NovelToon NovelToon
Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Uwais menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Stela, setelah memergokinya pergi bersama sahabat karib Stela, Ravi, tanpa mau mendengarkan penjelasan. Setelah perpisahan itu, Uwais menyesal dan ingin kembali kepada Stela.
Stela memberitahu Uwais bahwa agar mereka bisa menikah kembali, Stela harus menikah dulu dengan pria lain.
Uwais lantas meminta sahabat karibnya, Mehmet, untuk menikahi Stela dan menjadi Muhallil.
Uwais yakin Stela akan segera kembali karena Mehmet dikenal tidak menyukai wanita, meskipun Mehmet mempunyai kekasih bernama Tasya.
Apakah Stela akan kembali ke pelukan Uwais atau memilih mempertahankan pernikahannya dengan Mehmet?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Mehmet telah sampai di apartemen milik Tasya kekasihnya.

Ia menekan bel pintu dan berharap Tasya membukakan pintunya.

Ceklek!

Tasya membuka pintu dengan wajah cemberut ke arah Mehmet.

"Aku kira kamu lupa sama aku dan bersenang-senang dengan istri barumu." ucap Tasya.

Mehmet tertawa kecil melihat Tasya yang sedang cemburu.

"Boleh aku masuk?" tanya Mehmet.

Tasya menggenggam tangan Mehmet dan mengajaknya masuk ke dalam.

"Mehmet, tidurlah disini. Aku ingin seperti pasangan lainnya yang bisa tidur bersama dengan kekasihnya."

Mehmet tersenyum saat mendengar perkataan dari Tasya.

"Sayang, sabar dulu ya. Setelah aku bercerai dengan Stela. Aku akan menikahimu." ucap Mehmet.

Tasya kembali mengerucutkan bibirnya dan ia kecewa dengan Mehmet.

"Ayo, kita cari makan malam saja." ajak Mehmet.

Tasya menggelengkan kepalanya dan ia langsung bangkit dari duduknya.

"Pulanglah ke istrimu, Met. Aku lelah." ucap Tasya sambil mendorong tubuh Mehmet keluar dari apartemennya.

Mehmet menghela nafas panjang saat melihat Tasya.

"Sayang, jangan marah. Aku minta maaf." ucap Mehmet.

Tasya mematikan lampu apartemennya dan tidak memperdulikan perkataan Mehmet.

Mehmet kembali masuk kedalam lift dan memutuskan untuk pulang.

Setelah pintu lift terbuka, Mehmet segera melajukan mobilnya.

Jalanan malam itu sangat sepi sehingga membuatnya lekas sampai rumah.

Setibanya di rumah, ia membuka pintu dengan cepat dan masuk ke rumah.

Di kejauhan, terdengar suara lantunan suara Stela yang sedang mengaji di kamar tamu.

Mehmet berhenti sejenak di lorong, mendengarkan suara istrinya yang tenang.

Suasana rumah yang dingin mendadak terasa lebih hidup. Namun ia tetap menjaga jarak, tidak ingin mengganggu.

Tiba-tiba, Stela menutup Al-Qur’annya dan menoleh ke arah pintu kamar.

“Mehmet, apakah kamu mau kopi?” tanya Stela pelan.

Mehmet menggeleng cepat, tanpa menatap Stela.

Ia melangkah ke kamarnya dan menutup pintu dengan suara keras.

Stela menghela nafas panjang dan kembali masuk ke kamarnya.

"Kenapa pernikahanku harus seperti ini lagi?" gumam Stela.

Stela mengira ia akan bahagia dengan Mehmet walaupun hanya satu tahun. Tapi masih satu hari pernikahannya harus seperti ini.

Ia pun memutuskan untuk tidur karena besok ia harus kembali bekerja.

Sementara itu di kamar utama dimana Mehmet duduk di atas tempat tidurnya sambil memikirkan Tasya dan Stela.

Disatu sisi Tasya yang marah karena ia tidak mau memberikan apa yang Tasya inginkan.

Di sisi lain ia baru saja mendengar suara istrinya yang baru saja mengaji.

“Satu janji untuk Tasya… satu tanggung jawab untuk Stela” gumamnya lirih.

Ia menghela napas panjang, lalu memutuskan untuk tidur.

Keesokan harinya dimana jam menunjukkan pukul tujuh pagi.

Mehmet sudah berada di ruang makannya untuk sarapan.

Ia melihat kamar Stela yang masih tertutup dari dalam.

"Mbak Rini, tolong bangunkan Stela." ucap Mehmet.

Mbak Rini menganggukkan kepalanya dan disaat akan berjalan ke kamar Stela.

Stela membuka pintu dan sudah siap untuk berangkat kerja.

"Kamu mau kemana?" tanya Mehmet.

Stela berjalan ke ruang makan dan berdiri di samping Mehmet.

"Aku mau bekerja, Mehmet. Dan pagi ini aku harus segera ke kantor. Pekerjaanku masih banyak." jawab Stela.

Mehmet menatap Stela tajam yang menjawab pertanyaannya.

“Kamu tidak perlu bekerja lagi. Aku bisa menanggung semuanya.”

