NovelToon NovelToon
Di Atas Sajadah Merah

Di Atas Sajadah Merah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Arunika adalah seorang wanita yang memendam cinta dalam diam, membangun istana harapan di atas sajadah merah yang pernah diberikan oleh Raka, pria yang diam-diam memikat hatinya. Setiap sujud dan lantunan doa Arunika selalu tertuju pada Raka, berharap sebuah takdir indah akan menyatukan mereka. Namun, kenyataan menghantamnya bagai palu godam ketika ia mengetahui bahwa Raka telah bertunangan, dan tak lama kemudian, resmi menikah dengan wanita lain, Sandria. Arunika pun dipaksa mengubah 90 derajat arah doa dan harapannya, berusaha keras mengubur perasaan demi menjaga sebuah ikatan suci yang bukan miliknya.
Ketika Arunika tengah berjuang menyembuhkan hatinya, Raka justru muncul kembali. Pria itu terang-terangan mengakui ketidakbahagiaannya dalam pernikahan dan tak henti-hentinya menguntit Arunika, seolah meyakini bahwa sajadah merah yang masih disimpan Arunika adalah bukti perasaannya tak pernah berubah. Arunika dihadapkan pada dilema moral yang hebat: apakah ia akan menyerah pada godaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 35. Jalinan Kasih 2

Seperti biasa, sebelum berangkat ke sekolah. Eka selalu meminta putrinya berhati-hati. Purnomo pun demikian.

'Ayah, apa nanti boleh kerja kelompok bareng Medi?" tanya Arunika.

'Tentu boleh Nak," jawab Purnomo melegakan Arunika.

"Lain waktu, bawa sahabatmu ke rumah, Nak!" suruh Eka menatap putrinya khawatir, ketika Arunika menaiki motornya.

"Siap Bunda!" sahut Arunika lagi.

Melihat kendaraan yang ditumpangi Arunika melaju. Eka terus mendoakan putrinya agar dijauhkan dari marabahaya.

"Yang tenang Bunda, jauhkan pikiran negatif!" ujar Purnomo tenang.

'Jalan yang dilalui putri kita cukup aman. Walau jalan arteri tidak ramah bagi pengendara motor. Tapi, Ayah yakin jika Arunika bisa hati-hati!" lanjutnya lagi walau ia sendiri masih takut melepas Arunika.

'Ayah nggak ngikutin Arunika lagi?" tanya Eka khawatir.

"Nggak sayang, Ayah percaya sama Arunika! Kita serahkan putri kita pada Allah ya!" ujar Purnomo lagi menenangkan istrinya.

Di perjalanan, Arunika mulai berani menyalip dan mengklakson. Gadis itu sangat patuh dengan rambu lalulintas. Walau banyak pengendara lain mengabaikannya dan justru membuat pengendara lain nyaris celaka gara-gara ulah oknum pengendara itu.

"Woi!" bentak seorang pengendara yang nyaris disenggol motor lain yang melebihi marka jalan.

Arunika menggenggam erat stang motornya. Tangannya gemetar dan jantungnya berdegup kencang. Salah satu kelemahan yang tak bisa ia kendalikan.

"Ya Allah, jauhkan semua marabahaya!" doanya penuh harap.

Akhirnya setelah berjibaku di jalan arteri, Arunika bernafas lega, jalur menuju kampusnya cukup aman selama ia berhati-hati.

Arunika masuk gerbang dan halaman parkir gadung itu. Sudah banyak kendaraan lain yang juga terparkir rapi di sana.

Setelah mengunci ganda dan memasukkan helm ke bagasi motornya. Arunika melangkah menuju kelas.

"Run, tunggu!" Arunika berhenti melangkah.

Raka berlari dari arah belakang gerbang. Arunika menatapnya dengan degup jantung berdetak kencang. Rona merah langsung menjalar dari pipi hingga telinganya.

"Selamat pagi Run!" sapa Raka ketika sudah ada di depan Arunika.

Senyum Raka sangat indah, Arunika sampai terpesona dibuatnya. Keduanya saling tatap cukup lama.

"Nik!" sebuah teriakan menyadarkan Raka dan Arunika.

Medi berlari dan langsung menubruk tubuh Arunika.

"Medi!" protes Arunika.

"Hehehehe!" Medi hanya terkekeh, nafasnya tersengal dan detak jantungnya terasa oleh Arunika.

