"Loh, Kok Bisa Kamu Suka Aku?"
Kalau ada penghargaan “Cewek Paling Ngejar Cowok di Sekolah”, semua orang sepakat,pialanya pasti buat Mayra.
Axel adalah cowok paling dingin di sekolah. Tatapannya kosong, sikapnya rapi, dan geraknya terlalu sempurna untuk sekadar remaja SMA.
Saat dunia modeling mempertemukan mereka di bawah sorotan kamera, chemistry yang tak seharusnya ada justru tertangkap jelas.
Mayra mengira Axel hanya sulit didekati.
Ia tidak tahu bahwa Axel adalah manusia ciptaan.
Di antara audisi, photoshoot, dan rahasia yang tak boleh terbongkar, satu pertanyaan mulai menghantui mereka berdua:
Jika perasaan tidak pernah diprogram…
loh, kok bisa kamu suka aku?
~Salam Hangat Dari Penulis🤍
ig:FahZa09
Tiktok: Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Proyek Ax-el01
Dari depan rumah itu nampak biasa saja.Sebuah rumah dengan teras yang di hiasi pot-pot berbagai jenis tanaman hias.Tidak ada yang berbeda di sana,bahkan bentuk nya hampir sama dengan rumah tetangga lainnya.
Namun siapa sangka,jika di dalam rumah itu terdapat ruang bawah tanah.Tempat uji laboratorium besar dengan seorang profesor ahli kimia yang terkenal.
Dialah Professor Frans
Profesor ini dulunya memiliki seorang istri,mereka hidup dengan sangat bahagia.Hingga sang istri hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki.Namun kebahagiaan itu hilang ketika anak yang ia lahirkan meninggal dunia di usia hanya 4 hari.
Profesor dan istri mengalami duka yang mendalam. Hingga membuat mereka menjalani hari-hari dengan tangis, menyendiri di terowongan bawah tanah.Yang perlahan ia jadikan sebuah laboratorium.
Tak tahan melihat kesedihan istrinya,Profesor Frans ingin melakukan sesuatu,"Aku harus menciptakan anak untuk membuat istriku ceria lagi,hanya itu jalan satu-satunya".
Karna trauma yang begitu berat yang menimpa istrinya jika ia hamil lagi, Professor terpaksa mengambil keputusan itu."Menciptakan seorang anak laki-laki".
***
Malam itu juga Professor memanfaatkan jasad anonim dari penelitian laboratorium lama yang sudah menjadi sisa eksperimen bioteknologi yang gagal.
Lampu laboratorium berpendar lembut di antara kaca dan logam dingin.Profesor Frans berdiri di depan kapsul transparan yang dipenuhi kabut nitrogen cair.
Terbujur sosok tanpa nama,hasil eksperimen lama yang hampir dilupakan dunia.
Profesor tidak melakukan pencurian.Bukan juga melakukan penggalian.Hanya membangkitkan lagi ilmu pengetahuan yang menolak mati.
“Jika tubuh ini pernah gagal menjadi kehidupan,maka kali ini aku akan memastikan ia dilahirkan dengan sempurna.” Bisiknya pelan sambil menyentuh tabung.
Harapan untuk membahagiakan istri ternyata harus sirna.Karna sang istri meninggal sebelum anak laki-laki itu tercipta.
Di sepanjang kesedihannya, Professor Frans menghabiskan waktu bersama tabung itu.Ia tetap menantikan jasad itu bangun.Cita-cita yang tadinya ingin membahagiakan istri,kini berubah.Ia ingin menciptakan keluarganya sendiri.
***
Dari tabung kaca,yang ia beri nama Proyek Ax-El01 cahaya biru berdenyut lembut.seperti detak jantung yang baru belajar hidup.Asap nitrogen melayang, memeluk siluet seorang pria berjas putih panjang. Di balik kacamata tebal, matanya memancarkan sesuatu yang lebih dari sekadar ambisi dan obsesi.
Profesor Frans menatap angka-angka yang menari di layar dengan kabel-kabel yang menghubung pada tabung.
Ia menatap tabung transparan itu,yang di dalamnya ada tubuh muda, berbaring diam di dalam cairan bening, kulit pucatnya seperti porselen tanpa cela.
“Sebelas tahun aku menunggu detik ini,” gumamnya pelan. Jemarinya gemetar saat menekan tombol aktivasi.
Suara mesin berdengung, menembus kesunyian.Cairan dalam tabung mulai bergolak, menyala dari biru menjadi keperakan.
"Aku akan menciptakan keluargaku sendiri” Senyumnya tipis,suaranya tenggelam oleh cairan yang bergejolak.
Suara detak jantung pertama muncul,lemah,namun nyata.Profesor Frans mundur satu langkah, napasnya tercekat.
Tubuh di dalam tabung bergerak. Jari-jarinya berkedut.
Sebuah mata perlahan terbuka, berwarna abu-abu dingin seperti batu kali.
Bebelum sempat Frans bersorak,lampu di laboratorium padam seketika.Semua layar mati.
Di antara gelap itu, satu suara berbisik dari dalam tabung.
“...Ayah?”
***
Udara laboratorium masih dipenuhi aroma ozon dan uap logam.Tabung kaca kini terbuka seluruhnya, sosok remaja itu duduk perlahan. Gerakannya kaku, tapi penuh kehati-hatian, seperti bayi yang baru belajar menyeimbangkan tubuh.
Profesor Frans berdiri terpaku. Jemarinya masih bergetar ketika melepaskan sarung tangan laboratorium.
“Pelan saja,jangan paksa tubuhmu dulu,” katanya lembut,seperti orang tua yang menenangkan anaknya.
Remaja itu menatap tangannya sendiri, lalu memandang sekeliling. Matanya besar, abu-abu terang, memantulkan cahaya lampu seperti permukaan air yang belum tersentuh angin.
“Tempat ini...”
Suaranya serak, nada bicaranya patah-patah seolah baru belajar menata bunyi.
“Apakah... dunia?”
Frans menghela napas panjang.
“Belum. Ini baru ruang pertama yang akan memperkenalkanmu pada dunia,” ujarnya, sambil menekan tombol di dinding. Seketika dinding logam di belakang mereka bergeser, menyingkap jendela kaca besar yang memperlihatkan langit malam gelap, tapi bertabur bintang.
Remaja itu membeku, matanya menatap ke atas.
Ada binar takjub, tulus, dan jujur.
“Cahaya... kecil tapi banyak sekali,” gumamnya.
“Apakah mereka juga hidup, Ayah?”
Alden terdiam. Kata “Ayah” membuat dadanya menghangat sekaligus nyeri.
“Tidak. Tapi mungkin, mereka juga menyaksikanmu malam ini,” jawabnya perlahan.
Remaja itu menatap lagi ke bintang-bintang, lalu memejamkan mata.Seolah sedang menyimpan pemandangan pertama dalam hidupnya di dalam ingatan yang baru lahir.
“Aku ingin tahu...” katanya pelan.
“Bagaimana caranya mereka bisa bersinar di gelap?”
Profesor Frans tersenyum kecil, menatap ciptaannya.
“Itu pertanyaan yang bagus. Besok kita mulai pelajaran pertamamu tentang cahaya.”
Remaja itu mengangguk, tersenyum untuk pertama kalinya.Senyum yang sederhana, tapi di baliknya ada sesuatu yang belum bisa dipahami bahkan oleh sang penciptanya.Keinginan untuk menjadi manusia sungguhan.
Hingga kini Remaja itu sudah duduk di bangku SMA,
Axel Andrico semua orang menyebutnya.
*
*
*
~Salam hangat dari Penulis 🤍