NovelToon NovelToon
Bereinkarnasi Ke Dunia Tensura

Bereinkarnasi Ke Dunia Tensura

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: BUBBLEBUNY

Luke Alvarez laventez adalah anak satu-satunya dari keluarga laventez, dikabarkan kedua otangtuanya telah meninggal dunia saat dia berusia 14 tahun. Lalu Luke dirawat oleh pembantunya, dia memiliki tujuan ingin berkerja paruh Waktu agar tidak selalu merepotkan pembantunya itu.Sejak Luke duduk dibangku SMP sangat suka sekali dengan anime dan game, dia sampai mengumpulkannya hingga sekarang.

Lalu Luke memiliki rencana ingin membeli figur aksi anime yang baru saja rilis yaitu tensura dan dia segera bergegas agar tidak kehabisan. saat diperjalanan ia bertemu dengan seseorang yang ingin ditikam dan dia sangat tidak beruntung.

Akankah di kehidupan berikutnya Luke akan mendapatkan keberuntungan atau malah menjadi kesialan baginya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BUBBLEBUNY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertempuran Untuk Tempest

Di tengah lembah terpencil, latihan Luke dan Diablo mencapai puncaknya. Energi mereka bergejolak, menciptakan pusaran kekuatan yang menggetarkan bumi. Kai dan Ryu muncul sepenuhnya, mata mereka memancarkan keganasan yang tak terkendali.

"Kita harus mengendalikan mereka sekarang!" teriak Luke, berusaha menahan Kai agar tidak menyerang tanpa pandang bulu.

"Aku tahu!" jawab Diablo, mencoba menenangkan Ryu yang siap menghancurkan segalanya. "Kita harus menemukan titik tengah, tempat di mana kita bisa menggunakan kekuatan mereka tanpa kehilangan diri kita sendiri."

Mereka berdua memfokuskan pikiran mereka, mencoba menjalin komunikasi dengan alter ego mereka. Mereka menyadari bahwa Kai dan Ryu bukanlah musuh, melainkan bagian dari diri mereka yang ingin melindungi mereka dari bahaya.

"Kai, aku tahu kau ingin melindungiku," kata Luke, berbicara dengan Kai dalam pikirannya. "Tapi aku mohon, jangan biarkan kemarahanmu mengendalikanmu. Kita harus bekerja sama."

"Ryu, aku mengerti kau ingin menghancurkan semua musuh kita," kata Diablo, berbicara dengan Ryu dalam pikirannya. "Tapi kita tidak bisa membunuh tanpa alasan. Kita harus adil dan bijaksana."

Perlahan tapi pasti, Kai dan Ryu mulai merespons. Kegelapan di mata mereka sedikit mereda, dan mereka mulai mendengarkan Luke dan Diablo.

"Baiklah," kata Kai, suaranya masih kasar tapi sedikit lebih tenang. "Aku akan mencoba untuk mengendalikan diriku."

"Aku juga," kata Ryu, matanya sedikit melembut. "Tapi aku tidak akan ragu untuk membunuh jika itu diperlukan."

Luke dan Diablo menghela napas lega. Mereka tahu bahwa mereka masih memiliki jalan panjang untuk dilalui, tetapi mereka telah membuat kemajuan yang signifikan.

Sementara itu, di luar Tempest, Souei, Gabiru, dan pasukan mereka berusaha keras untuk menembus penghalang sihir yang diciptakan oleh para penyihir Falmuth. Penghalang itu sangat kuat, menyerap kekuatan mereka dan membuat mereka tidak berdaya.

"Sial!" umpat Souei, mencoba menembus penghalang dengan kunai-nya. "Penghalang ini terlalu kuat. Kita tidak bisa melewatinya."

"Apa yang harus kita lakukan, Souei-dono?" tanya salah satu bawahan Gabiru, tampak putus asa. "Tempest dalam bahaya, dan kita tidak bisa berbuat apa-apa."

"Kita tidak boleh menyerah," kata Gabiru dengan semangat. "Kita akan mencari cara untuk menembus penghalang ini, tidak peduli apa pun yang terjadi."

Mereka terus mencari celah dalam penghalang, mencoba berbagai cara untuk menembusnya. Akhirnya, mereka menemukan sebuah gua tersembunyi yang pernah digunakan untuk mengurung Veldora.

"Mungkin kita bisa menggunakan gua ini untuk melewati penghalang," kata Souei, memeriksa gua itu dengan cermat. "Gua ini mungkin memiliki koneksi ke tempat lain di dalam Tempest."

Mereka memasuki gua itu dengan hati-hati, berharap menemukan jalan keluar. Namun, mereka tidak tahu bahwa bahaya sedang mengintai di depan mereka.

"Bagaimana ini Souei-dono di gua ini tidak ada jalan untuk menghubungkan hingga ke kota?" Kata Gabiru yang merasa sangat cemas dengan kondisi Tempest

"Sepertinya kita harus menghubungi Rimuru-sama" Kata Souka yang mulai angkat bicara sambil melirik ke arah Souei

"Baiklah aku akan mencoba untuk menghubungi Rimuru-sama" Kata Souei dengan dinginnya dan tegas

Di dalam gua, Souei terus mencoba menghubungi Rimuru, sementara Gabiru dan Souka memeriksa sekeliling, mencari jalan keluar. Kegelisahan mereka semakin meningkat seiring berjalannya waktu.

"Rimuru-sama, tolong jawab," gumam Souei, mencoba mengirimkan pesan telepati sekali lagi.

Akhirnya, sebuah suara lemah terdengar di benaknya. "Souei... ada apa...?"

"Rimuru-sama! Kami tidak bisa menembus penghalang Falmuth," kata Souei dengan nada lega sekaligus khawatir. "Tempest dalam bahaya!"

