Terpaksa Aku Menikah

Santi menangis sejadi jadinya di dalam kamar saat tau surat dari pengadilan itu adalah surat gugatan cerai dan sang suami untuknya, ia tidak menyangka bahwa ia akan Mendapatkan ini dari Ruben meski dari awal memang sudah ada kesepakatan tapi ia berpikir mungkin Ruben akan berubah pikiran seiring dengan berjalannha waktu.

" ternyata kamu benar benar melakukannya mas. Aku pikir kamu akan berubah pikiran, tapi ternyata tidak. Kamu benar benar tidak menganngap pernikahan kita." ucap santi tersedu sedu menatap kembali isi surat itu yang mengatakan sidang akan dilaksanakan tiga hari lagi.

" tidak, tidak, ini tidak boleh terjadi. AKu harus bertemu dengan mas Ruben dan meminta ia untuk mencabut gugatannya terhadapaku. Ya, aku harus menemuinya di kantor. tekat santi dan langsung menghubungi Jovan untuk mengantarnya disana.

Sebenarnya santi bisa saja pergi sendiri, tapi ia takut jika nanti tidak bisa bertemu dengan suaminya mengingat Ruben adalah pemimpin perusahaan besar, jadi tak mungkin bisa sembarang orang bertemu padanya.

" hallo Jovan, tolong bantu aku." kata santi to the point setelah sambungan telponya diangkat."

" ada apa.? apa yang bisa aku lakukan." tanya Jovan

" tolong jemput aku dan antar aku kesuatu tempat, setengah jam aku harap kau sudah datang." Kata santi lagi dan langsung mematikan sambungan telponya dan bersiap untuk berangkat.

Sedangkan yang disebrang sana hanya bisa berdecak dan mengikuti perintah tak terbantahkan itu.

" ckck dasar wanita ini. Untuk sayang kalau tidak sudah aku buang ke artantika." decak Jovan.

Setengah jam kemudian mobil Jovan sudah terparkir di halaman runah Santi. Jovan yang berniat turun kembali mengurungkan niatnya saat santi sudah menerobos masuk kedalam mobil.

" ckck kau itu mau kemana.? kenapa buru buru sekali sih." gerutu Jovan.

" kekantor mas Ruben." jawab Santi cepat tanpa melihat Jovan.

" haa,, untuk apa kau kesana.?" tanya Jovan lagi yang yak mengerti tujuan apa meteka kesana.

" jangan banyak tanya, dan cepat jalankan mobilnya." jawab santi yang sudab mula berkaca kaca menatap Jovan.

Jovan yang melihat itu pun langsung mengerti, ada yang tidak beres terjadi, dan tia memilih untuk tidak bertanya sekarang.

" Baiklah kita akan kesana." ucap Jovan menjalankan mobilnya.

Empat puluh lima menit berlalu, kini mobil Jovan Sudah berada diparkiran halama Gedung tinggi dan luas itu, tanpa menunggu lagi santi langsung turun dan masuk kedalam menuhu meja resepsionis.

" maaf mbak, apa saya bisa bertemu Mas Ruben.?" tanya santi Sopan.

" Pak Ruben pemilik prasetya group maksud anda ?" tanya resepsionis memastikan pendengarannya

" iya mbak pemilik ini." jawab santi tetap tersenyum, padahal dalam hatinya sudah ketar ketir takut tidak di perbolehkan masuk.

Jovan yang sudah berada disampingnya beberapa saat yang lalu berusaha menenangkan Santi dengan mengusap bahu santi pelan.

Sedangkan di sebrang tak jauh dari mereka Riko berdiri melihat dan menyaksikan serta mendengar semua pembicaraan antara Santi dan Resepsionis itu, baru saja sang resepsionis menolak tapi Riko sudah menyela terlebih dahulu.

" maaf nona, tidak sembarang orang bisa menemui bos jik.-" tak sampai selesai Riko datang dan berkata.

" Biarkan dia masuk dan menemui suaminya." kata Riko lantang dan alhasil semua orang terkejut dengan perkataan Riko.

" Mas Riko." ucap Santi tersenyum lega karna ada yang menolongnya.

"Santi apa kabarmu." tanaa Riko tersenyum lembut.

" aku baik mas, oh ya mas Riko ada di dalam.?" tanya santi lagi dengan senyum manusnya, dan itu justru membuta Riko pilu karna ia tau apa yang terjadi diantara suami istri itu.

" ada di dalam, kamu masuklah." ucap Riko dengan senyum yang dibuat semanis mungkin agar santi tidak melihat bahwa pria didepannya ini sedang kasihan padanya yang akan membuat santi semakin sedih.

" Mas Riko gk ikut masuk.?" tanya santi.

" Nanti saja. Kamu dulu saja yang masuk, aku bisa bertemu dengannya kapan saja aku mau. Dan dengarkan semua yang ada disini terutama kalian." tunjuk Riko pada kedua resepsionis itu.

" jangan sekalipun kalian menghalangi wanita yang ada disampingku ini ( tunjuk santi ). karna dia adalah istri dari pemilik perusahaan ini yang tam lain adalah bos kalian.! jadi jika tidak ingin kelhilanga pekerjaan, maka bersikaplah sopan." tegas Riko.

mereka semua membelalak kaget, karna pasalnya mereka tidak mengenal siapa yang menjadi istri dari sang bos, meskipun mereka sudah mendengar kabar pernikahan Ruben tapi tidak melihat siapa wanita beruntung itu.

Mereka semua menunduk takut, tidak ada yang berbicada sedikitpun, karna mereka tau Riko merupan sahabat bos mereka dan jika Riko mau mereka dipecat maka saat itu juga mereka akan kehilangan pekerjaan.

Sedangkan santi yang mendengar itu hanya bisa menahan sakit. bukan senang saat mendengarnya , tapi sakit saat tau sebentar lagi mereka akan berpisah.

" masuklah San." ucao Jovan menyadarkan Santi.

" eh ia, aku masuk dulu Van, mas." pamit Santi.

" Ya." jawab mereka bersamaan.

Setelah santi pergi, ketegangan meliputi dua orang yang masih berdiri disana, mereka saling memasang wajah dingin, saling menatap tajam satu sama lain, hingga Jovan memilih pergi dari sana dan menunggu santi dalam mobil.

" cih." Riko mencibir saat Jovan memilih pergi.

Bersambung....