ruangan yang engap. “Karena Kaira. Aku harus banyak membunuh orang. Dasar wanita sialan!” kesalnya yang hendak masuk ke kamar, namun dia melihat putrinya yang baru kembali di tengah malam.
“Apa yang dia lakukan di malam-malam. Dasar anak nakal.”
Kalindi segera menyusul Lela yang berjalan menuju ke kamarnya sendiri.
Sementara di kamar, Kairo masih tidak tidur. Pria itu bangkit dari tidurnya dan menoleh ke istrinya yang masih terlelap santai. Hanya ada wajah ketenangan di sana.
Pria itu segera turun dari ranjangnya, pergi dari kasur dan kembali dengan membawa sekotak obat dan duduk di tepi ranjang tepat di samping Kaira tidur miring.
“Aku tidak ingin di sini, andai saja ibu tahu.” Gerutu Kaira dalam tidurnya.
Kairo sendiri yang memperhatikannya, dia tak banyak tanya. Ia mengoleskan salep di pipi istrinya yang masih terlihat memar akibat tamparan keras Kalindi. Lalu Kairo terdiam dan masih menatap lekat Kaira cukup lama, sampai akhirnya dia bangkit dan pergi membawa kotak obat nya.
Trus u Kaira jg dibiat menye2 lah karakternya. Calon istri sultan harus badas dan cerdik bukan malah senyum2 sendiri blm2 bayangin anak sultan
apakah kalindi memenjarakan seseorang..
jd musuh yg sebenarnya kalindi & raziq anggota keraja,an sendirikah???
kaira mencari tahu krn merasa di sudutkan oleh kelg suaminya & bahkan suami nya jg menyuruh nya mencari dalang kematian ibu nya ..