NovelToon NovelToon
The Curse Of Beauty

The Curse Of Beauty

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Kecantikan selalu diartikan sebagai keberuntungan

Apa yang terjadi ketika kecantikan yang diberikan oleh Tuhan berakhir sebagai kutukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Pertemuan dengan ibu Tuan Arman berlangsung lancar. Tidak ada hambatan. Padahal Kirana pikir akan ada pertentangan dari ibu Tuan Arman. Atau setidaknya sedikit rasa tidak suka yang terpancar di wajah. Namun semuanya tidak ada.

Apalagi ketika Tuan Arman dan dirinya menampakkan kemesraan yang berlebihan. Ibu Tuan Arman tersenyum senang. Terlihat pada senyum yang terus mengembang di wajah. Hal itu membingungkan Kirana.

Ada lagi yang tidak sesuai dengan perkiraan Kirana. Tuan Arman menyetujui pertemuan kedua. Tidak dilakukan dalam waktu sebulan kemudian. Hanya dalam dua hari kemudian. Tepat di hari Senin. Di hari kerja yang aktif.

Padahal dia sudah memberi kode agar Tuan Arman membatalkan pertemuan kedua. Tapi atasan yang wajahnya mirip orang bodoh itu tak bergeming. Malahan tersenyum terus seperti tak memiliki kesalahan.

"Tuan, hari Senin besok pekerjaan di kantor sangat padat. Saya tidak mungkin menemani ibu Anda makan siang dan berbelanja" kata Kirana lalu senyum di wajah Tuan Arman menghilang.

"Hari Senin? Kenapa kau bekerja? Bukankah restoran tutup di hari Senin?"

Apa Tuan Arman sudah gila?

"Tuan, Juwita bekerja di restoran. Tapi Kirana bekerja di perusahaan Anda sebagai asisten" jawabnya.

Tuan Arman mulai menggaruk-garuk kepalanya. Pasti sekarang atasannya itu sudah sadar akan kesalahannya.

"Aku akan memikirkannya nanti"

"Pastikan Anda mengaturnya dengan baik. Karena saya tidak mungkin berada di dua tempat secara bersamaan"

"Iya, aku akan memikirkannya. Jangan desak aku sekarang!" ucap Tuan Arman dengan nada tinggi.

Tak lama seorang pria mendekat ke meja mereka. Sepertinya pengunjung restoran lain.

"Kau cantik sekali. Apa aku boleh minta nomormu?" tanya pria itu.

"Apa?"

Kirana tidak memperhatikan dari tadi, tapi ternyata semua pengunjung restoran sedang memperhatikan ke arah mejanya. Yang pria menatapnya penuh arti. Sedangkan yang wanita melihatnya dengan ujung alis tertarik ke atas. Apa karena penampilannya? Kenapa ini terjadi lagi? Padahal dia pikir, penampilannya biasa saja.

"Bagaimana cantik?" tanya pria itu lagi.

Kirana baru saja ingin menolak lalu Tuan Arman berdiri.

"Dia kekasihku. Aku baru saja mempertemukannya dengan ibuku. Dan kau berani meminta nomornya?!"

Ucapan Tuan Arman yang disertai suara berat dan ketegasan mantan militer itu terdengar hampir di seluruh restoran. Semua orang yang sedang menatap Kirana segera membuang muka.

"Apa ada yang salah dengan penampilan saya?" tanya Kirana mulai merasa risih.

"Tidak. Tidak ada yang salah" jawab Tuan Arman yang sudah duduk kembali.

"Lalu kenapa orang-orang melihat saya?"

Kirana pikir Tuan Arman akan menjawab pertanyaannya. Namun pria itu marah padanya.

"Harusnya kau segera menolak! Kalau kau tidak menjawab, mereka akan menganggap kau wanita murahan"

Wanita murahan? Bagaimana bisa Tuan Arman menyebutnya seperti itu di tempat umum?

"Saya tidak segera menolak karena terkejut. Bukan karena mau! Lagipula, saya bisa melindungi diri sendiri. Tidak perlu bantuan Anda"

Tuan Arman tidak menanggapi. Hanya segera mengajaknya pulang. Dalam perjalanan Tuan Arman juga bungkam. Sama sekali tidak bicara apa-apa. Padahal Kirana ingin tahu apa yang dia lakukan hari ini benar atau kurang. Kalau kurang, dia bisa memperbaiki diri.

Mobil sampai di daerah tempat Kirana tinggal. Sebelum dia turun, tiba-tiba sebuah jaket diletakkan tepat membungkus dirinya karena ukuran yang besar

"Kenapa?" tanyanya pada pria yang memiliki jaket itu.

"Menggunakan barang pria akan melindungi mu. Hari ini berjalan dengan baik. Untuk hari Senin, aku akan memikirkan bagaimana caranya kau dan ibuku bisa makan siang bersama. Jangan mengkhawatirkan tentang hal itu!"

Mendengar perkataan Tuan Arman, Kirana menjadi sedikit tenang. Pria itu ternyata mengetahui kegelisahan hatinya.

"Baik. Terima kasih juga untuk makan malamnya. Saya pulang dulu"

"Hemm"

Kirana pikir, Tuan Arman akan segera pergi ketika dia turun dari mobil. Ternyata pria itu memperhatikannya sampai masuk ke dalam rumah baru menyalakan mesin mobil dan pergi.

Hari Senin datang dan Kirana bekerja seperti biasa. Tidak memiliki persiapan untuk pertemuan kedua dengan ibu Tuan Arman yang akan dilaksanakan siang nanti.

"Kirana, aku mendapatkan ijin agar kau ikut briefing klien hari ini" kata manajer produksi kreatif.

"Benarkah? Hari ini?"

