Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 Dikucilkan
Alesha memperhatikan Edgar lalu dia tersenyum malu sembari menunduk. Hari pertama sekolah terlihat baik-baik saja hingga jam istirahat pun tiba dan semua siswa mengantri di kantin sekolah untuk makan siang. Namanya sekolah elit, menu makanannya pun sangat mewah dan bermacam-macan jadi pantas saja jika uang masuk sekolah sangat mahal.
"Kamu mau makan apa, Al?" bisik Grace.
"Di sini bisa ngambil semua makanan gak sih?" tanya Alesha dengan berbisik pula.
"Sepertinya bisa, yang penting kamu bisa menghabiskannya," sahut Grace.
"Aku mau ngambil semuanya ah, katanya enak-enak," ucap Alesha.
Alesha selama ini tidak pernah makan makanan mewah karena jika ada acara makan-makan di luar, Kamila tidak pernah mengajaknya. Berbeda dengan Grace, meskipun penampilannya cupu dan gendut tapi dia merupakan putri pengusaha baru bara. Pokoknya anak-anak yang sekolah di sana tidak ada anak orang miskin semuanya anak orang kaya dan terpandang.
Seperti yang dia ucapkan, pada saat giliran Alesha, dia mengambil bermacam-macan makanan yang tersedia di sana. Bahkan anak-anak yang lainnya sampai menatap sinis kepada Alesha tapi Alesha tidak peduli. Hingga akhirnya Alesha dan Grace pun duduk di meja dengan nampan makanan penuh.
"Huawah.... sepertinya sampai rumah nanti aku gak bakalan makan lagi," ucap Alesha.
Alesha sudah tidak sabar ingin menyantap makanan yang dia bawa itu, tapi tiba-tiba Jovanka datang bersama teman-temannya. "Astaga, bawa makanan banyak banget kamu kelaparan atau rakus?" hina Jovanka.
Alesha tidak menjawab, wajahnya merah menahan malu. "Kamu anak siapa? orang tua kamu pengusaha apa?" tanya Jovanka dengan angkuhnya.
"Papa saya sudah meninggal, dan dia hanya seorang pemilik kedai ramen," sahut Alesha ragu-ragu.
"Apa, kedai ramen? apa sekolah ini sudah keliru menerima anak orang miskin sekolah di sini?" ledek Jovanka dengan angkuhnya.
Alesha menunduk malu. "Pantas saja dia bawa makanan sebanyak ini, palingan dia mau bungkus untuk di bawa pulang, Jo," ucap Mimi.
"Memalukan, jangan sampai orang luar tahu bisa-bisa sekolah ini turun level karena sudah memasukan anak orang miskin sekolah di sini," ucap Jovanka dengan sinisnya.
"Jangan hina Alesha seperti itu, kalau dia anak orang miskin tidak mungkin dia bisa sekolah dan membayar uang masuk sekolah di sini. Bukanya pembayaran di sini gak bisa dicicil, mana puluhan juta lagi kalau dia anak orang miskin meskipun dia jalur beasiswa tetap saja tidak akan masuk!" bentak Grace memberanikan diri.
Alesha menahan Grace, sedangkan Jovanka menatap Grace dengan tatapan meremehkan. "Hai gendut, kamu mau membela temanmu ini? kamu dan dia memang cocok, sudah kampungan, cupu lagi," ketus Jovanka.
"Sudahlah Jo, ngapain ngurusin mereka berdua, ayo kita makan," ajak Mimi.
Jo menatap sinis ke arah Alesha, setelah itu dengan sengaja dia menyenggol nampan makanan Alesha membuat makanan Alesha jatuh ke lantai semua. "Astaga," pekik Grace.
"Oppss,, gak sengaja," ucap Jovanka dengan senyumannya.
Jovanka pun mengajak teman-temannya pergi diiringi tawa mereka. Alesha bengong melihat makanannya jatuh ke lantai, dia tidak mungkin mengambil makanan lagi rasanya sangat malu.
"Ale, kita makan berdua saja," tawar Grace.
"Tidak usah Grace, kamu makan saja." Alesha berjongkok untuk membersihkan makanan yang berserakan itu.
