Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
enam
Dewi Pandita masih menarik pergelangan tangan sahabat barunya. Senyum masih tertinggal dibibir sang gadis berkacamat.
"Hey, sadarlah. Pak Angkasa itu sudah usia empat puluh tahun, dan kamu masih sekitar sembilan belas tahun." omel Dewi Pandita berusaha menyadarkan sang gadis.
"Hah?! Masa sih?" Shasa merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dewi Pandita.
"Iya. Kamu masih berminat untuk mengejarnya?" Dita menaikkan satu alisnya.
"Asyiiiik," Shasa mengetuk-ngetukkan kedua tinjunya dengan gemas.
Dewi Pandita semakin tampak bingung dengan jawaban Shasa yang justru terlihat semakin senang.
"Kamu kenapa tambah senang?"
"Ya iya, donk. Berarti Pak Angkasa itu model Sugar Daddy. Udah matang, tampan, dan juga mapan... Pantas saja banyak yang ngejar-ngejar!" Shasa semakin girang.
"Woy, sadar, masih banyak yang seumuran." suara seorang pemuda yang diperkirakan sebaya dengan Shasa datang dari arah depan.
Tampilannya cukuo cool dan tak kalah tampan, ia sudah lama mengincar Shasa, namun gadis itu belum memperlihatkan tanda-tanda ketertarikannya.
"Iya, ada yang seumuran, kenapa ngejar yang udah berjamur? Eh, berumur," Dita meralat ucapannya.
"Emang nasi basi, berjamur." Shasa memanyunkan bibirnya.
Pemuda yang datang menghampiri mereka tampak ingin bergabung dengan keduanya. "Hey, Aku Galuh." iya mengulurkan tangannya, dan Dewi Pandita menyambutnya. Ia melihat jika pemuda didepannya dapat dijadikan rekan, dan gak neko-neko.
"Dewi Pandita, panggil saja Dita." sahutnya dan melepaskan tangannya.
"Aku ada mata kuliah Hukum Bisnis, kalian ada ambil, Gak?" tanyanya pada kedua sahabat barunya.
"Iya, kami juga ambil, yuk lah, ke kantin," Galuh mengajak kedua gadis tersebut.
"Yuk.., aku juga mau ngerjain sisa tugas yang belum selesai." Dewi Pandita mengekori Galuh yang berjalan lebih dulu.
Ketiganya berjalan menuju kantin. "Eh, bulan depan mau ada acara Mapala, loh. Kabarnya, pendakian yang dipilih yang ada hutan pinusnya. Kebetulan Pa Angkasa sebagai kepala Tim rombongan. Kalau kalian mau ikut, daftarnya bisa melalui aku, Kavita, dan juga Rangga," Galuh mencoba memberi informasi pada kedua gadis tersebut.
"Masa sih? Kalau ketua Tim rombongannya Pak Angkasa, aku mau ikut, daftarin aku, ya," Shasa tampak bersemangat.
"Kamu gak boleh deketin Pak Angkasa, kamu dekat ma aku saja." Galuh menarik pergelangan tangan Shasa, dan membawanya menuju ke meja berbentuk persegi empat, dengan tiga kursi kosong disana.
Dewi Pandita menggelengkan kepalanya. Ia tampak gemes melihat tingkah keduanya.
Dewi Pandita meletakkan tas dipangkuannya, lalu membuka laptopnya. Sedangkan Galuh dan Shasa sibuk memesan minuman, tak lupa mereka memesankan satu untuknya, meskipun ia tak meminta, tetapi mereka terlihat sangat care sekali.
"Dit, kamu mau gak ikut? Seru, loh. Nanti kita camping dan acaranya pasti akan berkesan." Galuh terus memprovokasi Dita agar mau ikut dalam acara camping yang sudah jauh-jauh hari mereka rencanakan.
Dita menghentikan ketikannya. "Si Kavita juga ikut sebagai koordinator. Aku sangat malas untuk berurusan dengannya,"
"Ayolah, Dit. Lagian kamu kan jago bela diri, kalau dia macam-,macam, tinggal lempar kejurang saja," usul Shasa dengan ide yang sangat extreme.
Keduanya tercengang mendengar ide gila tersebut. "Gila kamu, Sha. Gak dilempar juga kali," Galuh mencoba mengingatkan wanita bertampang lugu tersebut.
"Habisnya aku kesel banget. Dia itu sok jagoan dan seolah-olah menjadi penindas!" sahutnya dengan wajah tak senang.
Sepertinya ia banyak menyimpan dendam pada Kavita, namun tidak berani untuk mengungkapkannya.
