NovelToon NovelToon
Celine Juga Ingin Bahagia

Celine Juga Ingin Bahagia

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Trauma masa lalu
Popularitas:753
Nilai: 5
Nama Author: *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*

Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka?
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana?
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku tidak tahu harus berkata apa

Felix pun makin mengerut kan keningnya melihat anggukan itu. "Jadi... maksud bibi adalah..."

Bibi Erina menarik nafas sebelum bicara

"Seperti yang anda duga, nona Celine tak pernah diajak oleh mereka untuk pergi jalan-jalan atau bertamasya bersama. Mereka hanya akan pergi tanpa mengajaknya, dan saya yang selalu menemani nona Celine dirumah."

Penjelasan ringkas dari bibi Erina berhasil membuat darah Felix mendidih. Bagaimana bisa anak itu dibiarkan begitu saja tanpa perhatian salah satu dari mereka!.

Felix pun tampak mengusap wajahnya dengan telapak tangannya, berusaha menenangkan dirinya.

Claudia dan bibi Erina saling menatap satu sama lain. tetapi berbeda dengan Celine, dia menatap kakak nya itu dengan kebingungan.

"Mengapa kakak terlihat marah?" itulah isi hatinya yang dia pertanyakan pada dirinya sendiri.

karena bagi Celine di tinggalkan dirumah sendirian sudah sangat biasa. karena ayahnya selalu melarangnya untuk ikut, takut-takut hal yang tak diinginkan terjadi. Begitulah ayahnya menjelaskan pada Celine.

"Aku sangat bingung" ucap Felix memecahkan keheningan diantara mereka. "Mengapa papa sangat membenci Celine."

Mendengar itu Celine hanya terpaku diam dan teringat kejadian kejadian yang tidak mengenakkan baginya dirumah.

"Padahal aku sudah sering memberitahukan pada papa, kalau Celine itu tidak bersalah, tapi-." dia tak melanjutkan bicara dan hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.

"Sebelum mama tiada karena kecelakaan itu papa tak pernah bersikap tidak adil pada Celine, tapi sekarang lihatlah!" wajahnya menunjukkan perasaan marah sekaligus sedih, perasaan yang bercampur aduk yang selalu dia rasakan ketika mengingat perlakuan ayahnya.

Sedang itu, Celine yang mendengar hanya menatap lampu rumah makan yang ada di atas mereka. Mengingat kembali bagaimana ayahnya begitu menyayanginya sebelum ibunya tiada.

"Ku pikir itu juga karena aku, kak" dia yang tadinya menatap lampu perlahan menatap Felix dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. "Aku yang salah karena waktu itu... Kalau saja aku tidak meminta mama untuk membelikan aku minuman, mungkin mama masih ada sampai sekarang." jelasnya dengan suara lirih bercampur kesedihan.

Felix langsung cepat mengangguk "Tidak Celine, itu bukan kesalahan mu. Itu hanya pikiran orang tua bodoh itu saja, lihat saja nanti akan tiba waktu penyesalan baginya." Felix mengepalkan tangannya dan kembali mengusap wajahnya dengan tangan satunya.

Sama seperti sebelumnya, Claudia dan bibi Erina hanya bisa diam mendengarkan. Mereka sendiri pun tahu bagaimana sikap Damian yang tiba-tiba berubah setelah kematian istrinya Isabella.

Akhirnya Claudia pun buka suara untuk memecahkan keheningan "Dia selalu menyalahkan putrinya untuk hal-hal yang tidak logistik." dia terkekeh, merasa lucu dengan pemikiran bodoh seperti itu. "Boleh aku katakan sesuatu?." ucapnya sambil menatap mereka semua.

Semua mata pun tertuju padanya, hanya dengan tatapan jelas memperlihatkan ketidaksabaran mereka untuk mendengarkan apa yang ingin dia sampaikan.

Claudia pun tersenyum melihat tatapan mata mereka. "Aku... Turut prihatin melihat Damian, papa kalian itu dengan pemikiran nya. Karena jujur saja, Isabella mama kalian sebelum tiada menuliskan sesuatu di secarik kertas yang aku simpan sampai sekarang."

Claudia pun mengeluarkan kertas itu, terlipat rapi di dalam amplop putih dengan nama di sudut bawahnya yaitu Isabella dan dengan tulisan tangan yang jelas sangat familiar bagi kedua kakak beradik itu.