Stela menghentikan gerakannya, lalu menatap balik dengan mata yang mulai memerah.

“Jangan larang aku, Mehmet. Aku punya tanggung jawab dan harga diri. Aku tidak mau hanya duduk diam di rumah ini.”

Mehmet mengepalkan tangannya di atas meja makan

“Ini bukan soal harga diri, Stela. Aku tidak mau orang lain mengatur waktumu. Kamu sekarang istriku!”

Stela tertawa getir saat mendengar perkataan dari suaminya.

“Istrimu? Lucu sekali. Bukankah kamu sendiri yang bilang aku cuma ‘tanggung jawab sementara’? Kenapa tiba-tiba kamu bersikap seperti suami yang peduli?”

Perkataan itu menusuk hati Mehmet lebih dalam dari yang ia sangka.

“Jangan egois kamu, Mehmet!” lanjut Stela, suaranya bergetar namun tegas.

“Aku egois?bAku cuma ingin menjaga kamu!” balas Mehmet dengan nada tinggi.

“Menjaga atau mengurung? Kalau kamu memang tidak menganggapku sebagai istri, maka kita urus pekerjaan masing-masing. Aku tidak berhutang apapun padamu.”

Mehmet yang semakin sakit hati langsung mengunci pintu gudang dan meninggalkan istrinya.

"Jangan buka pintu itu sampai aku pulang ke rumah!"

Mbak Rini menganggukkan kepalanya dan sedikit ketakutan melihat Mehmet yang bertindak seperti itu.

"MEHMET! BUKA PINTUNYA!!' ucap Stela sambil menggedor-gedor pintu gudang.

Mbak Rini mendekat ke arah pintu gudang dan mengatakan kalau Mehmet sudah berangkat ke Perusahaan.

Stela menghela nafas panjang dan ia memutuskan untuk duduk di dalam gudang.

Ia menghidupkan lampu gudang yang berwarna kuning.

Sementara itu di tempat lain dimana Mehmet telah sampai di perusahaan dan para pegawai langsung menundukkan kepala, menyapa dengan hati-hati.

Mereka melihat raut wajah Mehmet yang begitu sangat dingin.

"Selamat pagi, Pak Mehmet,” sapa salah satu staf dengan suara pelan.

Mehmet hanya mengangguk tanpa menjawab, lalu berjalan cepat menuju ruangannya.

Sepatu kulitnya menimbulkan gema keras di sepanjang koridor.

Sesampainya di ruang kerja, ia langsung membuka laptopnya dan menatap layar kosong beberapa detik sebelum seseorang mengetuk pintu.

Tok… tok…

“Masuk,” ucapnya datar.

Pintu terbuka, memperlihatkan sosok Uwais dengan senyum canggung di wajahnya.

“Pagi, Met. Aku cuma mampir sebentar,” katanya sambil duduk tanpa diminta.

Mehmet mendongakkan kepalanya dengan wajahnya yang dingin.

“Ada apa?” tanya Mehmet.

Uwais menyandarkan tubuhnya ke kursi, berusaha mencairkan suasana.

“Gimana malam pertamamu sama Stela?” tanya Uwais sambil tertawa kecil.

Mehmet langsung menatap wajah Uwais dengan tatapan tidak suka.

“Jangan bahas itu, Uwais.”

Uwais yang mendengarnya malah mencondongkan tubuhnya ke depan Mehmet.

“Met, aku cuma berharap setelah kamu melakukan kewajiban suami-istri. Kamu bisa langsung ceraikan dia. Aku udah siap untuk menikah dengan Stela."

Mehmet yang mendengarnya langsung mengepalkan kedua tangannya.

"Pergi dari ruangan ku sekarang!" ucap Mehmet.

"Apa?"

Mehmet bangkit dari duduknya dan mendorong tubuh Uwais.

“Jangan ulangi lagi ucapanmu barusan. Aku tidak suka,” potong Mehmet dingin.

Mehmet langsung menutup pintu ruang kerjanya dan tidak memperdulikan Uwais yang masih ada di luar.

Ia menghela nafas panjang dan kembali duduk sambil mengecek pekerjaannya.

Sementara itu, di rumah dimana Stela duduk di lantai gudang yang dingin, punggungnya bersandar ke dinding.

Matanya sembab, tapi jemarinya tetap mengetik di atas keyboard laptopnya.

Ia membuka dokumen kerja dan mulai mengerjakan pekerjaannya.

Ia mencoba mengalihkan pikiran dari amarahnya pada Mehmet.

Sambil mengetik, ia menulis surat izin ke pimpinannya:

Kepada Yth. Bapak Armand

Mohon izin saya tidak masuk kerja hari ini karena kondisi kesehatan saya kurang baik.

Hormat saya,

Stela Arimbi.

Setelah menekan tombol send, Stela menutup laptopnya perlahan.

Ia menatap ke arah jendela kecil di atas gudang yang membiarkan cahaya pagi masuk.

“Kalau semua ini cuma permainan, aku tidak akan jatuh lagi” gumam Stela sambil merasakan perutnya yang perih karena belum makan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!