Ssssssttt
Tiba-tiba Dewi Pandita merasakan sesuatu yang tak biasa. Ia melihat siluet cahaya dan mempertontonkan sebuah adegan pembullyan yang dilakukan oleh Kavita dan Genk-nya.
Tampak Shasa diguyur air yang diambil dari toilet, lalu menjambak sang gadis secara bergantian.
"Hah!" Dewi Pandita tersentak kaget, bersamaan dengan menghilangnya siluet cahaya tersebut.
Ia menatap Shasa dengan nafasnya yang memburu. Pantas saja gadis itu sangat membenci Kavita, ternyata ia mengalami peristiwa yang sangat membuatnya trauma.
"Kamu kenapa, Dit?" tanya Galuh, sembari mengibaskan-ngibaskan tangannya didepan Dita.
"Gak apa-apa," jawabnya berbohong. Lalu kembali menatap layar laptopnya.
"Kamu ikut gak, acara campingnya?" Galuh tampak mendesak.
"Ikut ya, Dit. Please." Shasa tampak mengatupkan kedua tangannya dengan wajah dan nada memohon.
Dita menghela nafasnya. "Baiklah, demi kalian aku ikut," jawabnya. Ia tak ingin membuat Shasa kecewa. Sepertinya gadis itu sangat ingin untuk pergi camping, tetapi merasa terganggu saat melihat bama Kavita disebut sebagai salah satu koordinator bisa saja itu nantinya dijadikan alat untuk membully para anggota lainnya.
Sontak saja keduanya terlonjak senang. Galuh lalu mendaftarkan nama Shasa dan Dewi Pandita untuk ikut acara camping tersebut.
Ting
Satu notifikasi masuk kedalam email Angkasa. Satu pesan yang memperlihatkan nama sang gadis masuk dalam daftar acara camping yang sudah direncanakan jauh hari.
Entah apa yang membuatnya tersenyum, hatinya dipenuhi oleh bunga-bunga yang seolah sedang mekar dan menebarkan aroma mewangi.
Ditempat lain, Kavita melihat nama Dewi Pandita masuk dalam daftar peserta camping. Ia mengulas senyum licik. Sepertinya ada sesuatu yang sedang ia rencanakan.
Hukuman yang diberikan padanya terlalu ringan, bahkan Angkasa yang sedang diincarnya, justru membuatnya semakin terbakar api cemburu, sebab Dewi Pandita hanya diperintahkan untuk membeli kopi saja.
"Ada apa, Vit?" tanya Clara, sembari mengisap rokok dibibirnya. Ia menghembuskan karbon monoksida ke udara dengan bibirnya yang merah menyala.
"Buruan kita masuk le dalam jebakannya sendiri. Ini akan sangat menyenangkan saat melihat gadis sok jagoan itu mendapatkan balasan yang sangat menyakitkan,"
"Maksudmu, apa?" Jenifer merasa kepo dengan apa yang saat ini sedang difikirkan oleh Kavita.
"Iya,buat penasaran saja," Novi menimpali.
"Hemmm, Si Dita ikut acara camping, dan Galuh yang mendaftakannya,"
Sontak saja ketiganya tercengang. Namun seketika wajah mereka berubah dan akhirnya mereka saling pandang, lalu tertawa bersamaan.
"Ingat, itu hutan, dan kita akan sangat mudah melenyapkannya, akan ada banyak cara untuk melakukannya, maka kematiannya akan dianggap kecelakaan semata," Kavita menjelaskan niatnya.
Clara membuang puntung rokoknya sembarang, lalu mengacakkan pinggangnya. "Bahkan kita bisa meracunnya,"
Jenifer dan Novi terlihat saling mengiyakan pendapat dari rekannya.
"Tapi Pak Angkasa iku, pasti kita sedikit repot," Clara mengingatkan.
Kavita menarik nafasnya dengan berat. Ia mengulas senyum licik yang mana menganggap.akan sangat mudah mengatasi hal itu.
"Si Tampan Angkasa tidak akan pernah tahu tentang hal ini. Ingat, ini hutan, dan semua dapat di dramalisirkan, dan aku akan merencanakannya dari sekarang,"
"Iya, apalagi dia cuma anak ingusan," Novi menimpali.
Mereka tertawa bersamaan dan menganggap semua itu akan sangat mudah dilakukan.
Saat bersamaan, sesosok ular kobra bersisik keemasan sedang memantau keempatnya. Ia menjulurkan lidahnya, dan tatapan sangat tajam tertuju pada Kavita dan rekan genk-Nya.
kedua orang tuanya langsung bertemu biar bisa langsung nikah trus tamat, soalnya kak Siti mau fokus ke begu ganjang 😙😙
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