"Ngapain kamu lari? Dikejar dep kolektor?" tanya Raka meledek.

"Huh, sorry ye!" sengit Medi sebal.

"Med, Raka kan hanya bercanda!" lerai Arunika.membela Raka.

"Eh ... It's okay Nik. Aku tau Raka bercanda ... Aku juga tadi bercanda ...!" seru Medi gemas pada Arunika yang berlebihan.

Ketiganya berjalan menuju kelas mereka masing-masing. Raka tetap mengantar keduanya lebih tepatnya ia mengantar Arunika sampai kelas.

"Aku ke kelas ya! Dag, Run!" Raka pamit dan melambaikan tangannya.

Raka melambaikan tangan.

Arunika menunduk, malu untuk membalas. Medi malah dengan riang melambaikan tangan lebar-lebar.

"Dag. . Raka! Jangan lupa nanti ke sini bawa es cendol ya! Arunika belum pernah nyoba itu!"

"Ih, Medi!" tegur Arunika malu setengah mati.

'Eh, kamu nggak mau?" tanya Medi setengah meledek.

"Medi!" protes Arunika sebal.

Medi tertawa puas menggoda sahabatnya itu. Raka hanya tersenyum tipis sebelum berbalik. Dalam hati, ia mencatat permintaan Medi.

Tak lama, kelas penuh oleh mahasiswa dan mahasiswi. Dosen masuk dan langsung kasih kuis.

'Ah ... BuDos!" protes semua mahasiswa di kelas.

'Ooo ... Nggak mau kuis?" tanya Dosen Herianti dengan alis terangkat satu.

Semua diam, tentu mereka tak bisa menolak keinginan dosennya, jika mau lulus dengan nilai bagus.

'Nah, pada mau kan?" hanya helaan nafas keluar dari mulut mahasiswa.

"Saya kasih kuis. Boleh buka buku tapi jangan.ketauan saya!' ujarnya lagi.

Semua lega mendengar hal itu, tapi sejurus kemudian. Seisi kelas kesal, karena Dosen Herianti berkeliling, memeriksa.

Semua tenang mengerjakan soal, begitu juga Arunika. Ia sudah belajar tadi malam sebelum tidur. Bahkan ia sempat membuka bukunya untuk mempertajam ingatannya.

Medi menulis serius, walau banyak soal yang ia biarkan kosong.

"Waktu habis!" seru Dosen Herianti lalu menyuruh semua mengumpulkan tugas di meja baru boleh keluar.

Satu persatu, mahasiswa mengumpulkan tugas mereka di meja dosen. Arunika dan Medi belakangan. Arunika melirik kertas jawaban Medi.yang sudah terisi penuh.

'Kalian nggak keluar?" tanya Dosen yang menatap Arunika dan Medi kembali duduk di bangkunya.

"Nggak BuDos!" jawab Medi.

Dosen itu hanya mengangguk, lalu merapikan kertas jawaban dan membawanya pergi. Kelas sepi, hanya menyisakan Medi dan Arunika yang mulai mengeluarkan kotak bekalnya.

"Kamu pasti belum nyoba ini;" Medi mengeluarkan kotak beraroma manis.

"Martabak manis isi coklat keju!" Arunika menatap lebar makanan berminyak itu.

"Wuih langsung gendut nih!" kelakar Arunika lalu ia terkejut sendiri mendengarnya.

'Nik!" Medi menatap sahabatnya yang suka kikuk jika bicara lepas.

"Hmmm," sahut Arunika mulai mencoba martabak yang diberikan Medi.

"Apa kamu selalu takut bersuara?" tanya Medi lagi serius.

"Aku bicara kok," jawab Arunika pelan.

"Bukan, kamu jarang mengungkapkan isi hatimu. Apa kamu marah, sebal, bad mood. Kamu terlalu tenang, diam dan abai sama yang menyakiti kamu!" sahut Medi gemas sendiri dengan tabiat Arunika.

"Aku hanya nggak mau banyak ribut," jawab Arunika santai. Satu potong martabak manis habis.

Arunika mengambil botol air minumnya. Raka belum datang. Setelah menenggak air minum. Arunika melanjutkan makan makanannya. Medi menghela nafas panjang.

'Kamu susah kalau jadi pemimpin suatu hari kalau kayak gini, Nik!" sahut Medi menyayangkan.

