Di tengah hamparan alam semesta yang tak terbatas, jutaan dunia dan alam berputar dalam siklus abadi. Dari yang paling terang hingga yang paling gelap, dari yang paling ramai hingga yang paling sepi. Namun, di balik semua keindahan dan misteri itu, satu pertanyaan selalu berbisik di benak setiap makhluk: siapa sebenarnya yang berkuasa? Apakah manusia yang fana? Dewa yang dihormati? Atau entitas yang jauh lebih tinggi, yang bahkan para dewa pun tak mampu melihatnya?
Pertanyaan itu memicu hasrat tak terpadamkan. Banyak manusia, di berbagai dunia, memilih jalan kultivasi. Mereka mengorbankan waktu berharga, sumber daya, dan bahkan nyawa untuk satu tujuan: keabadian. Mereka menghabiskan usia demi usia, mengumpulkan energi langit dan bumi, hanya untuk menjadi lebih kuat, untuk hidup selamanya. Jalan menuju keabadian bukanlah jalan yang mudah. Keserakahan, ambisi, dan iri hati menjadi bayangan yang selalu mengikuti, mengubah sahabat menjadi musuh dan mengubah kedamaian menjadi kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Konfrontasi di Kota Api Merah
Melihat Lin Hao terluka parah, puluhan kultivator yang bersamanya segera menghampirinya. "Tuan Muda!" teriak mereka, dan dengan cepat menyalurkan energi untuk menyembuhkan Lin Hao.
Salah satu dari mereka berteriak, "Kamu berani melukai Tuan Muda?! Kalian harus menanggung konsekuensinya! Dia adalah murid Ketua Sekte Api Phoenix. Menyakiti Tuan Muda berarti menghina sekte kami! Semuanya, serang!"
Seketika, puluhan kultivator menerjang ke arah Zhong Li. Namun, Zhong Li melepaskan energi spiritualnya yang sangat kuat. Tekanan energi itu membuat mereka semua berhenti, tumbang, dan kesulitan untuk berdiri. Lin Hao pun tak luput dari dampaknya.
Zhong Li berjalan melewati puluhan kultivator Sekte Api Phoenix yang kesulitan menahan auranya. Ia terus berjalan santai menuju Kota Api Merah, diikuti oleh Xue Wei dan Yun Fei. Lin Hao, yang frustrasi dan marah, berteriak, "Awas kau, pengemis sialan!"
Zhong Li mengabaikan mereka dan terus berjalan santai, menuju tujuannya.
Setelah seharian penuh berjalan melintasi dataran kering yang terik, mereka akhirnya tiba di depan gerbang Kota Api Merah. Di belakang kota, menjulang tinggi Gunung Api Phoenix yang megah, diselimuti oleh aura api yang kuat dan mencekam. Lava cair mengalir di beberapa sisinya, memancarkan cahaya merah yang memukau.
Sambil berjalan mendekati gerbang, Xue Wei, sang pemandu, menunjuk ke arah gunung. "Tuan, ini dia Kota Api Merah, dan pegunungan di belakangnya adalah tempat Sekte Api Phoenix berada. Seluruh pegunungan itu dilindungi oleh formasi api yang kuat, membuatnya tidak dapat diakses oleh kultivator biasa."
Zhong Li menatap dingin ke arah pegunungan api itu. Kota Api Merah sendiri terlihat sangat mengesankan, dikelilingi oleh dinding kota yang terbuat dari besi hitam yang tebal, membuatnya tampak kokoh dan tak tertembus. Di gerbang, banyak kultivator dan pedagang yang berbaris, bersiap untuk masuk. Zhong Li, Xue Wei, dan Yun Fei pun ikut dalam antrean yang panjang. Udara di sekitar gerbang terasa hangat, dan bau belerang samar-samar tercium, mengingatkan mereka pada gunung berapi di dekatnya.
Setelah mengantre cukup lama, Zhong Li, Xue Wei, dan Yun Fei melangkah masuk ke dalam gerbang Kota Api Merah. Kota itu ternyata sangat ramai, tidak seperti yang terlihat dari luar. Di sepanjang jalan, bangunan-bangunan dengan simbol api berdiri megah, memancarkan aura panas yang unik.
Di tengah keramaian, mereka disambut oleh banyaknya pedagang yang menjual tanaman spiritual api, senjata, dan artefak khusus. Sesuai reputasinya, Kota Api Merah terkenal sebagai pusat pandai besi terbesar di seluruh alam atas. Suara besi dipukul terdengar nyaring, menandakan aktivitas pandai besi yang ramai. Zhong Li berjalan santai, mengabaikan keramaian, dan segera masuk ke sebuah penginapan untuk memesan makanan.
°°°
Mendengar penjelasan itu, aura energi spiritual yang panas meletus dari tubuh Liu Yan, memenuhi seluruh aula dengan tekanan yang mencekam. "Berani sekali dia melukai muridku dengan trik licik!" bentak Liu Yan, matanya menyala. "Di mana orang itu sekarang?"
Seorang murid lain menjawab dengan cepat dan penuh ketakutan, "Orang itu sudah berada di Kota Api Merah, menginap di Penginapan Bara Api."
Wajah Liu Yan memerah karena marah, dan tangannya mengepal erat. "Melukai muridku berarti menghinaku! Aku ingin melihat orang seperti apa yang sudah melukai muridku," katanya sambil berjalan keluar.