Sementara itu dari kejauhan Edgar melihat semuanya. Dia pun bangkit dari duduknya dan segera menghampiri Alesha sembari membawa nampan makanannya. "Kamu mau ke mana, Edgar?" tanya Derel.
Edgar tidak mendengar, dia segera menghampiri Alesha dan berdiri di hadapan Alesha yang saat ini sedang membersihkan makanan yang berserakan itu. Alesha mendongak kala melihat seseorang berdiri di hadapannya. Grace pun sampai melongo, dia tidak menyangka jika Edgar akan menghampiri.
"Biarkan petugas kebersihan yang membersihkannya, ini makanlah makanan punyaku," ucap Edgar dingin.
Alesha berdiri. "Tapi bagaimana denganmu?" tanya Alesha gugup.
Edgar tidak menjawab, dia langsung pergi tanpa sepatah katapun. Jovanka mengepalkan kedua tangannya. "Kok bisa Edgar malah memberi makanannya sama si miskin itu," kesal Jovanka.
"Wah, ngelunjak tuh anak," sahut Mimi.
"Ya, ampun Ale, Edgar memberikan makanannya untukmu, jangan-jangan dia suka lagi sama kamu," ucap Grace histeris.
"Hus, apaan sih jangan ngada-ngada. Edgar hanya kasihan saja mungkin sama aku," sahut Alesha malu-malu.
"Cieee... kok wajah kamu merah," goda Grace.
"Ih, apaan sih. Sudah ah, ayo kita makan," sahut Alesha mengalihkan pembicaraan.
Jovanka semakin kesal melihat Alesha dan Grace yang tertawa seperti itu. "Awas saja kamu, berani kamu mendekati Edgar maka kamu akan berurusan denganku," batin Jovanka dengan geramnya.
Setelah selesai makan, Alesha dan Grace pun memutuskan untuk ke taman sembari menunggu waktu masuk tiba. Terlihat Edgar dan teman-temannya sedang bermain basket. Alesha tersenyum melihat Edgar.
"Gila, Edgar ganteng banget," ucap Grace.
"Banyak anak-anak perempuan yang mengidolakan Edgar," sahut Alesha.
"Iyalah, sudah ganteng kaya melintir pula siapa yang gak mau jadi pacar Edgar," sahut Grace.
"Ya, Allah jauh banget perbandingannya sama aku," gumam Alesha.
Grace tersenyum dan merangkul Alesha. "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, tapi untuk menggapai Edgar rasanya sangat tidak mungkin karena Edgar bukan anak sembarangan," ucap Grace.
"Kamu tahu siapa Edgar?" tanya Alesha.
"Tahulah, Edgar anak dari keluarga grup Wilson dan grup Wilson itu sebuah perusahaan real estate terbesar di sini. Perusahaannya ada di mana-mana, dan dia adalah anak tunggal lagi sudah jelas dia pewaris semua kekayaan kedua orang tuanya. Dan kamu lihat itu, ada beberapa pengawal di sini dan itu pengawal Edgar," ucap Grace sembari menunjuk ke beberapa titik di sudut sekolah itu.
"Ya, Allah sekaya itukah dia," ucap Alesha tidak percaya.
"Iya, makanya kita hanya bisa mengidolakan dia saja kalau untuk menggapai dia rasanya tidak mungkin perbedaannya bagaikan bumi dan langit," sahut Grace.
Bughhh....
Tiba-tiba bola basket menimpa kepala Alesha membuat Alesha tersungkur. "Astaga, Alesha. Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Grace khawatir.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Edgar.
"Tidak," sahut Alesha sembari mengusap kepalanya.
"Astaga, kamu caper banget sih jadi cewek. Sudah tahu mereka sedang main basket malah berjalan di samping lapangan, sengaja 'kan supaya Edgar menolong kamu!" bentak Jovanka.
Alesha menunduk. "Maaf," lirih Alesha.
"Lain kali hati-hati, kalau nanti ada apa-apa bilang saja, biar aku bawa kamu ke rumah sakit," ucap Edgar dengan raut wajah yang datar tanpa ekspresi.
"Aku tidak apa-apa kok, sekali lagi maaf," ucap Alesha membungkukkan tubuhnya.
Alesha pun menarik tangan Grace dan pergi dari sana. Edgar kembali main basket sedangkan Jovanka semakin kesal kepada Alesha.