NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 6.

Kegiatan keseharian yang dilakukan Fio, kini membuatnya mulai terbiasa. Kesibukannya bekerja, tidak membuatnya lupa akan kewajibannya untuk menyelesaikan tugas skripsi yang kini ia jalani.

Begitu pula kesehariannya dengan beberapa pekerja lainnya, semuanya nampak begitu ramah dan juga baik. Disaat jam istirahat, semuanya berkumpul untuk mengisi tenaga dengan makan makanan yang telah tersedia. Tuan mereka tidak pernah membedakan jenis makan yang akan dimakan oleh pelayan maupun tuan rumah, semuanya penuh kenikmatan, bergizi dan juga lezat.

Dan saat ini, Fio sedang bersama dengan pelayan lainnya menikmati hidangan makan siang mereka.

"Ayo makan, nak. Kamu harus mengisi tenaga yang banyak." Rosi menyemangati Fio.

"Bibi, bisa saja." Fio menerima piring pemberian Rosi.

"Iya, Fio. Kamu hebat, bisa bertahan dengan sikap tuan muda. Aku saja, sudah mengibarkan bendera putih duluan sebelum diberikan tugas." Ujar Sela, teman sebaya yang juga bekerja disana.

"Kok gitu?" Tanya Fio yang penasaran.

"Huh, tuan itu dulunya baik banget walaupun dingin. Tapi sekarang, lihat orang-orang saja. Tuan muda sudah keburu emosi, kan takut jadinya." Sela menjawab dengan jujur.

Rosi dan yang lainnya menjadi menahan tawa, karena jawaban Sela yang terkesan polos.

"Aku juga takut, tapi aku butuh kerja dan uang untuk hidup." Fio pun membalas ucapan temannya itu, terkesan jelek namun itulah kenyataannya.

"Sabar ya, Fio. Oh iya, tuan muda kamu ajak saja jalan-jalan di taman. Kasihan juga sama tuan, semenjak dia sakit nggak pernah keluar mansion." Wiwit, pelayan yang juga bekerja disana menambahkan penjelasannya.

"Benarkah?" Fio cukup kaget dengan hal tersebut.

"Bener, suer deh." Wiwit melanjutkan menguyah makanannya.

"Pelan-pelan saja nak, mungkin tuan muda masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kondisinya." Rosi pun menyelesaikan perbincangan mereka semuanya.

Jam istirahat kini telah selesai, semuanya kembali lagi dengan kegiatan dan tugasnya masing-masing. Fio berjalan dengan perlahan menuju kamar Elio, dimana selama ia berjalan. Isi kepalanya terus teringat akan ucapan yang berasal dari teman-teman mengenai kondisi Elio, ia tidak menyangkan akan serumit ini untuk menjadi pengasuh.

"Tuan, permisi." Fio memasukan sebagian kepalanya ke dalam kamar Elio, ia ingin memastikan apa yang sedang dikerjakan oleh pria itu.

Tidak ada jawaban, namun pria yang dimaksud itu sedang menatapnya dari sisi tempat tidur. Karena Elio tidak menjawab, Fio terus saja mengerjakan apa yang bisa ia kerjakan tanpa memperdulikan keberadaan Elio. Jika tidak, ia hanya menjadi patung yang berdiri tanpa bergerak.

Membereskan beberapa benda yang berserakan, lalu mengecek air minum yang biasa selalu terisi penuh dalam dispenser khusus milik Elio.

"Kenapa kamu masih disini?" Suara berat itu seakan-akan menunjukkan rasa ketidaksukaan.

"Tuan bicara sama saya?" Heran Fio.

"Kamu! Ya siapa lagi kalau bukan kamu, apa disini ada orang lain?" Kalimat tegas itu kembali terdengar.

"Maafkan saya, tuan. Saya kira, anda tidak mau bicara sama saya dan berbicara melalui telefon." Sungguh Fio tidak bisa menatap wajah Elio yang kini sangat menyeramkan.

"Berhentilah bekerja, aku akan membayarmu sepuluh kali lipat dari gaji yang diberikan oleh orangtuaku." Ujar Elio.

Betapa kaget Fio saat mendengar hal tersebut, dirinya seakan-akan sedang dilempar dengan tumpukan uang.

"Saya hanya menerima gaji yang sesuai dengan pekerjaan saya, tuan. Terserah jika anda ingin menilai saya seperti apa, sudah saatnya kaki anda saya terapi lagi." Fio berjalan mendekati Elio.

