Season 1
Berawal dari sebuah pertemuan yang di penuhi pertengkaran hingga mereka berdua tanpa sadar sama-sama saling takut kehilangan. Namun, kisah mereka tidaklah mudah, Davino Alexander yang memiliki sifat tempramental jatuh cinta pada Aluna Salsabila yang memiliki sikap keras kepala yang tinggi. Banyak sepak terjang yang terjadi di hubungan mereka berdua. Sanggupkah Davino menghadapi tingginya sikap keras kepala dari Aluna dan sanggupkah pula Aluna merubah sifat Davino yang tempramental?
Season 2
Johan Saputra yang tidak lain asisten dari Davino, jatuh cinta dengan sahabat Aluna yaitu Mila yang memiliki otak yang sedikit gesrek. Kesabaran Asisten Jo di uji saat menghadapi sikap Mila yang benar-benar di luar wanita normal pada umumnya tetapi mampu membuat hari-hari Asisten Jo menjadi lebih berwarna.
Jangan lupa ikuti keseruan mereka dan tinggalkan jejak kalian.
Salam sayang dari Author Recehan 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Marvel melempar bantal sofa ke arah Davin. Davin pun semakin tertawa mengejek.
"Ini tuh bukan bucin Vin, tapi karena kakak sangat sayang sama kakak ipar kamu ini." Marvel membela dirinya. Sedangkan Shania hanya diam mendengarkan.
"Sama aja kak. Eh kak Shania gimana kabarnya?" tanya Davin pada Shania yang masih fokus menonton acara kartun itu.
"Baik Vin, kamu juga baik bukan?" tanya Shania sambil menatap Davin penuh arti. Marvel yang melihatnya hanya menyentuh wajah Shania kemudian mengecup pipinya mesra. Davin yang melihat adegan itu hanya diam.
"Aku gak suka kamu lihatin cowok lain begitu lama yang," kata Marvel sambil mengusap pipi Shania dengan lembut.
"Astaga! Ingat kak ada jomblo di sini," kesal Davin. Marvel tersenyum sinis.
"Lagian Kakak tuh lucu. Masa' cemburu sama adik sendiri,"
"Begitu lah kakak kamu Vin, semenjak aku hamil kakak kamu ini jadi posesif banget,"
"Bukan posesif yang. Itu semua karena aku sayang kamu dan aku cuma takut kamu berpaling ke pria lain,"
"Cih! Dasar dokter bucin!" kata Davin sambil beranjak bangun. Dia pun berjalan melewati kakak nya itu.
"Kak, Nanti kalau ketahuan pasien kamu, apa gak hilang wibawa kamu kak? Dokter ganteng,gagah tapi nontonnya budak-budak gundul. Betul betul betul," ejek Davin. Dia mematikan TV itu kemudian berlari pergi ke kamarnya.
"DAVIIN!!" teriakan Marvel begitu menggema di ruangan itu.
"Sudah sabar yang, nanti anak kamu kaget lho," kata Shania sambil mengusap lengan Marvel. Marvel pun menatap Shania kemudian dia mencium perut istrinya yang sudah membuncit itu.
"Amit-amit jabang bayi, amit-amit jabang bayi," kata Marvel sambil mengusap-usap perut istrinya. Shania hanya tersenyum melihat perilaku Marvel.
-------------@@@@---------
"Vin, kamu sudah siap?" tanya Nyonya Anita di depan pintu kamar Davin. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan namun belum ada tanda-tanda Davin akan keluar dari kamarnya. Nyonya Anita pun berkali-kali mengetuk pintu kamar Davin. Namun belum ada tanda-tanda Davin keluar.
"Vin," panggil Nyonya Anita lebih keras.
"Iya Mom. Barusan aku masih di kamar mandi," kata Davin setelah membuka pintu kamarnya.
"Ya sudah, siap-siap gih. Sebentar lagi acara dimulai jangan sampai kita terlambat," kata Nyonya Anita, kemudian dia pergi dari kamar Davin.
"Iya Mom."
Setelah semua siap. Mobil mereka melaju menuju tempat pernikahan itu di salah satu hotel bintang lima. Tiga mobil berjalan beriringan. Kakek Farhan, Tuan Doni dan Nyonya Anita berada dalam satu mobil. Sedangkan Marvel dengan istri tercintanya itu. Satu lagi si Tuan Muda dengan Asisten setianya.
Sesampai di tempat acara mereka pun di sambut dengan begitu antusias. Karena mereka merupakan salah satu tamu kehormatan di acara ini. Keluarga Davin tersenyum sumringah,namun ada satu wajah yang terlihat begitu muram namun dia tutupi dengan senyum tipisnya. Kemudian mereka duduk di kursi yang sudah di sediakan. Acara ijab kabul berlangsung begitu khidmat. Tuan Davin hanya diam mengawasi sekelilingnya, dia bahkan tidak fokus pada ijab kabul yang di ucapkan oleh Ronal. Tiba waktunya mempelai wanita dipanggil masuk ke dalam acara. Hati Davin terasa memanas. Entah mengapa, dia merasakan hatinya begitu sakit. Kemudian dia memejamkan matanya dan menghela nafas berat.
Mungkin ini waktunya aku harus benar-benar merelakannya. aku harus belajar move-on . jika tak bisa move-on biarlah kutunggu jandamu. Kata Davin dalam hati.