'Apa mesti begitu?" tanya Arunika.

'Mesti Nik! Harus!" sembur Medi lagi gemas.

"Hai semuanya, maaf terlambat!" Arunika dan Medi menoleh asal suara.

Raka datang dengan keringat menetes di pelipisnya. Setelah mengambil kursi dan duduk di depan Arunika. Ia meletakan es cendol di meja.

"Susah juga nyari minumannya!' ujarnya lalu ia menyeruput minumannya sendiri.

"Eh, kalau susah nggak usah juga Raka!' ujar Medi sedikit menyesal.

"Ngga apa-apa. Lagian aku mau juga!" sahut Raka santai.

Lalu ia baru sadar, jika ada permasalahan serius terjadi di antar Medi dan Arunika.

"Ada apa?" tanyanya menatap keduanya bergantian. Medi langsung mengadu.

"Sebenarnya aku juga sama sifatnya seperti Arunika!" aku Raka gamblang.

'Hah?" Medi tak percaya.

'Aku suka mendengarkan, tak banyak protes. Tapi aku bisa membedakan mana yang benar dan yang salah, jadi lebih banyak menghindar. Makanya aku sering menemui kalian agar tak bertemu yang lainnya!' sambung Raka.

Waktu berlalu, Arunika sudah sampai di halaman rumahnya. Adzan ashar sebentar lagi berkumandang. Melihat putrinya sampai dengan selamat. Eka.s sangat bersyukur.

"Alhamdulillah!"

"Bunda," panggil Arunika menatap ibunya lama.

'Ada apa Nak?"

"Apa salah jika aku memilih jalan aman agar terhindar dari masalah?" tanya Arunika.

'Tentu boleh!" jawab Eka.

"Kamu boleh cari jalan lain. Kamu berhak untuk tidak celaka hanya gara-gara orang lain!' lanjutnya lagi.

Bersambung.

Bukan gitu maksudnya Bunda.

Arunika itu ... Ah ...

Next?

1
Eni Istiarsi
Rakanya masih dilaminating dan ditaruh ditumpukan paling bawah 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
tiba-tiba raka datang sambil mengandeng tangan istrinya yg sedang hamil. 🧐🤔
Cindy
lanjut kak
Deyuni12
Rakaaaa
yuhuuu
kamu d manaaaaa
Aru rindu niiiih
kamu jahara ikh
😄😄✌️
Eni Istiarsi
oh ini yang manusia payung itu,Bagas😄
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
bagas itu yang pernah nolongin arunika waktu di bully saat SMA ya?
Cindy
lanjut kak
Deyuni12
waaaah
Arunika n Media hebat!!!
selamat y buat xan berdua n tetap semangat
Deyuni12
othor jahat,d bungkus d mana sh si Raka ini,bikin Aru jadi rindu meranaaaa
Roh Hayani
Kecewa
nurry
kemana Raka 🤔
Anita Barus: rindu yg terpendam arunika .Raka seperti di telan bumi .tiada kabar beritanya kasian Arunika .
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Eni Istiarsi
sabar ya semuaaa... Rakanya masih diumpetin othor 😄
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
semangat runi.
Deyuni12
di manakah Raka?
apakah itu awal dari cinta yg mulai bersemi d hati Aru tidak tersampaikan,n tidak bersatu sama Raka,,hm
Deyuni12
waaaah
kalo aku pribadi punya sh Genk waktu itu sekitar 7 orang,temen SMK..
awal awal sh masih keep in touch tapi ternyata kesibukan masing masing yg membuat jarak semakin jauh,lalu aku juga punya sahabat 1,tapi Alhamdulillah juga mungkin d karenakan beliau lebih dr aku,pelan tapi pasti beliau yg menjauh,karena mungkin aku bukan level nya lagi 😊,jadi sekarang sudah tidak berkomunikasi sama siapapun temen d Genk tsb,husnudzon saja lah,n semoga mereka semua baik baik saja n panjang umurnya..
Aamiin y Alloh
Deyuni12
semangat medi,semangat Aru
Deyuni12
gak akan terpengaruh,toh dr awal juga dia kaya gak suka gtu sama Aru
Deyuni12
bravo buat Aru,ternyata bisa juga dirimu speakup lantang ,tidak hanya untuk diri sendiri,tapi untuk teman teman yg lain juga..
semangat aru
nurry
sedih kalau Raka hilang 😢
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!