Bayangmu di Hari Pertama
Cinta yang tak lenyap meski waktu dan alam memisahkan.
Wina Agustina tak pernah mengira hari pertama OSPEK di Universitas Wira Dharma akan mengubah hidupnya. Ia bertemu Aleandro Reza Fatur—sosok senior misterius yang ternyata sudah dinyatakan meninggal dunia tiga bulan sebelumnya. Hanya Wina yang bisa melihatnya. Hanya Wina yang bisa menyentuh lukanya.
Dari kampus berhantu hingga lorong hukum Paris, cinta mereka bertahan menantang logika. Namun saat masa lalu kembali dalam wajah baru, Wina harus memilih: mempercayai hatinya, atau menerima kenyataan bahwa cinta sejatinya mungkin sudah lama tiada…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarifah31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Aula dan Bisikan Lama
Aula kampus Universitas Wira Dharma berdiri seperti bangunan tua yang tak mau mati. Dindingnya penuh coretan tangan angkatan terdahulu, langit-langitnya tinggi dengan balok kayu yang mulai lapuk, dan lampu-lampunya menggantung seperti ingin jatuh. Hawa dingin mengalir dari celah lantai, seolah udara di sini tak pernah benar-benar hangat.
Kami duduk melingkar di lantai beralas tikar tipis. Panitia berdiri di tengah, beberapa memegang senter yang diarahkan ke bawah wajah seperti dalam acara cerita horor murahan. Tapi entah kenapa, suasananya benar-benar... lain.
“Selamat malam, calon keluarga Wira Dharma,” ujar Kak Bima dengan nada berat.
“Selamat malam,” jawab kami serempak, tak seragam, agak malas.
Kak Citra maju, wajahnya bersinar lembut di bawah cahaya senter. “Sebelum kita mulai games dan makan bareng, ada satu bagian penting dari malam ini: cerita kampus.”
Beberapa orang tertawa kecil. Tapi tak ada yang benar-benar santai.
“Konon,” Kak Citra melanjutkan, “di taman belakang kampus, ada satu bangku yang tidak pernah boleh diduduki setelah matahari terbenam.”
Jantungku mencelos. Bangku itu—tempat aku bertemu Ale kemarin.
“Dulu, ada seorang mahasiswa tingkat akhir, aktif jadi panitia ospek juga. Dia dikenal ramah, pinter, dan paling rajin bantu mahasiswa baru. Tapi… dia meninggal dalam kecelakaan saat perjalanan pulang dari Bali. Bus-nya jatuh ke jurang. Beberapa jenazah ditemukan, tapi... satu tidak.”
Aula mendadak hening.
“Beberapa panitia bilang, setiap kali ospek digelar, sosoknya masih suka muncul. Bukan untuk menakuti, tapi seolah… masih ingin menyelesaikan tugas yang belum selesai.”
Aku menahan napas. Di sekelilingku, beberapa teman mulai gelisah. Sebagian menertawakan cerita itu, sebagian lagi berpura-pura cuek. Tapi aku tahu—aku tahu itu bukan cerita. Itu nyata.
“Namanya siapa, Kak?” teriak salah satu peserta.
Kak Citra tersenyum misterius. “Kita nggak pernah sebut. Biar dia tetap tenang.”
Gelak tawa panitia menggema. Mereka menutup sesi itu dengan tepuk tangan dan melanjutkan acara ke sesi kuis. Musik diputar, makanan ringan dibagikan, dan suasana sedikit mencair.
Hingga tiba-tiba, seorang peserta perempuan dari kelompok enam—namanya Vina atau Vira, aku lupa—menjerit kencang.
Kami semua terdiam.
Tubuhnya kejang. Ia mencakar lantai. Matanya terbuka lebar tapi kosong.
“Dia... dia di sini,” gumamnya dengan suara parau. “Dia... bukan dari sini...”
Panitia langsung sigap. Kak Bima dan dua senior lainnya menggotongnya keluar aula, sementara yang lain mencoba menenangkan kami. Tapi ketegangan sudah telanjur menyebar. Beberapa orang mulai menangis. Yang lain memeluk diri sendiri.
Aku tak bisa berpaling. Di sela keributan itu, aku merasa seseorang memandangku.
Dan saat aku menoleh ke arah jendela aula yang menghadap taman...
Aku melihat bayangan Ale berdiri di balik kaca. Diam. Tenang. Dan matanya menatap langsung padaku.
Aku berdiri spontan, tapi saat kutatap kembali, jendela itu kosong.
Tak ada siapa-siapa.
---
Bab 5 bersambung...
🌒 Tak semua yang diam itu hilang kadang, ia cuma menunggu waktu untuk kembali menyelesaikan janji yang belum terucap.
***
Bab ini menguatkan nuansa misteri kampus dan membuka jalur bagi pengembangan konflik emosional dan spiritual Wina di bab-bab selanjutnya. Apakah Wina akan mulai menyelidiki lebih dalam tentang Ale? Atau justru mulai mempertanyakan kewarasannya sendiri?
🌌 Bab 5 penuh misteri dan kejutan dan malam belum selesai.
Kalau kamu merasa jantungmu ikutan berdebar saat bayangan Ale muncul di balik jendela… berarti kamu siap menyambut bab 6. Yuk, tulis komentar, dukungan, atau prediksi kalian! Kata-kata kalian bukan cuma asupan semangat, tapi juga bensin yang bikin cerita ini terus menyala. Jangan biarkan Wina berjalan sendirian di malam panjang ini. 🌒✨
ku harap kamu milih aku sih
wina akhirnya pujaan hatimu masih hidup