Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35 Selalu Ada
"Rel, Lo marah?" tanya Ken hati-hati. Dia ikut duduk di sebelah Luna yang saat itu duduk di balkon dengan menyandarkan kepalanya di depan besi pembatas.
"Gak," jawab gadis itu singkat, tanpa menatap kearah Ken.
"Gue minta maaf. Gue gak bermaksud buat Lo kesel," ucap Ken penuh sesal. Dia tahu Luna kesal padanya, meski gadis itu mengatakan tidak.
"Iya," jawab Luna lagi, masih belum mau menatap ke arah pemuda itu.
Ken menghela napas panjang, "Gue gak akan gitu lagi kalau di depan anak-anak, maaf ya gue salah," ucapnya.
"Ck, ngeselin banget. Gue malu diledekin sama mereka Ken. Lo sih, ah!" Luna akhirnya membuka suara, mengeluarkan kekesalannya pada pemuda itu. Dia menatap Ken dengan wajah tidak bersahabat.
"Sorry," sahut Ken menyesal.
"Lagian maksud Lo kaya gitu tu apa sih?" Luna memutar bola matanya malas.
"Ya gue pengen aja, gak boleh ya?" jawab Ken hati-hati.
"Tau ah, terserah Lo!" setelah mengatakan itu Luna beranjak dari sana.
"Mau kemana?" Ken manahan pergelangan tangan Luna, tidak membiarkan gadis itu pergi.
"Pulang," jawab Luna berusaha melepas pergelangan tangannya.
"Nanti gue yang anter, gue yakin mereka masih di luar. Kalau Lo mau istirahat, tidur di kamar gue." Ken menarik lembut tangan Luna, hingga gadis itu menghadap ke arahnya.
"Kunci aja kamarnya dari dalam, gue gak akan masuk sembarangan," ucapnya lagi.
Luna terdiam, dia takut jika penguntit itu masih berada di luar dan menunggu dirinya. Bisa saja nanti dia tidak selamat dari penguntit tersebut.
"Yaudah, gue mau tidur. Lo gak boleh masuk sembarangan!" Luna memperingati.
"Iya, iya, Gue ada janji sama Johan. Kunci dari dalam aja kamarnya, takut nanti ada masuk," pesan Ken sebelum Luna masuk ke dalam kamarnya.
Luna mengangguk, dia langsung masuk ke dalam kamar Ken yang memang berada tepat di belakang mereka. Luna memutuskan untuk tidur siang disana, sambil menunggu Ken yang katanya akan mengantar dia pulang.
Kamar Ken di markas bukan tempat asing lagi bagi Luna, hingga dia merasa di dalam kamar sendiri. Meski ada batasan disana, Luna tidak akan sembarangan membuka barang milik Ken.
Sedangkan Ken turun ke lantai bawah guna menemui Johan yang sudah menunggunya. Tak sabar ingin mengetahui siapa sebenarnya yang mengikuti Luna sejak tadi.
"Gimana Jo?" tanya Ken yang sejak tadi sudah menyuruh Johan melihat CCTV di depan markas.
"Mereka masih di sini Ken, Lo lihat aja sendiri." Johan menggeser laptopnya hingga memperlihatkan CCTV yang dimaksud Ken.
"Niat banget tu orang. Gimana Lo udah lacak plat nomornya?" tanya Ken lagi.
"Udah Bos, sesuai dugaan Lo sebelumnya, plat nomor bodong, gak ada plat nomor seperti itu," jawab Johan.
"Berarti mereka sudah menyiapkan semuanya," sahut Ken yang memang sudah menebak sebelumnya.
"Mereka ada keluar mobil tadi sebentar, wajahnya asing. Lo lihat sendiri aja, mungkin Lo kenal." Kini Johan kembali menggeser laptop tersebut mengotak-atiknya sebentar lalu kembali memperlihatkan laptop itu pada Ken.
"Lo kenal?" tanya Johan.
Ken menggelengkan kepala, "Gue sama sekali gak kenal. Kalau mereka kenal sama gue, udah pasti mereka gak akan ngikutin sampai depan markas Jo, gue yakin mereka gak kenal kita dan gak kenal Scorpion," jelasnya.
Johan mengangguk membenarkan, "Apa mungkin cewek Lo punya musuh Ken?" tanyanya.
Ken menggelengkan kepala, "Kalau itu gue gak tahu, dia gak pernah cerita soal itu," sahutnya.
"Lo tanya aja, kalu beneran dia punya musuh, kita mudah mencari informasi," ujar Johan lagi.
"Menurut gue ya Ken, Lo perlu melakukan penjagaan buat Luna. Apalah itu, bisa jadi nih orang bakalan melakukan hal yang gak kita inginkan disaat ada kesempatan. Lo kan gak mungkin ada di deket dia mulu," Raka yang sejak tadi diam, kini mulai memberi saran.