"Aku pikir surat itu pertama kali dituliskan untuk papa kalian, tapi melihat dia yang membuangnya layak nya sampah, aku pun mengambilnya kembali di tempat sampah rumah sakit kala itu."

Tangan Felix perlahan meraih surat itu, membuka amplop nya dan mengambil isinya. Kertas yang masih bersih itu dia buka lipatan nya perlahan sampai dia bisa melihat semua isinya.

Bibi Erina penasaran dengan isi surat nya tapi dia tidak ingin terlihat ikut campur dengan masalah keluarga mereka, jadi dia hanya akan menunggu Felix sendiri yang mengatakan nya.

Felix pun perlahan membaca surat itu dan isinya begitu mengejutkan baginya.

"Aku harap kamu membaca surat dariku, yang aku tulis sebelum aku pergi.

Aku hanya ingin mengatakan, bahwa Celine tak pernah bersalah atas kecelakaan yang menimpa ku saat itu. Itu adalah kesalahan ku yang tak memperhatikan jalanan sekitar.

aku harap kamu tak menyalahkan nya terus-menerus.

Tolong sayangi lah dia sebagaimana mestinya, aku harap kamu selalu bahagia."

Isabella Vara.

Felix yang masih terpaku dengan surat itu di kejutkan dengan tepukan pelan dari Claudia di pundaknya.

"Aku merasa... Papa mu menyimpan dendam pada orang yang bukan seharusnya." ucapnya dengan serius di depan Felix.

Bukan tanpa sebab, Claudia hanya tak ingin anak yang masih kecil seperti Celine menjadi sasaran ayahnya yang buta kebenaran. Dia tak ingin anak yang masih kecil itu tersakiti secara mental terutama dari ayahnya.

Felix menghela nafas panjang dan menyandarkan tubuhnya di kursi. "Padahal mama sudah menjelaskan padanya bahwa itu bukan kesalahan Celine. Tapi, papa terus saja menyalahkan nya terus-menerus tanpa rasa bersalah." dia tampak murung, mengingat kembali bagaimana ayahnya dulu begitu hangat pada mereka membuat perasaan nya sedikit sedih.

Mereka yang asik berbincang pun tak sadar makanan sudah tersaji di atas meja mereka. sementara Celine yang tadinya sedih teralihkan oleh makanan yang ada di depannya.

Mata Celine tampak berbinar melihat makanan yang membuat perutnya keroncong itu, dia tak sabar untuk menyantapnya.

"Kakak sudah lah, jangan bersedih lagi. Ayo makan kak!" serunya tak sabaran.

Claudia dan bibi Erina hanya bisa tersenyum melihat tingkah nya. Sementara Felix yang tadinya bersandar di kursi nya langsung cepat duduk tegak kembali dan memperhatikan Celine dengan senyuman.

"Kamu memang selalu tidak sabaran, ya?" ucapnya dengan sedikit nada main-main.

Mereka pun tak melanjutkan percakapan yang membuat bingung itu lagi, tetapi fokus pada makanan mereka masing-masing.

Menceritakan bagaimana rasa masakannya, makanan nya yang sangat enak dan kurang enak sambil berbisik diikuti gelak tawa yang tertahan. Menceritakan awal mula tempat itu di bangun dan karena apa.

Semua mereka ceritakan disana. Belum lagi Felix yang bercerita tentang kuliahnya, orang-orang dan dosen pembimbing nya yang sangat sulit untuk ditemui membuat kepalanya pusing.

Claudia pun ikut bercerita bagaimana anak-anak kadang membuat nya marah tapi dia menahannya agar tidak menyebabkan perselisihan. Dan mata Celine langsung terkejut mendengar nya karena dia pikir ibu Claudia tak bisa marah.

Bibi Erina pun yang ikut bercerita bagaimana guru-guru zaman dulu memperlakukan muridnya yang nakal agar tidak nakal lagi. Dia memberitahu Claudia caranya, tapi Claudia menolak karena itu akan menyebabkan masalah di zaman sekarang ini. Mereka pun hanya tergelak dan tertawa mendengarnya.

Suasana bising dan ramai pada saat itu akan menjadi pengingat pada mereka bahwa mereka bisa merasakan kesenangan hanya dengan berkumpul bersama.

1
Musri
baru awal aja dh suka,mudah2n alur ceritanya bagus GK berbelat Belit...semangat Thur💪🫰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!