Disaat tangan itu menyentuh kaki yang tidak berdaya diatas kursi roda tersebut, dengan cepat Elio menepisnya begitu kuat.

"Jangan pernah menyentuhku lagi! Apa kau benar-benar ja***ng, hah?! Dasar tidak tahu diri, jangan menyentuhku!" Ucap Elio dengan kasar.

Sungguh terlukanya hati Fio mendengar hinaan yang begitu keras dari mulut Elio, kedua mata itu telah berembun dan merah. Rasa sesak didalam dada sangat menyakitkan, namun ia sekuat tenaga untuk melapangkan dada.

"Terima kasih atas perkataan nya, tuan. Saya akan tetapi melakukan pekerjaan ini, karena memang saya butuh uang untuk hidup dan bukan untuk jual diri." Tak kalah kerasnya, Fio juga memukul telak Elio dengan jawabannya.

Fio tetap membawa kedua kaki itu untuk diberikan rileksasi, penolakan demi penolakan diberikan Elio. Namun Fio tetap dengan pendiriannya, hal tersebut ia lakukan karena Angelina telah memberikan anjuran dari dokter yang menangani tuan mudanya itu. Bahkan, Fio mencari tutorial dari berbagai sumber di sosial media.

Tidak banyak yang bisa dilakukan Elio, karena pergerakkannya yang terbatas. Cukup memakan waktu, hingga Fio telah selesai dengan tugasnya.

"Selesai, saya permisi tuan." Fio tidak ingin membuat suasana hatinya yang kini mendung semakin mendung.

Kepergian Fio, hanya bisa Elio tatap dari tempatnya. Tanpa sepatah kata pun ia keluarkan, namun dari dalam lubuk hatinya yang dalam. Terbesit rasa bersalah dan juga bahagia, entah apa itu.

Ketika Fio tiba di dapur, ia membersihkan kedua tangannya dan mendekati Sela.

"Sudah selesai, Fio? Kamu terlihat lelah sekali, sini istirahat." Sela menepuk tempat kosong untuk ditempati oleh Fio.

"Ah, terima kasih." Fio mengistirahatkan tubuhnya yang memang terasa begitu lelah, bahkan batinnya juga ikut lelah menghadapi manusia seperti Elio.

Tak berselang lama kemudian, disaat tubuh itu masih merasakan lelah setelah berperang melawan emosional dari dalam dirinya. Suara keras terdengar memanggil namanya, dan itu membuat semua yang berada di dalam bangunan mewah tersebut menjadi kaget.

"Fio! Fio!!"

"Eh, Fi. Itu nama kamu yang dipanggil, kayaknya itu suara tuan muda." Sela masih ikut penasaran, ia pun menajamkan telinganya kembali untuk mendengar.

"Masa?!" Fio pun ikut penasaran.

"Fio!!"

"Fio, Fio. Itu kamu, kamu dicariin sama tuan Elio. Cepat." Sela pun akhirnya mengetahui kebenaran dari suara tersebut.

"Loh, Fio. Itu kamu dipanggil, cepat nak. Nanti tuan muda bisa marah." Rosi muncul dengan tergesa-gesa menghampiri Fio.

Fio pun hanya bisa pasrah, dan pertanyaan besar dari dalam kepalanya muncul. Kenapa, pria itu seorang mencari dirinya? Padahal, pria itu tidak suka jika dirinya dianggap seperti anak kecil yang membutuhkan bantuan.

"Huh." Hanya desahan pelan yang keluar dari mulut kecil itu.

Semua orang pun menjadi bertanya-tanya mengenai hal itu, karena baru kali ini tuan muda mereka mengeluarkan suara dan mencari seseorang.

Langkah kaki Fio pun terkesan seperti sedang diburu oleh kejaran dari para musuh, bahkan makanan ataupun minuman yang baru masuk ke dalam tenggorokan nya seakan-akan mau keluar kembali dari mulutnya.

"Saya tuan." Mengatur nafas dan gejolak dari dalam perutnya, Fio kini berhadapan dengan Elio.

Bukan jawaban yang didapatkan Fio, melainkan tatapan tajam yang sungguh menusuk kulit.

"Dasar keong." Umpat Elio.

... Apa? Keong? Pria ini mengumpatku dengan sebutan keong? Dasar pria bermulut tajam, tidak berperasaan. Fio....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!