Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.
Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.
Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.
Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 06. Shattered trust
Matanya berkaca-kaca, tapi ia menahan sekuat tenaga agar air matanya tidak jatuh. Langkahnya pelan, tapi pasti, hingga akhirnya ia berdiri tepat di hadapan Damien.
“Kamu bohongin aku Damien...” ucapnya lirih.
“Maaf, Liora. Dari awal... wanita yang aku cintai selalu Selina,” ujarnya.
Kalimatnya terdengar menyesal, tapi tak ada setitik pun rasa bersalah di wajahnya.
“Ada apa ini?” tanya Leonard, ia bingung melihat Liora menangis.
“Itu urusan mereka berdua. Kamu masih punya hal lain yang harus dilakukan hari ini, ingat?” bisik Liliane dengan suara pelan.
Leonard pun langsung mengangguk kecil, memilih untuk tidak ikut campur.
Liora menggigit bibirnya, matanya masih menatap Damien dengan perasaan yang penuh luka. “Kenapa kamu nggak jujur dari awal? Kamu kira aku mainan mu?”
“Kak, bukan seperti itu... jangan salah paham,” Selina buru-buru bicara dengan nada lembut.
“Ini bukan salah Selina,” ucap Damien.
Liliane dan Leonard segera maju begitu melihat situasi mulai memanas.
"Jangan dibahas sekarang, ayo makan dulu. Setelah itu baru kita lanjutkan obrolannya," ucap Liliane sambil tersenyum, berusaha mengalihkan suasana. Ia lalu menoleh ke arah Liora. "Liora, bantu adikmu ambil sup dari dapur, ya."
"Damien, ayo duduk," ajak Leonard sambil menepuk pundaknya.
"Baik, Paman," jawab Damien dengan anggukan singkat.
Begitu yang lain pergi, hanya tiga orang yang tersisa di ruangan itu.
Selina langsung menampakkan ekspresi puas. Senyumnya mencibir saat ia mendekati Liora dan berbisik, “Kamu kelihatan hancur sekali ya, rasanya puas banget bisa merebut semua yang dulunya kamu punya. Oh iya, ngomong-ngomong... Damien udah tidur sama aku.”
Tubuh Liora refleks mundur selangkah. Wajahnya pucat, tapi ia tetap diam.
“Liora, kamu seharusnya sadar posisi. Semua yang ada di rumah ini, cepat atau lambat akan jadi milik aku dan Selina,” ucap Liliane dengan nada datar tapi menusuk.
“Dan ya... alasannya kamu dipanggil pulang hari ini, sebenarnya bukan cuma soal makan malam.”
Liora menatap Selina dengan tatapan tak percaya. Suaranya dingin saat bertanya, “Apa maksudmu barusan?”
Selina menyeringai, lalu menjawab tanpa rasa bersalah, “Kamu bakal dinikahin. Saat ini perusahaan sedang bermasalah, Ayah nggak bisa cari investor. Damien memang membantu, tapi itu semua belum cukup. Hari ini ada satu orang yaitu—Tuan Vernon—yang mau berinvestasi, tapi syaratnya dia ingin menikah sama kamu. Masalahnya… dia udah berusia lima puluh tahun lebih.”
Liora melangkah mundur, matanya membulat. Hatinya menolak percaya. Ia berbalik dan segera mendekati ayahnya.
“Ayah... jadi alasan Ayah memanggilku pulang hari ini cuma karena Ayah mau nikahin aku ke pria tua itu, demi perusahaan?” suaranya bergetar, tapi tajam.
“Kak, jangan salah paham. Ayah nggak bermaksud seperti itu…” Selina buru-buru mendekat, seolah ingin menjelaskan.
Tanpa pikir panjang, ia mengangkat tangannya dan menampar Selina keras. Suara tamparannya menggema di ruangan yang hening.
Rasa kesalnya sudah tak bisa ditahan. Semua permainan busuk mereka membuat darahnya mendidih.
Damien yang melihat itu langsung melangkah maju dan mendorong Liora. Tubuh Liora terhempas ke meja, suara benturannya membuat semua orang terdiam sesaat.
Tanpa pikir panjang, Leonard ikut maju dan mengangkat tangannya, siap menampar Liora.