Sebenarnya Kirana senang sekali. Ini kesempatan baginya mendapatkan ilmu dan pengalaman tambahan. Hanya saja dia khawatir dengan pertemuan kedua dengan ibu Tuan Arman.

"Apa Tuan Arman memberi ijin?" tanyanya.

"Iya. Tuan Arman mengijinkan. Jadi jam sepuluh tepat pagi ini, kita akan bertemu dengan klien"

Tuan Arman yang mengijinkan. Mungkin pertemuan kedua dengan ibu Tuan Arman telah dibatalkan. Kalau begitu Kirana tidak perlu khawatir lagi.

Dia pergi mengikuti bagian produksi kreatif menemui klien.

"Siapa ini?" tanya klien tampak terkejut ketika melihat Kirana.

"Dia pegawai di perusahaan kami. Mungkin style pakaiannya agak sedikit diluar dugaan. Tapi kami menghormati kreativitas" jelas manajer produksi kreatif menjelaskan tentangnya. Entah kenapa Kirana merasa sedang dimanfaatkan sebagai maskot kreatifitas perusahaan. Tapi tidak masalah, selama dua mendapatkan ilmu baru pada pertemuan ini.

Pembicaraan tentang pekerjaan berlangsung cukup lama. Membahas tentang produk yang akan ditampilkan dalam iklan. Dan waktu iklan ditayangkan.

"Baiklah, dua Minggu cukup?" tanya klien ketika mendekati kesepakatan.

"Kita akan bertemu dua Minggu lagi dengan iklan yang siap tayang"

"Itu kalau kami puas dengan hasilnya"

"Tentu saja"

Pertemuan dengan klien akhirnya selesai. Kirana senang sekali mendapatkan banyak ilmu hari ini.

"Bagaimana? Apa kau mendapatkan sesuatu?" tanya manajer.

"Klien bisa cukup merepotkan" jawabnya.

"Tentu saja. Tapi mereka yang membayar jasa kita. Jadi kita harus tetap memperhatikan apa yang terbaik bagi mereka"

"Iya, tentu saja"

Kirana dan bagian produksi kreatif keluar dari perusahaan klien. Siap untuk kembali ke perusahaan, ketika manajer menghalanginya.

"Tuan Arman menyuruhmu membelikannya makanan sebelum kembali ke kantor!"

"Apa? Tapi Tuan Arman tidak memberitahuku" protes Kirana.

"Itu perintah Tuan Arman. Kau harus pergi ke mall dan membeli es Americano juga roti yang dia suka"

"Tapi sekarang waktunya makan siang"

Meski protes, Kirana tidak bisa menolak permintaan atasannya. Dia berjalan ke sebuah pusat perbelanjaan yang terletak tak jauh dari perusahaan klien dan mencari makanan pesanan atasannya.

Tapi baru saja masuk pintu mall, seseorang menarik tangannya. Pria itu membawanya ke depan toilet dan memberinya tas besar.

"Tuan Arman, apa ini maksudnya?"

Ternyata Tuan Arman sudah ada disana, menunggunya.

"Cepat ganti pakaianmu! Ibuku akan segera datang sepuluh menit lagi"

Ganti pakaian? Ibunya? Jadi Tuan Arman belum membatalkan pertemuan kedua itu? Dan sekarang dia harus berganti pakaian dan riasan hanya dalam waktu sepuluh menit?

"Ini pengaturan yang Anda buat?!" protes Kirana kesal.

"Cepat!" perintah Tuan Arman tidak bisa ditolak oleh Kirana. Dia masuk ke dalam toilet dan mulai mengganti pakaian.

Kirana mencari sesuatu di dalam tas dan menemukannya. Penghapus riasannya yang begitu tebal.

"Tuan Arman benar-benar telah mempersiapkan semuanya, kecuali memberitahuku" katanya kesal lalu menghapus riasan. Dan muncullah wajah alami Kirana yang cantik. Beberapa pasang mata yang ada disana tertangkap sedang menatapnya dari cermin besar.

Kirana menoleh dan semuanya segera membuang muka.

"Kakak, kakak cantik sekali" komentar anak perempuan kecil yang sedang menunggu giliran ke toilet.

"Terima kasih" balas Kirana.

"Yang tadi mirip monster jelek" ucap anak itu lagi langsung dibungkam oleh ibunya.

Pasti maksud anak kecil itu adalah riasan tebal Kirana yang tadi dipakainya. Untuk hal itu, sepertinya Kirana tidak bisa membantah.

Dia hanya bisa terkekeh kecil dan melanjutkan merias diri lagi. Merapikan pakaian, keluar toilet dan menemui Tuan Arman. Pria itu segera melingkarkan tangan di pinggangnya.

"Aku hanya takut ibuku akan muncul entah dari mana" alasan Tuan Arman membuat Kirana tidak bisa keberatan.

"Iya, tidak apa-apa. Karena sekarang saya adalah Juwita. Bukan Kirana" timpal Kirana lalu melingkarkan tangan juga di pinggang pria itu.

1
cuma baca
tor up lagi donk🥺🥺
cuma baca
jdi serba salah ya/Facepalm/
cuma baca
aisss
cuma baca
yg nyelamatin Kirana dlu tu brarti ya
cuma baca
waduuhhhhh
cuma baca
kak when you forget udah tamat kah?
Kartika Sari: when you forget sudah tamat
total 1 replies
cuma baca
hooh, heran dunia gni amat skrg
cuma baca
astagaa/Sweat/
cuma baca
astaghfirullah, naudzubillah min zalik
cuma baca
ais paling ga snggup ma adegan2 kek gni
cuma baca
bisa2 nya ketawa 😤
cuma baca
ya rabb ga kuat😭
cuma baca
na'udzubillah
cuma baca
astagaaa/Panic//Panic//Panic//Panic//Panic/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!