Ken menganggukkan kepala, "Lo bener Ka. Kayaknya tuh orang-orang suruhan buat nyulik Luna atau mencelakai dia. Kita perlu penjagaan memang. Kalau bener dia orang bayaran, sudah pasti akan melakukan pekerjaannya sampai tuntas," sahut pemuda itu.
"Nah itu yang gue takutkan Ken," sahut Raka.
Ken menganggukkan kepala, dia harus melakukan sesuatu untuk keselamatan Luna.
☘︎☘︎☘︎☘︎
Sore hari sesuai janjinya, Ken mengantar Luna menggunakan mobil. Sengaja ingin mengelabuhi si penguntit. Jika menggunakan sepeda motor, sudah pasti si penguntit akan tahu jika Luna keluar dari tempat itu.
"Lo punya musuh gak?" tanya Ken saat mereka sudah berada di dalam mobil. Tapi masih berada di parkiran markas, bahkan mobil belum berjalan.
Luna berfikir sejenak, "Satu-satunya musuh gue sekarang itu cuma Papa gue sendiri Ken, gue kayaknya gak punya musuh lain deh," jawab gadis itu.
Ken menganggukkan kepala, "Apa mungkin orang yang pernah Lo bully waktu SMA? Mungkin ada yang dendam gitu sama Lo sampai sekarang?" tanyanya lagi.
Luna terdiam sejenak, "Kayaknya enggak deh Ken, mereka semua bukan orang pendendam, kalaupun iya, kenapa harus sekarang coba? Gak dari dulu aja?"
"Lo bener. Bentar, gue kasih tunjuk sesuatu." Ken mengeluarkan ponselnya lalu mengotak atik sebentar dan memberikan ponsel itu pada Luna.
"Lo kenal?" tanyanya.
Luna menggelengkan kepala, "Gue gak kenal, siapa mereka Ken?" tanyanya setelah melihat foto di ponsel Ken.
"Itu orang yang nguntit Lo," jawab Ken.
"Tapi bukan orang-orang Papa deh keknya, soalnya gue tahu beberapa orang-orang Papa. Papa juga keknya gak mungkin, soalnya udah dapet uang banyak dari Herdi," ujar Luna saat mengingat itu semua.
"Lagian kalau mau nyulik gue, Papa gak mungkin nyuruh orang, kan?"
"Iya Lo bener Rel, yang penting Lo tetep harus hati-hati," sahut Ken sebelum mengendarai mobil itu.
Mereka keluar dari gerbang markas, ternyata mobil itu masih berada di sana. Luna tentu saja terkejut, bahakan mereka sudah berjam-jam menunggu Luna keluar.
"Mereka masih di sini Ken," ujar Luna.
"Hm, gue udah tahu. Makannya lebih baik Lo pulang naik mobil sama gue, lebih aman dari pada naik motor, mereka bakal langsung ngenalin Lo," sahut Ken.
"Terus gue ke prom nya gimana Ken, kalau motor gue di markas?" tanya Luna, sebab nanti malam dia harus pergi ke sekolah untuk prom night bersama yang lain.
"Gue siap jadi supir pribadi Lo hari ini," sahut Ken terkekeh.
"Baik pak sopir!" sahut Luna ikut terkekeh juga.
Ah, dia banyak sekali berhutang budi dengan pemuda itu. Entah apa yang harus dia lakukan untuk membalas utang budi tersebut.
"Mau ke apartemen langsung atau kemana dulu tuan putri?" tanya Ken menatap Luna sebentar karena dia fokus menyetir.
Luna terkekeh, "Ke apartemen langsung aja Pak sopir, soalnya saya belom mandi, mau mandi dulu," jawabnya.
"Siap laksanakan!"
Keduanya tertawa bersama akan kekonyolan mereka. Ken menatap Luna yang sedang tertawa, hatinya menghangat karena bisa membuat gadis itu tertawa lepas ditengah kesulitan dan bahaya yang Luna hadapi. Harapannya semoga kehangatan ini akan terus ada diantara mereka.
Tak lama mobil yang Ken kendarai sampai di basement apartemen. Keduanya turun secara bersamaan.
"Saya tunggu di mobil saja ya tuan putri," ucap Ken masih dengan drama yang tadi.
"Gak boleh, harus ikut naik." Luna menarik tangan Ken, membuat pemuda itu tersenyum menatap tangannya yang di genggam oleh Luna. Kebahagiaannya makin bertambah melihat hal itu. Tapi setelahnya, Ken memilih merangkul pundak Luna.
"Gini lebih baik," ucap pemuda itu.
Luna hanya tersenyum menanggapi, dia sama sekali tidak keberatan akan perlakuan Ken padanya. Dia justru bersyukur ada Ken didekatnya, karena pemuda itu menjadi teman sekaligus pelipur lara untuknya. Ken selalu ada buat Luna, bahkan saat Luna mengabaikan pemuda itu. Ah, sepertinya akan makin sulit saja lepas dari genggaman Ken.
gak bener nih teman teman nya Luna