Anne Ciara atau Anci, harus merelakan semua kebahagiaannya karena harus bertunangan dengan cowok yang menjadi sumber luka dalam hidupnya. Tak ada pilihan selain menerima.
Namun suatu hari, seseorang mengulurkan tangannya untuk membantu Anci lepas dari Jerrel Sentosa, tunangannya.
Apakah Anci akan menyambut uluran tangan itu, atau Anci memilih tetep bersama tunangannya?
" Jadi cewek gue.. Lo bakalan terbebas dari Jerrel. " Sankara Pradipta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSFA 35
Cynthia berjalan ke arah meja belajar yang letaknya ada di dekat jendela kamarnya. Dia buka laci paling bawah, laci ke empat. Dia ambil sebuah album, setelahnya dia kembali menutup laci itu.
Cynthia bawa album itu ke atas ranjang, dia ingin menunjukan pada Anci. Jauh lebih mudah menceritakan pada Anci dengan melihat sendiri bukti perjalanan kisahnya dengan Dendi. Karena ternyata, kisah mereka dimulai jauh dari sebelum dia kenal dengan Anci.
" Ini.. " Anci melihat foto anak kecil berjenis kelamin laki-laki berdiri menatap bayi lucu yang sepertinya berjenis kelamin perempuan.
" Ini Dendi.. Nah ini gue waktu masih bayi. " terang Cynthia.
Anci terperangah kaget, kalau saja dia belum melihat foto-foto tadi, dia tidak akan percaya kalau kisah Cynthia dan Dendi di mulai sejak keduanya masih piyik.
" Kaget kan lo.. " Cynthia terkekeh.
" Gue kenal dia dari bayi, dari pertama kali gue bisa lihat muka dia udah nongol aja di depan gue. Apalagi mama sama papa gue ada utang budi sama ayah. " ayah disini adalah ayahnya Dendi.
Baik Cynthia maupun Dendi sejak dulu sudah diajarkan untuk memanggil kedua orang tua mereka seperti itu. Ayah-bunda untuk orang tua Dendi, dan papa-mama untuk orang tua Cynthia.
" Utang budi?? Ortu lo ada utang banyak gitu sama ortunya kak Dendi. Trus sebagai gantinya lo dijodohin sama anaknya gitu? " tebak Anci sok tahu.
" Dih.. Dikata cerita gue kek elo. " Anci terkekeh sinis. Tepat sasaran sekali, mana ngomongnya pakai ngotot lagi si Cynthia ini.
" Papa dulu pernah hampir aja dibegal pas pulang malam-malam di jalanan sepi dekat komplek. Pas banget kebetulan itu ayah lewat, jadilah ditolong. Makanya keluarga gue sama keluarga dia jadi dekat banget... "
" Kalau ini foto waktu kami SD.. " Cynthia tunjuk fotonya berdiri di samping Dendi. Nampak Cynthia cubby sekali, pipi bulat dan rampung dikuncir dua.
" Pas SMP sama SMA nggak bisa satu sekolahan. Cuma gue tetep sekolah di bekas dia sekolah. Kalau gue masuk kelas 1 dia udah lulus. " Anci mengangguk-angguk paham. Matanya masih fokus menatap setiap momen dalam hidup Cynthia dan Dendi yang diabadikan lewat kamera oleh kedua orang tua mereka.
" Kak Dendi ada juga album kek gini? " Cynthia mengangguk.
" Persis?? " kembali Cynthia mengangguk.
WWAAAAOOOWWWWW...
Anci makin takjub, hubungan mereka sudah sedekat nadi tapi kenapa malah kagak bisa kecantol gitu hati mereka. Malahan kalau keduanya disatukan, bawaannya ribut mulu. Anci sampai jengah tadi siang gegara Dendi dan Cynthia yang selalu berbeda pendapat.
" Jujur ya.. Waktu kelas 1 SMA kami pacaran.... "
" WHHHAAATTTT??? "
" Mulut lo.. Biasa aja keles. " Cynthia melotot.
Dia tengok jendela besar yang ada di dalam kamarnya, entah apa maksudnya tapi Cynthia terlihat celingukan menatap luar.
" Cuma sebulan atau dua bulan aja sih. Trus putus. " lanjutnya bercerita.
" Lahhh?? Kenapa begitu? Kak Dendi lumayan lah, termasuk cowok ganteng juga. Tuh buktinya dia masuk anggota The Better. " heran Anci. Cowok ganteng kok diputusin.
" REDFLAG dia mah.. " Anci jelas tak percaya. Wajahnya terlihat sangsi.
" Pas acara pertunangan lo sama kak Jerrel, lo nggak tahu kan gue hadir.. Soalnya gue di sana cuma 5 menit doang. "
" Gue langsung balik pas begitu masuk dan mata gue lihat si Dendot itu lagi pelukan sama cewek yang lagi nangis. " Anci garuk-garuk pelipis. Menurutnya alasan Cynthia untuk putus nggak banget deh.