"Aku tahu," jawab Rimuru dengan suara yang lebih jelas. "Aku sedang dalam perjalanan kembali. Bertahanlah sebisa mungkin."

"Bagaimana dengan Luke-dono dan Diablo-dono?" tanya Souei.

"Mereka sedang berlatih di dekat Tempest," jawab Rimuru. "Aku akan menghubungi mereka juga. Jaga dirimu, Souei."

Telepati terputus, meninggalkan Souei dengan perasaan lega sekaligus cemas. Ia tahu bahwa Rimuru akan segera kembali, tetapi ia juga tahu bahwa Tempest tidak bisa bertahan lama tanpa bantuan.

"Kita harus melakukan sesuatu," kata Gabiru, mengepalkan tinjunya. "Kita tidak bisa hanya berdiam diri di sini."

"Aku setuju," kata Souka. "Kita harus mencari cara untuk membantu Tempest, meskipun kita tidak bisa menembus penghalang."

Mereka bertiga berpikir keras, mencoba mencari solusi. Tiba-tiba, Gabiru teringat sesuatu.

"Dulu, Veldora-sama pernah mengatakan bahwa gua ini memiliki koneksi ke tempat lain di dunia," kata Gabiru. "Mungkin ada jalan rahasia yang bisa kita gunakan untuk mencapai Tempest."

"Itu ide yang bagus, Gabiru," kata Souei. "Mari kita cari jalan rahasia itu."

Mereka mulai menjelajahi gua itu dengan lebih cermat, memeriksa setiap sudut dan celah. Akhirnya, mereka menemukan sebuah lorong sempit yang tersembunyi di balik air terjun.

"Ini dia!" seru Souka. "Ini pasti jalan rahasia yang dicari oleh kakak."

Mereka memasuki lorong itu dengan hati-hati, berharap lorong itu akan membawa mereka ke Tempest.

Sementara itu, di Federasi Jura-Tempest di kota Rimuru, kekacauan dan keputusasaan merajalela. Pasukan Falmuth terus membantai para penduduk, dan para pembela Tempest semakin terdesak.

Di tengah pertempuran yang sengit, Shuna berusaha melindungi para pengungsi dengan sihirnya. Ia menciptakan perisai pelindung, menyerang para prajurit Falmuth dengan petir dan api, dan menyembuhkan para korban yang terluka.

Namun, jumlah musuh terlalu banyak. Shuna kewalahan dan kelelahan.

Tiba-tiba, seorang perwakilan dari Kerajaan Falmuth muncul di hadapannya, menyeringai sinis.

"Kau adalah penyihir yang kuat," kata perwakilan itu. "Tapi kau tidak bisa menghentikanku."

Perwakilan itu mengangkat pedangnya, siap untuk membunuh Shuna. Tiba-tiba, seorang goblin kecil melompat di depan Shuna, melindunginya dengan tubuhnya.

"Gobzo!" teriak Shuna, terkejut.

Pedang itu menembus tubuh Gobzo, membuatnya terhuyung mundur. Shuna selamat, tetapi Gobzo terluka parah.

"Shuna-sama... aku... senang... bisa... melindungimu..." kata Gobzo dengan suara lirih, sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

Shuna berlutut di samping Gobzo, air matanya mengalir deras. Ia tidak bisa mempercayai bahwa Gobzo telah mengorbankan dirinya untuknya.

"Gobzo... kenapa...?" isak Shuna, hatinya hancur.

Kematian Gobzo menambah kesedihan dan keputusasaan di antara para penduduk Tempest. Mereka merasa seolah-olah harapan telah hilang.

Di dalam Tempest, pasukan Falmuth terus menyerbu masuk, membantai para penduduk yang tidak bersalah. Shion, dengan keberanian dan tekad yang membara, berusaha melindungi para pengungsi dengan sekuat tenaga.

"Jangan takut!" teriak Shion, menebas para prajurit Falmuth dengan pedangnya. "Aku akan melindungi kalian semua!"

Namun, jumlah musuh terlalu banyak. Shion kewalahan dan terluka parah. Di tengah kekacauan itu, seorang perwakilan dari Kerajaan Falmuth melihat seorang anak goblin yang ketakutan. Dengan senyuman sinis, dia mengangkat pedangnya, siap untuk membunuh anak itu.

"Tidak!" teriak Shion, melompat di depan anak itu untuk melindunginya.

Pedang itu menembus tubuh Shion, membuatnya terhuyung mundur. Anak goblin itu selamat, tetapi Shion terluka parah.

"Shion-sama!" teriak para pengungsi, berlari menghampirinya.

Shion tersenyum lemah pada mereka. "Jangan khawatir," katanya dengan suara lirih. "Aku akan selalu melindungi kalian."

Shion menghembuskan napas terakhirnya, mengorbankan dirinya untuk melindungi anak goblin itu. Kematiannya meninggalkan luka yang mendalam di hati para penduduk Tempest.

 

1
BUBBLEBUNY
why?
ラマSkuy
kok agak Sus ye gw liat setelah baca bab pertama ini jadi ngeri gw😰
BUBBLEBUNY
greget banget kayanya
BUBBLEBUNY
ya tapi gak seintim itu sih
BUBBLEBUNY
kaget atau apa?
BUBBLEBUNY
lebih tepatnya ortunya
Keano
/Shame//NosePick/yang sopan tuan muda, gitu gitu dosen lebih tua dari mu/Pooh-pooh/ ada uang, tapi tatakrama minus
Keano
🗿jirr, bl kah?
Keano
🗿🗿Hah?
Keano
mereka pendatang ya? bukan asli Jepang?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!