18+ 🔥
"Pa, ini tidak seperti yang papa bayangkan, please percaya pada Ando pa."
"Nikahi gadis itu, atau papa tarik semua fasilitas yang papa berikan padamu selama ini."
.............
"Ma Pa, sungguh ini salah paham Nada dan Anak itu tidak melakukan apapun".
"Cukup, diam dan turuti perintah Papa, sebelum nama baik keluarga kita tercoreng."
Cerita ini mengisahkan seorang mahasiswi dan pelajar sma yang terjebak pernikahan karena sebuah kesalah pahaman yang tidak disengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawarjingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Ando
Nada memejamkan mata, saat Ando mengendarai mobil seperti orang kesetanan, bahkan untuk sekedar bertanya tentang Ando yang tumben membawa mobilpun ia enggan. tak berani.
Ia tidak pernah melihat Ando semarah ini sebelumnya, Wajahnya yang putih bersih kini terlihat memerah, dengan keringat yang mengucur di dahinya.
Ando berusaha sekuat mungkin meredam Amarahnya, dengan melampiaskannya pada mobil, mengendarainya dengan kecepatan maximal.
Setelah beberapa menit akhirnya mobil yang ditumpangi Ando dan Nada berhenti didepan rumah papa Jordy.
Ia turun terlebih dahulu membanting pintu mobil dengan kerasnya. membuat Nada gemetar ditempatnya.
Untuk beberapa saat Nada hanya terdiam berusaha menetralkan degup jantungnya yang kini tak karuan, setelah dirasa mulai baikan ia bergegas turun dan memasuki rumah.
Ia berjalan pelan kearah kamar, dengan perasaan was-was, takut jika Ando akan mengamuk kembali.
Saat membuka pintu kamar, ia tidak melihat Ando disana, namun suara gemercik air dari dalam kamar mandi membuatnya yakin bahwa suaminya sedang berada disana.
Nada duduk diatas kasur sembari menunduk takut, ia tahu semua ini salahnya, seandainya tadi ia tidak mengiyakan Ajakan riko untuk mengobrol mungkin semuanya tidak akan terjadi.
dan seandainya tadi ia langsung mengatakan iya, saat Ando bertanya tentang setatusnya, mungkin juga Ando tidak akan semarah ini sekarang batin Nada.
Bukan tidak ingin jujur dan menjelaskan sewaktu Ando bertanya tadi, tapi kejadian Ando memukul Riko secara membabi buta membuatnya kaget dan takut.
Tapi apalah daya ibarat kata, Nasi sudah menjadi bubur, tak mungkin utuh kembali menjadi Nasi. ia akan menunggu sampai Amarah Ando mereda, barulah akan menjelaskannya langsung pada Ando Nanti.
Sekitar 10 menit, Ando keluar dari kamar mandi dengan wajah fresh,dan sudah memakai kemeja berwarna putih yang digulungnya sampai siku, lengkap dengan celana panjang Chino berwarna mocca.
Ia berjalan melewati Nada begitu saja, mengambil sepatu sneakers berwarna putih dan tas selempang kecil berwarna hitam. bergegas keluar kamar tanpa mengucap satu patah katapun pada Nada.
Nada memegangi dadanya yang berdenyut nyeri, Ia merasakan sakit dan sedih saat Ando mulai cuek padanya.
Ia berdiri lalu berjalan keluar kamarnya hendak menghampiri Ando yang sedang mengobrol dengan Bi mimin ART di rumah papa jordy, namun urung. karena ia masih takut bertatap muka dengan Ando.
"Bi, papa kan lagi Nengokin mamang ke sukabumi, Nanti kalau saya udah keluar pintunya dikunci semua ya, soalnya malam ini saya nggak pulang." Ucap Ando sembari mengenakan sepatunya.
"Uluuhhh ari si aden teh kenapa atuh meni nggak pulang segala, kasian Ath den Non Nadanya ditinggal, Ah si Aden masih pengantin baru juga!" Ucap bi mimin.
"malam ini saya ada jadwal latihan band sama Anak-anak bi, besok-besok kan saya udah nggak sempet."
"Saya pamit ya bi,"
"Iya den hati-hati ya!" Ucap bi mimin.
"Oh iya bi," Ando membalikkan kembali badannya saat hendak keluar.
"Nanti anterin makanan kekamar buat Nada ya bi, dari tadi siang kayaknya dia belum makan. saya khawatir dia sakit." ucap Ando sembari melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti.
"Siap den, hati-hati!."
Setelah kepergian Ando, bi Mimin menghampiri mang jajang Agar menutup rapat pintu gerbang. lalu bergegas kedapur menyiapkan makanan untuk Nada.
"Non, makan dulu. bibi udah bawain makannya," ucap bi mimin menyimpan Nampan makanan diatas Nakas.
"Nggak laper bi!" ucapnya tak semangat
"Eh nggak boleh gitu, nanti kalau nggak makan den Ando marah Non, tadi den Ando sendiri yang nyuruh bibi buat bawain makannya Non Nada."
Nada mendongak menatap bi Mimin saat mendengar nama suaminya disebut.
"Ando pergi ya bi?" tanyanya pelan. tangannya terulur mengambil nampan yang berisi nasi dan segelas air putih hangat.
"Iya, lho emang nggak bilang sama si Non?"
Nada menggeleng sebagai jawaban, sembari mulai mengunyah makanannya.
"Aduh ari si Aden, kenapa nggak bilang dulu atuh ya, tadi sih ke bibi bilangnya mau latihan. terus malam ini nggak pulang!" Gitu Non."
Nada tersenyum getir, lalu mengangguk. "yaudah makasih ya bi udah ngasih tahu, makasih juga udah dibawain makanan." ucap Nada dengan senyum yang dipaksakan.
"Iya Non sama-sama, yaudah bibi tinggal ke bawah dulu ya, jangan lupa di Abisin lho makanannya."
"Iya bi."
Setelah bi Mimin keluar, Nada menatap Nanar pintu yang baru saja ditutup dari luar oleh bi Mimin.
Menyimpan kembali Nasinya keatas Nakas, yang baru ia makan satu suapan. lalu meringkuk diatas kasur menutupi seluruh tubuhnya, dan menangis dalam diam.
Setelah puas menangis, ia menyibak selimutnya hingga teronggok kelantai, menyambar handuk lalu bergegas kedalam kamar Mandi, mungkin mandi dengan air dingin bisa membuatnya sedikit fresh batin Nada.
Saat sudah selesai mandi dan berpakaian lengkap ia kembali duduk merenung diatas kasur, lalu melirik sisi sebelah kasurnya yang kosong.
Ia kembali meneteskan Air mata, sungguh ia tidak menginginkan keadaan yang seperti ini.