Para murid dan tetua sekte terkejut. Ketua sekte sendiri akan turun tangan? Liu Yan melangkah keluar dengan aura yang memancarkan tekanan kuat. Tiba-tiba, seekor burung Phoenix spiritual, salah satu burung spiritual ilahi dan terkuat di alam atas, datang dari langit dan menunggunya. Liu Yan dengan anggun menunggangi burung Phoenix itu, melesat menuju Kota Api Merah.
Beberapa murid dan tetua sekte bergegas mengikuti Liu Yan dari belakang. Dalam sekejap mata, Liu Yan sudah tiba di atas Kota Api Merah. Burung Phoenix-nya memancarkan aura yang begitu kuat hingga semua orang di kota gemetar dan tertekan.
"Itu burung Phoenix Ketua Sekte!" seru penduduk kota, menunjuk ke langit. "Ketua Sekte ada di sini!"
Liu Yan melepaskan aura merah pekat yang liar, membuat kota bergetar. "Mana pemuda yang sudah melukai murid kelimaku?" teriaknya.
Mendengar keributan, beberapa orang keluar dari penginapan, termasuk Xue Wei dan Yun Fei. Karena penasaran, Zhong Li juga keluar.
Melihat burung Phoenix itu, Yun Fei berseru, "Itu burung Phoenix!"
"Ya, itu adalah burung spiritual yang sangat langka, raja dari para burung spiritual, burung Api Phoenix," jawab Xue Wei.
Salah satu murid Sekte Api Phoenix mendekati Liu Yan dan menunjuk ke arah Zhong Li. "Itu orangnya, Ketua Sekte!"
Dari atas, Liu Yan menatap tajam ke arah Zhong Li. Burung Phoenixnya segera turun, menghempaskan aura kuat. Liu Yan turun dari Phoenixnya. Melihat Zhong Li, ia tertegun sejenak. Namun, ia kembali memasang wajah marah. "Jadi ini orang yang sudah mengalahkan murid kelimaku dengan trik kotor?"
Zhong Li hanya diam, menatapnya dengan dingin. Melihat Zhong Li yang tidak tertekan oleh auranya, Liu Yan semakin penasaran. "Kamu sepertinya bukan kultivator biasa." Melihat aura agung Zhong Li, kemarahan Liu Yan sedikit melunak.
Xue Wei bergegas mendekat, berusaha menahan aura panas dari Liu Yan. "Maaf, Master Sekte, sepertinya ada kesalahpahaman."
Mendengar itu, Liu Yan kembali marah. "Kesalahpahaman apa?! Jelas-jelas menurut kesaksian muridku, kalian melukai Lin Hao dengan trik kotor!"
Xue Wei, yang terlempar oleh aura Liu Yan, kembali berdiri dan berbicara, "Kami hanya berjalan di tanah tandus, tapi murid Anda membawa banyak kultivator untuk menyerang kami."
Liu Yan menjawab dengan nada mengintimidasi. "Jika kalian diserang banyak kultivator, seharusnya kalian sudah terluka! Berani sekali kalian berbohong di depanku!"
Zhong Li berjalan lebih dekat ke hadapan Liu Yan. "Apa begini sosok yang sudah mencapai ranah Surgawi?" tanyanya. "Aku tidak melihat kebijaksanaan di sana."
Liu Yan semakin marah. "Sepertinya kamu merasa memiliki kekuatan setelah melukai muridku!"
Dalam sekejap, Mata Api Merah muncul di atas kota, besarnya menutupi seluruh kota. Lingkaran api merah yang besar membuat penduduk ketakutan dan kesulitan bernapas.
"Apakah Master Sekte tidak memedulikan penduduk sekitar?" tanya Zhong Li.
"Kamu masih bercanda di situasi seperti ini?!" jawab Liu Yan. "Mata dibalas mata dan nyawa dibalas nyawa! Muridku mendapat luka dalam, dan setidaknya kamu harus merasakan hal yang sama, bahkan lebih dari itu karena berani melawanku!"
Zhong Li sedikit tersulut. "Keluarlah!" perintahnya. Seketika, aura energi spiritual yang kuat memancar. Tujuh Avatar Api Surgawi muncul, tingginya dua kali lipat dari Avatar yang pernah ia ciptakan sebelumnya. Serentak, ketujuh Avatar mengarahkan senjata ke arah Liu Yan.
Aura keduanya begitu kuat, membuat tanah dan bangunan di seluruh kota retak. Melihat Avatar Api Surgawi Zhong Li, Liu Yan terkejut karena satu dari Avatar itu memancarkan aura energi spiritual yang setara dengannya. Liu Yan segera menarik kembali jurus Mata Api Merahnya, dan Zhong Li pun menarik kembali ketujuh Avatarnya.
"Sebaiknya kamu pergi dari sini dalam waktu cepat," kata Liu Yan. "Atau kamu akan melawan seluruh Sekte Api Phoenix."
Liu Yan kemudian berjalan dan naik ke punggung burung Phoenixnya, lalu pergi. Zhong Li hanya menatap kepergiannya. Xue Wei dan semua orang di kota menghela napas lega. Mereka tahu, Kota Api Merah hampir hancur, namun itu tidak terjadi.
dan mampu membangun resto dan penginapan
terimakasih tuan zao li atas kebijakanmu
,semoga xue Wei bisa membantu masalah kecil tadi
tpi memang kamu orang baik shui, tak pandang bulu saat menolong rang lain,
semoga ttep. jadj orang baik