“Sayang, jangan seperti itu,” ucap Liliane cepat-cepat menghampiri Leonard, seolah ingin menahan nya.
“Liora! Ayah cuma minta bantuanmu untuk menyelamatkan perusahaan, tapi kau malah menolak!” teriak Leonard dengan nada tinggi.
“Ayah, jangan salahkan Kakak. Kalau perlu, aku saja yang menikah dengan Tuan Vernon,” ucap Selina, memasang wajah seolah-olah rela berkorban.
“TIDAK!” Damien dan Leonard berseru bersamaan.
Liliane berdiri di tempatnya, tak berusaha menghentikan apa pun. Bukannya tidak bisa, tapi ia lebih memilih menikmati drama yang sedang berlangsung.
“Selina, apa yang kamu bilang barusan? Kamu akan segera lulus, dan setelah itu, kita akan resmi bertunangan,” Damien menatap Selina, menggenggam tangannya dan menunjukkan sorot penuh kasih.
Liora menatap Damien dan Selina, lalu tiba-tiba tertawa pelan—bukan karena lucu, tapi karena tak percaya.
Ia beralih menatap Leonard, lalu berkata pelan dengan suara gemetar, “Ayah tahu umurku berapa? Aku baru tujuh belas tahun. Dan Ayah tega menyuruhku menikah dengan pria itu.
Setelah semua ini… pernahkah Ayah mencintai Ibu?”
“Jangan sebut-sebut ibumu lagi!” bentak Leonard tajam.
“Ayah selalu bilang Selina itu putrimu. Lalu aku ini siapa?” Suara Liora pecah. Matanya merah dan air mata mulai mengalir, tak bisa ia tahan lagi.
“Paman, mungkin masih ada cara lain...” Damien akhirnya angkat suara. Bagaimanapun, ia dan Liora sudah menjalin hubungan cukup lama. Dia tak ingin Liora di perlakukan serendah ini.
“Tidak ada waktu lagi. Aku sudah janji pada Tuan Vernon. Pernikahan mereka akan dilaksanakan bulan depan,” ucap Leonard tanpa ragu.
Liora berdiri terpaku, hatinya hancur. Ia menatap satu per satu wajah mereka—Leonard, Selina, Liliane, Damien.
Tak satu pun berpihak padanya.
Di sisi lain, Liliane dan Selina saling pandang, tersenyum samar. Tatapan mereka memancarkan kepuasan yang tak bisa disembunyikan.
“Kalian semua jahat... pembohong...” Liora berteriak nyaring dan nampak putus asa.
“Sudahlah, sayang... Liora masih terlalu muda,” ujar Liliane, seolah sedang menenangkan.
“Lalu apa? Kita biarkan perusahaan bangkrut dan menganti rugi 1 Miliar ke Tuan Vernon?” sahut Leonard dingin.
“Liora, kali ini tolong bantu perusahaan. Anggap saja ini balasan atas semua yang sudah Ayah berikan selama ini,” suara Leonard terdengar lebih lembut dari sebelumnya.
“Sekalipun aku mati, aku nggak akan menikah dengan pria itu. Kalau Ayah tetap maksa, aku akan putus hubungan sama Ayah,” ucap Liora tegas. Ia menyeka air matanya, dan menatap lurus dengan penuh tekad.
Wajah Leonard langsung berubah merah karena marah. “Liora! Tidak ada penolakan, bulan depan, Ayah akan kirim orang buat bantu kamu untuk mempersiapkan semuanya.”
Mendengar itu, Liora tak tahan lagi. Ia menangis sambil berteriak, “Aku benci kalian semua!”
Tanpa menunggu jawaban, ia mengambil tasnya lalu berlari keluar.
Selina dan Liliane hanya saling melirik, seolah semuanya berjalan sesuai rencana.
“Paman, perlu aku kejar dia?” tanya Damien hati-hati.
“Tidak usah, paling juga balik sendiri,” jawab Leonard santai, tak tahu bahwa sebentar lagi, putrinya tak akan pernah kembali.
“Ayo makan,” ucapnya kemudian, berjalan menuju meja makan.
ditunggu up nya lagi...😊