" Kan belum tentu... " protes Anci tak Terima ending kisah sahabatnya ini cuma segitu aja.
" Sampai sekarang juga Dendi selalu luangin waktu buat itu cewek, Anci.. Katanya sih sepupu jauh kak Jerrel. Cuma dia beneran apa boong gue kagak tahu. " Cynthia terlihat sedih sekarang. Padahal sejak cerita tadi wajahnya biasa saja, malah kadang cengengesan.
" Cyn... "
" Gue nggak apa.. Emang bukan jodoh aja kali. " Cynthia sok tegar. padahal sebenarnya dia sampai hari ini masih sakit hati. Makanya galak bener kalau ada di dekat Dendi.
" Dahlah kita bobo aja.. Besok lanjut ngobrol lagi. Mata gue dah pedih ini dongengin lo. "
" Dih.. Dongeng? "
Keduanya pun kembali bersiap untuk mengarungi mimpi. Sembari berharap besok hari akan lebih baik lagi dibanding hari ini.
******
Sejak semalam San memang masih di rumah sakit, tidur di sana sesuai ucapan omanya. Sudah sempat ber telepon dengan Anci dan menjelaskan situasinya secara singkat, hati San jauh lebih lapang sekarang.
Hanya saja ketenangan San harus terganggu saat dia mendapati Budi Yanuar dan istrinya datang menjenguk Gemma. Kalau ada dua orang itu pasti...... cewek menyebalkan itu juga ada disini.
Tanpa banyak bicara, San kembali berbalik meninggalkan kamar rawat inap Gemma. Dia urungkan niatnya untuk masuk. Namun jika takdir memang harus mempertemukan mereka, mau San menghindar sampai ke ujung dunia juga pasti mereka akan kembali ketemu.
Gladys terlihat berjalan semakin mendekati posisi San. Cewek satu itu tengah berbincang dengan Jerrel, belum tahu jika ada San berdiri di lorong yang sama dengannya. Sampai kemudian Jerrel menyadari keberadaan San.
" Bang.. Mau kemana? Kok nggak di kamar paman? " tanya Jerrel sok perhatian sekali pada Gemma. Padahal San tahu, dalam hati Jerrel akan lebih bahagia kalau Gemma itu tidak pernah ada.
" Mau balik.. " tetap San jawab, sebagai bentuk kesopanan seperti yang selalu diajarkan dan dijunjung tinggi keluarga Black.
' Sebenci apapun kita pada seseorang, saat orang itu bertanya biasakan untuk tetap menjawab meski dijawab dengan nada sinis sekalipun. '
" Kok balik sih, San? Aku kan baru aja dateng. Nih aku sempetin mampir beli sarapan. Aku yakin kamu belum sarapan kan. " Gladys abaikan tatapan tajam San. Dia tetap bertingkah seolah dia memang sudah sedekat itu dengan San.
Walau jujur saja, Gladys sebenarnya takut San bertindak kasar padanya. Lebih ke malu sih, soalnya semua mata terlihat memperhatikan mereka bertiga. Apalagi ini rumah sakit milik Carmen Black, oma San.
Jelas semua orang mengenali cowok ini sebagai cucu pemilik rumah sakit dan Gladys juga pasti langsung dikenali sebagai calon tunangan. Berita mereka sempat heboh kemarin.
" Nggak usah sok akrab sama gue. " peringatan San saat Gladys mendekat, hendak meraih tangannya.
" Gue masih hormati papa lo yang jadi teman papi gue. Selebihnya, lo nggak ada artinya buat gue. " ucapan San tajam sekali.
" San.. Tapi kita kan bakal tunangan besok lusa.. " anggap saja Gladys sudah gila dengan mengabaikan peringatan San barusan.
" Bukan gue yang buat itu berita.. Jadi sana, tuntut orang yang bikin berita itu. Bukan ke gue.. Dan satu lagi.. " tubuh San semakin maju mendekat. Kalau dilihat dari jauh, keduanya seperti tengah berciuman.
" Lo itu siapa berani mengambil tempat cewek gue pakai segala ngaku tunangan gue.. Cewek gue seribu kali lebih segalanya dari cewek maniak kek lo.. " tubuh San kembali tegap.
" Jangan sampai gue kasar ke lo kalau lo masih nggak tahu diri, Gladys Yanuar.. "
Tubuh Gladys membeku, tidak bisa bergerak sama sekali bahkan bersuara. membalas ucapan tajam yang menyakitkan dari San saja Gladys tidak sanggup. Apalagi apa tadi kata San..
Ceweknya??
San punya cewek?
Siapa? Kenapa dia tidak tahu sama sekali?